Jigwei Nayy.

"Huhhh? Sekarang kau akan tinggal disini?" Tanya Jiwa Dalya yang sekarang berwarna merah...

Jiwa gadis itu pun tertawa

"Benar, aku akan tinggal di tubuh ini juga"

Mereka berdiri disamping satu sama lain...

"Kau aneh, kau muncul entah darimana, berdansa denganku dan sekarang ingin tinggal di tubuh yang sama bersamaku..."

Ucap jiwa Dalya sebelum melanjutkan...

"Kau belum memberikan aku nama, masa aku harus terus memanggilmu dengan nama kata 'kau'"

Ucap jiwa Dalya...

Jiwa gadis itu pun tertawa...

"Aku lupa... Panggil aku, Shanon..."

Setelah memberikan namanya, jiwa Shanon semakin bersinar...

"Kalau kamu?" Tanya balik jiwa Shanon

"Panggil aku Vanzer ataupun Dalya, keduanya sama saja"

Jiwa Shanon mengangguk

"Vanzer lebih cocok"

"Terserah kamu saja..."

Dua jiwa dalam satu tubuh... Cukup aneh, berarti wadah atau tubuh dari kedua jiwa tersebut sangat kuat sampai sampai bisa menahan 2 jiwa sekaligus didalam tubuhnya

..... Kembali ke sisi Dalya yang sedang menenangkan Jigwei Nayy yang masih menangis...

Namun secara perlahan, tangisannya berhenti karena Dalya selalu merespon permintaan maafnya dan juga menenangkannya, membuat Jigwei merasa kalau permintaan maafnya sudah diterima dan akan diterima sepenuhnya

Akhirnya Jigwei memberanikan dirinya untuk mengangkat kepalanya dan melihat ke atas, ke Dalya dengan mata yang sedikit bengkak karena menangis... Matanya masih berkaca-kaca...

Dalya pun mengusap air mata Jigwei...

"Sudah, jangan menangis..."

Jigwei hanya mengangguk ketika Dalya mengatakan itu

Namun Dalya teringat lagi oleh adik dan anaknya yang membutuhkan keberadaannya...

Dia berhenti sejenak... Setelah Jigwei sudah benar benar tenang dan tidak menangis, dia turun dari pangkuan Dalya...

Dalya pun langsung berdiri

Jigwei terkejut, dan seolah-olah dia tau kalau Dalya akan pergi, dia langsung meraih baju Dalya dan mencengkramnya dengan erat...

"T-Tunggu... K-Kakak ingin pergi kemana?" Tanya Jigwei...

Dalya pun membalikkan kepalanya ke Jigwei...

"Kakak harus kembali pulang, kakak tidak mau membuat keluarga kakak khawatir..."

Mendengar kata itu, Jigwei teringat sesuatu, namun dia menggelengkan kepalanya

"B-Bolehkah aku ikut dengan kakak?..." Tanya Jigwei dengan ragu sambil menutup matanya rapat rapat...

Dia siap dengan penolakan Dalya...

Dalya merasa bimbang... Dia tidak mau mengizinkan Jigwei ikut karena perbuatannya tadi...

Namun disisi lain, dia tidak tega untuk meninggalkan Jigwei sendiri setelah mendengarkannya menangis lama dan memohon mohon agar dirinya dimaafkan oleh Dalya atas dosa dan perbuatannya tadi...

Akhirnya Dalya menyerah kepada rasa empatinya dan berkata

"Baiklah... Kamu boleh ikut"

Mendengar kata itu, mata Jigwei langsung terbuka dengan lebar, matanya di penuhi oleh antusiasme dan kebahagiaan...

Jigwei langsung melompat berdiri dan memeluk Dalya

"Terima kasih!!!"

Dalya pun tersenyum dan mengelus-elus kepala Jigwei...

"Iya, sama sama"

Mereka pun mulai bergerak berjalan di hamparan hutan yang luas... Mereka dipandu oleh artefak Draca milik Dalya untuk menuju rumah

Artefak Draca bilang kalau mereka masih sangat jauh dari rumah Dalya, namun Dalya harus tetap bergerak... Tak peduli sejauh apapun jalannya, kalau demi adik dan anaknya, dia akan lalui meskipun neraka menerjang...

