Prolog

Ibrahim Nasr adalah seorang otaku sejarah. Ia menghabiskan hampir seluruh waktunya meneliti peristiwa-peristiwa yang tertutup oleh kabut misteri, seperti runtuhnya kekhalifahan Muslim, kejatuhan peradaban besar, hingga rahasia di balik Zaman Kegelapan Eropa. Buku-buku memenuhi kamarnya, layar laptopnya selalu terbuka dengan puluhan tab berisi jurnal sejarah, dan di dinding terpajang peta dunia dengan garis-garis merah yang menghubungkan berbagai peristiwa bersejarah.

Namun, kebiasaannya ini membuatnya lupa akan kehidupan nyata. Pola makannya berantakan, ia sering begadang berhari-hari, dan tubuhnya semakin lemah tanpa ia sadari. Baginya, dunia nyata terasa hambar dibandingkan dengan dunia sejarah yang begitu kaya akan intrik dan keajaiban.

Suatu malam, saat sedang menulis teori baru tentang kemungkinan konspirasi di balik jatuhnya Baghdad ke tangan Mongol, dadanya tiba-tiba terasa nyeri. Napasnya sesak. Jari-jarinya mati rasa di atas keyboard. Ia mencoba berdiri, tapi tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai.

Dalam kesadarannya yang memudar, ia menatap layar laptop yang menampilkan kalimat terakhir yang ia ketik: "Sejarah selalu berulang, tetapi apakah kita benar-benar memahami kebenarannya?"

Lalu, semuanya menjadi gelap.

Ketika Ibrahim membuka matanya lagi, ia tidak lagi berada di kamarnya yang penuh buku. Ia tidak melihat layar laptopnya yang menyala. Sebaliknya, ia merasakan kehangatan sinar matahari di kulitnya, mencium aroma tanah dan udara yang bersih, serta mendengar suara-suara asing yang tidak pernah ia dengar sebelumnya.

Ia telah terlahir kembali.

Namun, ingatannya masih samar. Ia tidak langsung menyadari siapa dirinya atau di mana ia berada. Yang ia tahu, ia adalah seorang anak kecil yang masih belajar berbicara, memahami dunia baru yang terasa begitu berbeda.

Dan petualangannya baru saja dimulai....