Siapakah Dalya Yang Sebenarnya?

Rasa sakit yang membakar tubuh secara perlahan menghilang, rasa sakit itu menghilang bukan karena dia mati secara perlahan, namun seseorang telah menyembuhkannya...

Ow! Siapa yang menyengatku! Teriak Dalya dalam diam... Mata Dalya secara terbuka secara perlahan...

Dia bisa merasakan seluruh bagian tubuhnya, namun tidak dengan menggerakkan kaki ataupun tangannya, seperti seseorang sedang mendudukinya dan tangannya di tahan oleh orang tersebut...

Benar saja, saat Dalya sudah benar benar membuka matanya, dia melihat ada sebuah rambut berwarna hitam dan ekor naga dengan warna biru?...

Saat Dalya ingin menggerakkan kaki dan tangannya, mereka tidak mau bergerak dan seperti ditahan oleh sesuatu....

Dan dibelakang Dalya adalah batu yang cukup besar

Disaat yang bersamaan, dia merasakan rasa sakit diantara leher dan bahu kirinya

"O-Ow!! H-Hey a-apa yang kau lakukan, i-itu sakit..."

Mendengar suara dari Dalya, orang itu pun menarik kepalanya kebelakang

Sekarang, Dalya bisa melihat orang itu sepenuhnya, dia adalah seorang Gadis dengan rambut berwarna hitam, mata berwarna merah, memiliki sepasang tanduk naga berwarna biru di kepalanya dan juga ekor naga berwarna biru...

Dia seorang hybrid?...

Mata gadis itu melihat lurus kedepan tanpa melihat kemana-mana... Kemudian dia berkata...

"Kakak sudah sadar?" Suara dan nada gadis itu sangat pelan dan indah layaknya sebuah melodi...

"Iya..." Jawab Dalya...

Kemudian dia teringat dengan adik dan anaknya... Hasby dan Kirsten

"T-Tunggu, dimana adik dan anakku?!!" Ucapnya dengan panik sambil berusaha menggerakkan kedua tangan dan kakinya...

Namun disinilah Dalya sadar kalau lengan dan kakinya tidak bisa digerakkan...

Saat dia melihat ke kedua sisi tangannya secara bergantian, dia melihat kalau pergelangan tangannya seperti ditahan oleh sihir ke batu dibelakangnya, membuatnya tidak bisa menggerakkan kedua tangan dan kakinya sama sekali

"H-Huh?! S-Sihir apa ini?!" Dalya terus berjuang untuk membebaskan dirinya, namun nihil...

Mendengar kegelisahan dan kepanikan Dalya, gadis yang duduk di pangkuan Dalya pun mengatakan sesuatu

"Tenang dulu kak... Kakak tidak ingat apa yang terjadi pada kakak?" Tanya gadis itu

Perkataannya membuat Dalya akhirnya tersadar dan teringat akan kekalahannya dengan sesosok pria misterius dalam sebuah pertarungan dan meninggalkan adik dan anaknya... Namun seharusnya Dalya sudah mati karena serangan fatal yang dilancarkan oleh pria itu...

Dan dia berada ditempat yang bersalju dan sangat sangat dingin... Namun sekarang dia berada disuatu hutan... Hutan yang cukup indah karena banyak bunga bunga disekitar...

Dalya tentu kebingungan dengan ini semua... Sudah berapa lama dia tidak sadar?... Saat Dalya memikirkan itu, dia tiba tiba merasakan nyeri diantara bahu dan leher bagian kiri-nya...

Saat Dalya melihat ke sumber rasa sakit itu, dia melihat darah mengalir kebawah... Dia langsung tau kalau gadis yang berada di pangkuannya adalah sang pelaku...

Dia menenangkan dirinya agar bisa berfikir secara rasional, karena menangis dan panik hanya akan merugikan diri sendiri...

Dalya menarik nafas dalam dalam sebelum menatap ke mata gadis itu yang menatap lurus kedepan...

"Kamu siapa? Dan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku ada disini? Seharusnya kan aku sudah mati..."

Mendengar semua pertanyaan Dalya, gadis itu pun tertawa kecil...

"Pertanyaan kakak banyak sekali... Pertama tama, perkenalkan namaku Jigwei Nayy, aku adalah Terestrial setengah Devine Dragon"

Mendengar kombinasi makhluk Terestrial dan Devine Dragon membuat mata Dalya terbuka lebar karena terkejut

"Terestrial dan Devine Dragon?!" Ucap Dalya dengan terkejut

"Benar, Terestrial dan Devine Dragon..."