Saat mereka berjalan, Jigwei menanyakan banyak sekali pertanyaan, seperti menunjuk ke sebuah pohon dan bertanya apakah itu

Kemudian dia bertanya tentang buah buahan yang ada di pohon-pohon itu, dia bertanya tentang apa itu bunga, apa itu jamur, apa itu langit dan apa itu batu...

Dalya menjawab semua pertanyaan kekanak-kanakan Jigwei dengan sabar....

Karena dia tau kalau Jigwei tidak pernah melihat apapun sejak lahir kecuali kehampaan... Wajar jika Jigwei menanyakan banyak hal yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan lagi...

Jigwei juga senang ketika Dalya sangat sabar menghadapi dirinya yang baru saja melihat warna dan keindahan dunia...

Setelah berjalan cukup lama, Jigwei merasa kelelahan... Dia terengah-engah...

"Hahh... K-Kak... Bisakah kita beristirahat sebentar?"

Dalya pun memutar badannya dan melihat kearah Jigwei...

"Baiklah, kita akan beristirahat..."

Dengan itu, Jigwei langsung terduduk ke tanah sambil mencoba untuk mengembalikan nafasnya... Dalya juga ikut duduk disamping Jigwei...

Jigwei yang kelelahan melihat sebuah jamur yang berwarna merah merona dan sangat mencolok disampingnya

Karena baunya cukup menyengat, Jigwei tertarik kepada jamur tersebut...

Kemudian Jigwei memetik jamur itu, namun saat ingin memakannya, Dalya dengan cepat menepis jamur itu dari tangan Jigwei, membuatnya terkejut

"E-Eh? Kenapa kak?" Tanya Jigwei dengan terkejut...

Dalya menghela nafas

"Kakak lupa bilang, kalau jamur yang warnanya mencolok di tudungnya dan memiliki bau menyengat, maka jamur itu beracun, jadi jangan dimakan"

Mendengar itu, Jigwei terkejut dan langsung merendahkan kepalanya dan melihat kebawah karena malu dan takut dimarahi oleh Dalya...

"M-Maaf kak, a-aku benar benar tidak tahu... Terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku" Ucap Jigwei dengan nada gemetaran

Namun, Dalya tidak memarahinya, dia kemudian mengelus-elus kepala Jigwei dan berkata...

"Tidak apa apa, kakak hanya memberitahumu kalau itu berbahaya"

Ucap Dalya dengan lembut

Mendengar kata kata lembut dan bukan keras atau itu Jigwei langsung melihat keatas, ke Dalya matanya melebar dengan kebahagiaan, tidak lagi sedih ataupun takut...

"Baiklah, sekarang kamu tunggu disini, kakak mau cari beberapa jamur yang tidak beracun untuk kita makan oke?"

Mendengar itu, Jigwei tersentak... Dia tidak ingin di tinggalkan sendiri, namun dia juga lapar... Dan dia tidak memiliki pengetahuan untuk memilih jamur dengan benar...

Jadi Jigwei hanya mengangguk dan berkata

"Baiklah... Aku akan menunggu..."

Dengan itu Dalya pun tersenyum dan berdiri...

"Sebentar oke?"

Dengan itu, Dalya pun berjalan pergi meninggalkan Jigwei sendiri

Dalya mulai menelusuri hutan sendirian, dia memetik beberapa jamur yang tidak beracun dan beberapa buah yang memang dia butuhkan

Saat sedang asik memetik tiba tiba dari semak semak, seseorang melompat sambil mengayunkan sebuah pedang ke Dalya dari belakang... Namun Dalya dengan santainya mengelak tanpa ada kesusahan...

"Aku tidak tau kalau ada bandit disekitar sini..."

