6

Zhao Feng melompat dari satu dahan ke dahan lainnya dengan kecepatan luar biasa. Sepanjang perjalanannya, ia melewati toko-toko kosong yang dulu ramai, kini hanya menyisakan etalase pecah dan rak-rak berdebu.

Di jalanan, mobil-mobil berserakan tanpa arah, sebagian terbalik atau tertutup debu tebal. Beberapa di antaranya memiliki bekas cakaran besar, sementara yang lain dipenuhi bercak darah kering yang sudah menghitam.

Pemandangan itu mengingatkan Zhao Feng pada awal bencana ini. Namun, ia tidak berhenti untuk mengingat masa lalu—fokus utamanya adalah berburu mutan dan meningkatkan kekuatannya.

Setelah beberapa menit bergerak dengan kecepatan tinggi, ia akhirnya tiba di sebuah taman yang dulunya menjadi tempat bermain anak-anak. Namun, taman itu sekarang lebih mirip hutan kecil, dengan rumput liar dan tanaman merambat yang tumbuh tak terkendali di antara ayunan yang berkarat.

Di sana, ia melihat seekor musang besar dengan panjang hampir dua meter—jauh lebih besar dibandingkan musang biasa. Makhluk itu sedang mencabik-cabik seekor kelinci mutan yang lebih kecil, giginya yang tajam merobek daging dengan rakus.

Bulu musang itu berwarna cokelat kehitaman dengan garis-garis gelap di sepanjang punggungnya. Matanya bersinar merah di bawah sinar matahari pagi, menandakan bahwa ia bukan sekadar hewan biasa.

Saat Zhao Feng mendarat di dahan pohon, suara gesekan ranting yang nyaris tak terdengar tetap tertangkap oleh telinga tajam musang itu.

Telinganya bergerak cepat, dan dalam sekejap, kepala musang itu menoleh ke arahnya. Taringnya menyeringai, bulunya menegang, dan ekornya bergerak-gerak dengan agresif.

Zhao Feng tidak menganggap musang itu sebagai ancaman besar. Tanpa ragu, ia berubah menjadi kilatan cahaya keemasan, langsung menerjang musang itu dengan kecepatan luar biasa.

Namun, refleks musang mutan itu jauh di atas rata-rata. Tepat saat Zhao Feng hampir mencapai targetnya, makhluk itu melompat tinggi ke udara, mencengkeram sebuah dahan dengan cakarnya dan melesat ke atas.

Ziiing!

Zhao Feng muncul di tempat musang itu sebelumnya, tetapi hanya menusuk udara kosong.

Sekilas, ia terkejut dengan kelincahan musang itu.

Makhluk ini lebih cepat dari anjing mutan yang kubunuh sebelumnya…

Dari atas dahan, musang itu mengeluarkan suara geraman rendah. Matanya yang merah bersinar tajam sebelum ia melesat turun, cakarnya terentang ke arah Zhao Feng.

Namun, Zhao Feng tetap tenang.

Saat musang itu menerkam, tubuhnya kembali berubah menjadi cahaya keemasan. Dalam sepersekian detik, ia menghindari serangan musang tersebut dan muncul di sisi lain pohon.

Musang mutan mendarat di tanah dengan mulus, ekornya berkibar, matanya kembali mencari targetnya. Namun, sebelum ia bisa bereaksi lebih jauh—

Boom!

Sebuah tendangan bercahaya melesat dengan kecepatan kilat, menghantam tubuhnya dari samping.

Musang itu terpental beberapa meter, menghantam batang pohon hingga retak.

Zhao Feng muncul kembali di posisi berdiri, menatap makhluk itu yang kini terkapar di tanah, tubuhnya gemetar karena serangan mendadak tadi.

Sebelum musang itu sempat melarikan diri, Zhao Feng menutup jarak dalam sekejap. Tangannya mengengab sebuah belati menusuk nya langsung ke kepala.

Zhao Feng menarik napas ringan, melihat bangkai musang mutan di hadapannya.

[Kizaru: 9,2%]

Sebuah notifikasi muncul di pikirannya, menandakan bahwa sinkronisasi dengan Warisan Kizaru kembali meningkat.

Zhao Feng mengangguk puas. Dengan kekuatan yang terus berkembang, ia tahu bahwa berburu makhluk yang lebih kuat hanyalah masalah waktu.

Melihat bangkai musang mutan yang tergeletak tak bernyawa di bawahnya, Zhao Feng menghela napas pelan. Meskipun dirinya tak pernah ragu membunuh mutan demi bertahan hidup, ia tetap merasa sedikit kasihan karena tak bisa memanfaatkan dagingnya.

"Jika saja aku punya cincin ruang penyimpanan… setidaknya aku bisa membawa beberapa bagian tubuhnya," pikirnya.

Namun, kenyataan tidak berpihak padanya. Tanpa alat penyimpanan yang bisa mempertahankan kesegaran daging atau membawa beban besar, membawa bangkai sebesar itu hanya akan menjadi beban.

Dengan berat hati, Zhao Feng meninggalkan bangkai musang tersebut dan kembali melanjutkan perburuannya.

Seiring waktu berjalan, Zhao Feng membantai banyak mutan level 1 di sekitar area apartemennya.

Kecepatannya yang luar biasa membuatnya seperti bayangan maut yang bergerak dalam sekejap mata. Setiap kali muncul, hanya tersisa kilatan cahaya keemasan yang diikuti oleh tubuh mutan yang jatuh bersimbah darah.

Tak peduli seberapa cepat atau seberapa liar mutan-mutan itu, mereka tak mampu menghindari serangan Zhao Feng.

Ia seperti harimau yang dilepas di kandang kambing—tak ada satu pun yang bisa selamat.

Saat sore tiba, Zhao Feng akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemennya.

Bajunya sedikit compang-camping, ada beberapa goresan kecil di lengannya, dan tubuhnya dipenuhi bercak darah merah—bukan miliknya, tapi milik mutan yang telah ia bunuh.

Di punggungnya, ia menggendong seekor tupai mutan raksasa, hampir seukuran manusia dewasa.

Tupai ini bukan mutan biasa. Gerakannya sangat lincah, lebih cepat dibandingkan musang yang ia hadapi pagi tadi. Bahkan, tubuhnya yang ramping memungkinkannya bergerak bebas di antara cabang pohon dan reruntuhan bangunan.

Zhao Feng harus mengerahkan seluruh kecepatan cahayanya untuk bisa menghabisinya.

"Jika bukan karena kecepatanku, mustahil aku bisa membunuhnya."

Zhao Feng menduga bahwa tupai ini setidaknya memiliki kekuatan yang setara dengan anjing mutan yang ia hadapi beberapa hari lalu.

Tapi pada akhirnya, ia menang.

Dengan napas sedikit berat, Zhao Feng melangkah memasuki apartemennya.