Dalya pun mencoba menenangkan dirinya lagi dengan cara menghela nafas... Bahkan artefaknya tidak pernah memberi tahu dirinya tentang makhluk seperti itu...

"..... Bisakah kamu melihat kearah ku?" Tanya Dalya dengan pelan...

Kemudian Jigwei memiringkan kepalanya...

"Wajah kakak diarah mana?"

Pertanyaan Jigwei membuat Dalya terkejut... Dia buta?... Apakah itu alasan kenapa dia daritadi melihat lurus kedepan?...

"Tunggu, kamu buta?" Tanya Dalya dengan ragu

Jigwei pun tersenyum

"Benar, sebagai seorang hybrid yang tidak masuk akal, aku dikutuk menjadi buta selamanya sejak lahir..."

Ucap Jigwei dengan nada sedikit sedih

Dalya sama sekali tidak menyangka itu... Namun dia tiba tiba teringat sesuatu...

"Tunggu, kalau kamu buta, kenapa kamu bisa berakhir bersamaku sekarang? Apa yang terjadi? Kamu yang membawaku?" Tanya Dalya...

Jigwei kembali mengangguk

"Benar, aku yang membawa kakak kesini"

Jawaban Jigwei membuat Dalya semakin terkejut... Kalau dia buta, bagaimana dia bisa membawanya keluar dari mimpi buruk itu?...

"Bukannya kamu buta? Bagaimana bisa kamu membawaku kesini kalau kamu buta?" Tanya Dalya lagi...

Jigwei kembali tersenyum

"Aku di tuntun oleh artefak kakak, aku di tuntun oleh Draca untuk menyelamatkan kakak dan menyembuhkan kakak..."

Di tuntun oleh artefaknya? Jadi artefaknya telah menyelamatkan nyawanya...

Dalya ingin menanyakan sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri, namun dia ingat kalau Jigwei itu buta...

Dalya teringat posisinya sekarang...

Kemudian Dalya menarik nafas dalam dalam dan bertanya

"S-Sepertinya aku memiliki hutang... Apa yang kamu inginkan dariku? Kamu pasti yang memerangkap ku seperti ini kan?"

Jigwei pun tertawa kecil...

"Kakak tau saja..."

Kedua tangan Jigwei mulai meraba-raba wajah Dalya...

"Artefak Draca berkata kalau aku harus mengembalikan mata ini kepemilik aslinya..."

Mata Dalya melebar... Mengembalikan matanya kepemilik aslinya? Jigwei akan mencongkel Mata Dalya dan menukarnya Mata Dalya dengan mata buta milik Jigwei?... Tidak... Dalya tidak mau...

"T-Tunggu tunggu! Jangan gegabah! A-Aku tau maksudmu, tapi itu berlebihan!"

Ucap Dalya dengan panik sambil terus berusaha untuk melepaskan dirinya dari sihir yang mengikatnya... Namun nihil, dia tidak bisa melepaskannya... Sementara Jigwei sudah mulai meraba-raba mata Dalya...

"T-Tunggu! J-Jigwei- AHHH!!"

Dalya tiba tiba berteriak karena mata kirinya di congkel dengan paksa oleh Jigwei, darah langsung muncrat kemana-mana......

Jigwei menarik paksa mata kiri Dalya dan mencabutnya... Dalya kembali berteriak kesakitan sambil terengah-engah...

Tanpa memberikan Dalya istirahat atau kesempatan untuk bereaksi, Jigwei dengan cepat langsung mencongkel mata kanan Dalya dengan paksa, darah langsung muncrat kemana-mana lagi dari mata kanannya...

Dalya kembali berteriak kesakitan, namun dia tidak bisa melakukan apapun, dia tidak berdaya di posisinya sekarang...

Dalya pun sekarang buta... Dan wajahnya dipenuhi darah, namun ajaibnya, Dalya tidak pingsan ataupun mati seketika...

"Ini tidak akan lama, kak..."

Ucap Jigwei sambil meletakkan kedua bola mata Dalya ke pangkuannya dan dengan cepat mencongkel kedua bola matanya sendiri tanpa merasakan sakit sedikitpun meskipun darah langsung keluar dan membasahi pipinya

Setelah dia mencongkel kedua matanya, dia meletakkan kedua bola matanya di samping bola mata Dalya...

Dalya yang terengah-engah dan kesakitan pun mengatakan sesuatu

"P-Percepat penyiksaan ini... K-Kumohon... I-Ini m-menyakitkan..."