Ucap Dalya sambil tertawa, mata kanannya seperti terbakar dengan api berwarna ungu sembari menghindari semua serangan dari bandit tersebut yang bertambah marah ketika Dalya tertawa

Diakhir, Dalya mencengkram pedang bandit itu dengan satu tangan tanpa ada masalah

"Tidak lelah?" Tanya Dalya dengan seringai

Bandit itu terlihat sangat marah, namun dia sadar perbedaan kekuatan mereka... Dia terlihat ketakutan melihat mata kanan Dalya seperti terbakar oleh api ungu yang transparan, namun dia menutupi hal tersebut dengan ekspresi marah

"Sombong sekali kau"

Balas Bandit tersebut

"Hahhh? Sombong? Aku hanya bertanya~" Ucap Dalya sambil tertawa

Tiba tiba tangan lain milik pria itu meraih sesuatu dari pinggangnya...

Sesuatu itu adalah sebuah Dagger yang langsung dilancarkan ke Dalya, namun Dalya dengan mudah menggunakan lututnya untuk menyerang pergelangan tangan bandit itu dan membuat Daggernya terlempar keatas dan terjatuh ke tahan...

"Trik murahan seperti itu tidak akan mempan bagiku" Ucap Dalya dengan tawa...

Sekarang ketakutan mulai terlihat di mata bandit tersebut... Namun saat Dalya ingin mengatakan hal lain, tiba tiba suara teriakan terdengar yang membuat Dalya terkejut...

"Huh? Siapa yang berteriak?"

Kemudian bandit itu tertawa dengan cukup lepas dan berkata

"Sepertinya rekan-rekan ku sudah berhasil menangkap teman naga mu yang mungil itu..."

DEG! Dalya langsung teringat dengan Jigwei... Seorang hybrid yang tidak tahu apa apa... Tidak tahu dunia dan baru saja melihat keindahan dunia...

Seorang gadis naga yang tidak tahu mana baik dan buruk... Dan sekarang dia dalam bahaya ditangan para bandit-bandit yang lainnya...

Mereka mungkin akan menyakiti Jigwei dan bahkan melakukan sesuatu yang lebih buruk kepada Jigwei... Dan dia tahu kalau Jigwei akan dimanipulasi dengan kata kata seperti

"Ini adalah hal yang seharusnya kaum naga lakukan"

Kalimat yang menjijikkan... Dan dia tidak mau itu terjadi kepada Jigwei... Dia tidak mau Jigwei berakhir seperti dirinya yang mengandung anak seseorang tanpa pertanggungjawaban dari sang pelaku...

Dengan kemarahan yang tinggi, Dalya mencengkram pedang bandit itu dan pedang itu langsung remuk...

"Aku akan berurusan denganmu nanti..."

Ucap Dalya dengan dingin...

Dan sebelum bandit itu dapat mengatakan sesuatu kembali, Dalya menendang bandit itu dan membuatnya terlempar jauh kebelakang...

Tanpa membuang waktu, Dalya menggunakan kecepatan petirnya untuk bergegas kembali ke Jigwei... Dan dia masih membawa jamur dan buah buahan yang ia petik tadi

Dengan instan dia kembali ke Jigwei berada... Namun matanya langsung melebar karena terkejut...

...... Tidak...... Pemandangan dihadapannya bukan sesuatu yang dia takutkan tadi, namun pandangan dihadapannya tetap membuat dia takut, namun juga sedikit lega...

Pemandangan dihadapannya adalah Jigwei yang sedang memakan salah satu rekan bandit dengan brutal, namun dia juga dapat melihat luka tebasan yang cukup dalam di bahu Jigwei...

Terlihat, Jigwei memisahkan kedua tangan dan kaki bandit itu kemudian memakannya

Tak lama kemudian, Jigwei memisahkan kepala dari badan bandit itu secara paksa...

Kemudian Jigwei dengan cepat membuka tengkorak bandit tersebut dan memakan otaknya... Tak hanya itu, dia juga mencongkel mata bandit itu dan memakannya mentah-mentah...

Jigwei terlihat menikmati santapannya tersebut seperti itu adalah hal normal, baju, mulut, pipi, kaki dan tangannya dipenuhi oleh darah...

Terlihat rekan-rekan bandit yang lainnya ketakutan... Dan mereka semua sudah lari menghilang entah kemana... Meninggal Jigwei sendiri dengan satu mayat bandit yang ia makan sekarang...

Mungkin teriakan tadi berasal dari bandit tersebut dan bukan dari Jigwei...

Namun disisi lain, Dalya juga senang karena Jigwei memiliki caranya untuk melindungi dirinya sendiri dari ancaman, meskipun cara Jigwei sangat ekstrim...

Selang beberapa saat, akhirnya Jigwei menyadari Dalya yang sudah kembali dan melihat ke arah Dalya dan tersenyum dengan lebar seperti tidak terjadi apa apa...

"Kakak cepat sekali kembalinya! Aku sedang makan, kakak mau?"

Tanya Jigwei sambil menyodorkan otak mentah dari bandit tadi ke Dalya dengan darah masih menetes dan mengalir keluar dari otak tersebut...

Dalya dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya

"Tidak Terima kasih..."

Ucap Dalya dengan nada gemetaran...

"Ohhh? Okay!!" Balas Jigwei yang kemudian langsung memakan kembali otak di tangannya tersebut...

Dalya pun mengambil nafas dalam dalam untuk mengontrol dirinya... Setelah itu dia menghampiri Jigwei dan duduk disampingnya...

"Jigwei... Bisakah kamu memberitahu kakak apa yang sebenarnya terjadi?"

Jigwei pun mengangguk, kemudian dia menghabiskan makanannya dan menghadap ke Dalya...

"Jadi kakkk, tadi tuhhhh, ada sekelompok orang yang membawa benda tajam datang ke arahku"

"Awalnya aku bingung, kenapa mereka datang ke arah ku kannn, aku awalnya mengira kalau mereka itu tidak akan menyakitiku dengan benda tajam mereka"

Kemudian Jigwei menghela nafas

"Namun aku salah, mereka melukaiku!!"

Ucap Jigwei sambil menunjuk ke luka yang cukup dalam dibahu kanan nya...

"Jadi aku membalas mereka! Aku cakar mereka dan aku kemudian menusuk salah satu dari mereka dengan tanganku dan menembus dadanya!!"

"Darahnya muncrat ke bibirku, aku secara reflek langsung menjilatnya, dan itu terasa enak dan segar! Jadi aku lanjut membedahnya dan memakannya!!"

Ucap Jigwei dengan bangga

"Kemudian orang orang yg lainnya langsung berlarian pergi! Meninggalkanku sendiri disini sampai kak Dalya kembali!"

Setelah mendengar semua penjelasan itu, Dalya menghela nafas...

Penjelasan dan cara Jigwei menjelaskan apa yang terjadi terdengar seperti anak anak, namun tidak dengan isi penjelasan tersebut...

"Baik... Kakak faham..."

Dalya menarik nafas...

"Biar kakak bersihkan dirimu dan sembuhkan serta tutup lukamu terlebih dahulu, setelah itu kakak akan membuatkan kamu sup jamur yang lebih enak dari apa yang kamu makan tadi..."

Ucap Dalya sambil mengelus-elus kepala Jigwei...

Jigwei pun menutup matanya dan menikmati sentuhan Dalya...

"Baik kakkkk"

Dalya pun merobek sedikit bajunya sendiri...

"Tahan ya, mungkin ini akan sedikit sakit..."

Ucap Dalya, Jigwei pun mengangguk dan mempersiapkan dirinya...

Kemudian Dalya mulai membalut luka di bahu Jigwei dengan pakaiannya yang dia robek tadi...

Jigwei mengigit bibir bagian bawahnya untuk menahan dirinya dari mengeluarkan suara aneh...

"A-Ahh~"

Suara aneh seperti desahan tetap keluar...

Pipi Dalya menjadi sedikit memerah ketika mendengarkan desahan itu, namun dia mempercepat prosesnya dalam membalut bahu Jigwei

Dalya pun selesai membalut luka Jigwei... Kemudian dia menggendong Jigwei sambil berdiri

Jigwei secara reflek langsung memeluk leher Dalya untuk mendukung dan mencegah dirinya agar tidak jatuh...

Kemudian Dalya pun mulai berjalan menyusuri hutan lagi... Setelah lama berjalan, akhirnya dia menemukan tempat terbuka yang memiliki danau...

Danau tersebut bukan sekedar danau biasa yang memiliki air yang cukup kotor... Namun danau itu memiliki air yang sangat jernih dan tenang seperti blum ada makhluk yang menjamah danau ini...