Jigwei pun tersenyum dan menjawab

"Ini akan cepat..."

Kemudian dia menggunakan sihirnya agar dia bisa merasakan mana matanya sendiri dan mata Dalya...

Jigwei mengambil matanya sendiri dan secara perlahan memasangkan matanya dengan benar ke tempat mata Dalya yang kosong...

Dalya merengek kesakitan ketika kelopak matanya dibuka dan dipasangi oleh mata Jigwei, karena itu memang menyakitkan...

Setelah memasangkan matanya ke Dalya, dia memasang mata Dalya ke matanya sendiri yg kosong itu...

Jigwei menukar mata mereka... Kemudian secara tiba tiba, artefak Dalya bersinar...

"Terdeteksi, sang nona besar telah mendapatkan mata aslinya. Menghilangkan kebutaan."

Mendengar itu, Dalya yang kesakitan pun merasa terkejut... Namun Jigwei tersnyum seperti dia sudah tau dan merencakan ini semua...

Artefak Dalya pun semakin bersinar dan mengangkat Dalya melayang ke udara...

"Penghapusan kebutaan berhasil, potensi asli dari mata sang nona besar telah dikembalikan"

"[ Eyes OF Misfit ]"

"Telah kembali ke nona besar."

Cahaya pun membutakan sekitar tanpa terkecuali... Setelah beberapa saat, cahaya itu pun menghilang.....

Terlihat Dalya sedang melayang berdiri di udara... Dia tidak berubah, rambut dan pakaiannya tetap sama...

Dalya pun membuka matanya yang sekarang berwarna merah... Benar saja, dia bisa melihat dengan sempurna... Artefaknya benar benar menghilangkan kebutaan di mata tersebut

"Huh?... Ini semua membingungkan ku..."

Dalya pun turun kebawah, Jigwei masih menutup matanya sambil duduk, namun secara perlahan dia membuka matanya yang sekarang berwarna biru...

Dia langsung melihat sekeliling sambil terkesiap... Air mata langsung terbentuk di mata nya dan menetes kebawah... Dia menangis...

Dalya hanya memperhatikan Jigwei dan belum berbuat apa apa...

"B-Berhasil... A-Aku bisa melihat... Aku bisa melihat!!!"

Kemudian dia melihat keatas, ke Dalya dengan mata lebar dan berkaca-kaca

"K-Kakak sangat c-cantik... M-Mata kristal yang indah..."

Dengan cepat, Jigwei langsung memeluk kedua kaki Dalya, membuat Dalya tersentak

"Eh?"

"M-Maafkan aku kak... T-Telah merebut mata kakak secara paksa dan tanpa persetujuan kakak"

Ucap Jigwei sambil menangis...

Dalya kebingungan... Dia membenci Jigwei karena Jigwei telah mencongkel matanya dan menukar mata mereka tanpa persetujuannya... Dan proses itu sangat menyakitkan bagi Dalya...

Namun di sisi lain, Dalya tidak bisa marah juga karena itu adalah permintaan artefaknya sendiri, artefak Draca...

Juga Artefaknya mengetahui mata yang dipasangkan ke dirinya dan menghapus kebutaan di mata tersebut yang membuat Dalya memiliki pengelihatan normal kembali...

Jadi Dalya tidak punya alasan untuk membenci dan tidak menyukai Jigwei hanya karena rasa sakit yang dia berikan, juga sekarang Jigwei telihat seperti anak yang tersesat...

Dalya tidak memiliki pilihan lain...

"Sudah sudah... Tidak apa apa..."

Ucap Dalya sambil memegangi kedua sisi tubuh bagian bahu Jigwei dan mengangkatnya keatas kemudian memeluknya

Jigwei menangis semakin keras dan memeluk Dalya semakin erat...

"M-Maaf..."

Dalya pun mengelus-elus bagian belakang kepala Jigwei untuk menenangkannya...

"Iya iya..."

..... Semuanya kembali normal, Dalya mendapatkan mata baru dan tidak buta, Jigwei mendapatkan mata Dalya yang berfungsi sempurna...

Namun di sisi jiwa Dalya yang jauh berada di dalam alam bawah sadarnya berubah... Jiwa laki-laki nya yang terbuat dari cahaya putih berdiri di hamparan kosmik yang dihiasi oleh banyak hal...

Bintang, planet, galaxy dan bahkan lubang hitam serta lubang putih...

Semuanya terlihat indah dan terisi, seolah olah bintang, planet, galaxy dan black hole serta white hole tersebut mengisi kekosongan dan kekurangan satu sama lain...

Aurora melintang diantara objek-objek tersebut, menambah keindahan yang sudah ada dengan sempurna

Komet yang indah terlihat melintasi setiap objek-objek tersebut tanpa menabrak mereka sama sekali...

Galaxy yang lebih besar terlihat memakan galaxy yang lebih kecil, namun galaxy yang sama besarnya menabrak satu sama lain, menciptakan ledakan kilonova yang melemparkan materi kemana-mana

Di tengah kekaguman jiwa Dalya, artefak Draca berkata dari hamparan kosmik tersebut

"Mata sang nona besar telah kembali, Mata Misfit telah kembali. Potensi dari nona besar sudah mencapai tujuh persen dari seratus persen"

Dengan itu, suara artefak Draca pun menghilang tanpa jejak...

"Hehhh? Karena mata misfit kembali, kekosongan ini berubah menjadi hamparan kosmik yang indah..."

"Ya aku tidak menolaknya..."

Suara jiwa Dalya masih terdengar seperti laki laki...

Tak jauh dari jiwa Dalya berdiri, sesosok jiwa yang terbuat dari cahaya dan warna ungu muncul...

Jiwa itu memiliki postur seperti seorang gadis biasa yang lebih pendek dari jiwa Dalya... Bahkan sedikit jauh lebih pendek...

Sang jiwa itu menghampiri jiwa Dalya... Dalya yang sedikit terkejut karena kehadirannya pun hanya bisa diam dan memperhatikan...

Saat jiwa itu sudah berada di hadapan Dalya, dia seperti tersenyum sebelum akhirnya berkata

"Jiwa yang manis, aku menyukai jiwa ini, mari kita berdansa dan menikmati satu sama lain..."

Perkataan jiwa itu membuat jiwa Dalya terkejut... Namun sebelum jiwa Dalya dapat membalas perkataan jiwa tersebut, tangannya direbut olehnya...

Jiwa itu menarik tangan Dalya... Dalya tidak bisa melihat ekspresinya karena memang jiwa itu tidak memiliki ekspresi sama sepertinya, namun jiwa Dalya tau pasti kalau jiwa itu sedang menyeringah...

Jiwa itu mulai melakukan dansa dengan pergerakan yang lembut dan halus seperti seorang pedansa dari kerajaan yang sudah terlatih...

Jiwa itu memandu jiwa Dalya dalam berdansa, dan Jiwa Dalya hanya mengikuti semua pergerakan yang diberikan kepadanya tanpa ada penolakan dalam setiap pergerakannya...

Dalya yang awalnya menolak dansa itu pun mulai menikmati dansa yang diberikan dengan lapang dada secara berkala...

Jiwa itu membawa jiwa Dalya berdansa di hamparan kosmik yang indah itu, melewati bintang, planet, galaxy, black hole serta white hole dengan pergerakan yang mulus dan indah...

Jiwa itu seperti terpesona dengan karisma jiwa Dalya, namun sebenarnya, jiwa Dalya lah yang mulai menikmati dansa tersebut...

"Kau mulai menyukainya ya?" Tanya jiwa itu...

"Mungkin..." Jawab jiwa Dalya...

Dansa itu pun berlanjut... Dansa yang mereka lakukan terlalu lembut dan halus sampai mereka merasakan kalau waktu disekitar berhenti hanya untuk menyaksikan dansa yang mereka berikan...

Semua objek kosmik disekitar mereka mulai mengorbit mereka saat mereka berdansa, seolah olah mengiringi dansa mereka dan memperindah dansa mereka...

Melihat itu, mereka mengeluarkan tawa kecil secara bersamaan... Meskipun mereka adalah sebuah jiwa yang tidak memiliki ekspresi, mereka bisa merasakan kalau mereka sedang tersenyum ke-satu sama lain...

Dansa mereka pun mencapai akhir, meraka mengakhiri dansa tersebut dengan jiwa seorang gadis itu berakhir di salah satu lengan jiwa Dalya dan lengan jiwa Dalya tersebut merangkul pinggang jiwa itu...

Sedangkan tangan jiwa Dalya yang satunya memegang tangan jiwa itu dan mengaitkan jari jari mereka bersama... Sebuah akhir yang indah bagi dua jiwa yang berdansa dengan indah dan karisma yang tinggi...

Setelah dansa itu berakhir, sebuah cahaya dari hamparan kosmik pun bersinar dengan terang dan membutakan mereka...