Dipinggiran danau itu terdapat banyak sekali bunga-bunga yang tumbuh dengan subur dan indah, semua bunga itu mekar seperti menyambut mereka...

Dalya pun secara perlahan membawa Jigwei ke tepi danau tersebut...

Kemudian Dalya mendudukkan Jigwei di tepi danau dan berkata

"Lepas bajumu, kakak akan membersihkan tubuhmu dari darah dulu sebelum kita memasuki danau nanti"

Jigwei pun mengangguk dengan antusiasme yang cukup tinggi, dia dengan cepat melepaskan bajunya sendiri... Dan sekarang Jigwei benar benar telanjang...

Dalya yang melihat Jigwei telanjang pun pipinya memerah... Karena jiwa nya masih seorang laki-laki, dan sekarang dihadapannya adalah seorang gadis naga mungil tanpa busana sedikitpun dan Jigwei tersenyum dengan lebar seolah-olah itu adalah hal normal baginya

Dalya pun menarik nafas dalam dalam untuk menenangkan dirinya, lagipula tubuhnya sekarang adalah tubuh perempuan...

Kemudian Dalya mengambil sedikit air dengan menggunakan tangannya dan mengusapkan air itu ke darah yang menempel di kulitnya...

Secara perlahan tapi pasti, darah di yang menempel di kulit Jigwei pun mulai luntur karena air

Jigwei menikmati pembersihan itu, setiap sentuhan Dalya, sentuhan Dalya terasa seperti listrik yang menyebar keseluruhan tubuhnya...

Sentuhan Dalya yang lembut bukan suatu rasa yang ditolak oleh tubuh Jigwei, dia malah menikmati semua sentuhan itu, dia mendorong tubuhnya ke sentuhan Dalya dengan kemauan dan keinginan untuk mendapatkan lebih banyak sentuhan darinya...

Tubuh Jigwei sedikit gemetaran, namun dia tidak mempermasalahkan itu, dia malah sedikit cekikikan...

Dalya terus membersihkan semua darah dari tubuh Jigwei sampai tak bersisa... Dan ya sekarang Jigwei sudah benar benar bersih dari darah...

"Nahhh, ayo kita mandi sekarang..."

"Ayooo!!!" Jawab Jigwei dengan penuh antusias

Akhirnya Dalya secara perlahan membuka bajunya sendiri dan melepaskan semua bajunya dan meninggalkan dia sepenuhnya telanjang seperti Jigwei... Juga wajah Dalya sangat merah...

"Woahhh besar!!" Ucap Jigwei secara spontan karena melihat dada Dalya...

Dalya hanya menghela nafas dan mengatakan

"Iya... Itu memang besar..."

Kemudian Dalya menggelengkan kepalanya sebelum memasuki danau dengan hati hati...

Kedalaman danau itu mencapai dada bagian atas Dalya, sedikit dibawah bahunya, yang berarti danau itu memang cukup dalam...

Setelah berada di dalam danau, dia mengulurkan kedua tangannya ke Jigwei

"Kemarilah, kakak akan menggendongmu selagi kita mandi, jadi kamu tidak akan tenggelam"

Mendengar itu, senyuman Jigwei menjadi semakin lebar, dia juga semakin senang...

"Baik!!"

Jigwei pun berdiri dan langsung menuju Dalya, dia meraih tangan Dalya kemudian Dalya dengan hati hati menarik Jigwei kedalam sungai...

Kedua tangan Dalya langsung menuju ke pinggang Jigwei dan menariknya mendekat dan menggendongnya...

Jigwei tertawa dengan senang dan langsung memeluk leher Dalya lagi sebagai pendukung agar dia tidak jatuh...

"Dingin!!" Ucap Jigwei

Dalya tersenyum...

"Iya, ini cukup dingin..."

Memang air dari danau itu dingin, namun pada kenyataannya, mereka juga merasakan rasa hangat karena kontak langsung tubuh mereka... Jigwei bisa merasakan hangatnya tubuh Dalya, juga sebaliknya, Dalya bisa merasakan hangatnya tubuh Jigwei... Mereka saling melengkapi...