The Seventh Holder (Pemegang Ke-tujuh)

"Hmm~ hm~" Hasby bersenandung sembari berjalan menuju gubuknya.

Saat dia memasuki gubuk, dia melihat Dalya yang sedang menyusui Kirsten...

Hasby pun langsung memalingkan wajahnya sambil cekikikan...

Dalya pun menghela nafas dengan pipinya yang sudah berwarna merah...

Setelah beberapa saat, Kirsten pun menyudahi menghisap susu dari payudarah

"Uwahhh, enak sekali, aku sudah kenyang ma!"

Dalya pun tersenyum dan menutup kembali payudarahnya dengan bajunya

"Baguslah... Di tungguin kak Hasby tuh"

Kirsten langsung melihat kesekitar, dan ya, dia melihat kakaknya, Hasby, sedang menunggu sambil tersenyum

Kirsten pun turun dari gendongan Dalya dan berlari ke Hasby

"Ayo main kak!!"

Senyuman Hasby pun melebar

"Ayo!!!"

Kirsten pun meraih tangan Hasby dan menariknya keluar dari gubuk... Dalya pun hanya tersenyum ketika melihat mereka bermain bersama... Dalya berdiri

"Aku tidak akan berlatih untuk hari ini... Kirsten makan banyak hari ini..."

Kemudian Dalya berjalan menuju tempat tidurnya dan mengambil pedangnya, Vanzer...

"Haha, ini pedang yang sempurna"

Dalya pun meletakkan Vanzer kembali ke sarungnya dan meletakkannya di samping tempat tidurnya

"Aku akan jalan jalan saja di pemukiman sambil menunggu Hasby dan Kirsten selesai bermain"

Dalya pun berjalan keluar gubuk dan menuju ke keramaian warga yang sedang mengobrol ke satu sama lain...

Para warga pun menyapa Dalya dengan hangat...

"Ah ada ibu muda, apa kabar bu?"

Tanya salah satu warga wanita

Dalya tersenyum

"Baik..."

"Dimana adik dan anakmu?"

Tanya warga lain

"Biasa, mereka sedang bermain bersama"

Jawab Dalya dengan senyuman...

Obrolan mereka pun berlanjut, Dalya mengobrol dengan para warga, berbagi cerita, canda dan tawa bersama

Bisa dibilang kalau Dalya beruntung karena warga di desa ini sangat peduli ke satu sama lain dan saling berbagi susah dan senang bersama, benar benar warga yang mempunyai solidaritas tinggi

Saat mereka sedang asik mengobrol, tiba tiba terjadi ledakan yang sangat besar tak jauh dari tempat Dalya berkumpul dengan warga lain

Suara ledakan itu disusul dengan suara teriakan teriakan warga yang lainnya

"Ha?! Ledakan apa itu?" Ucap Dalya

Warga yang lainnya terlihat takut dan panik

"Dalya, kembalilah ke gubuk dan amankan anak dan adikmu"

Ucap salah satu pria...

Mendengar itu, Dalya menggelengkan kepalanya

"Tidak, sepertinya terjadi sesuatu yang buruk!!"

Sebelum para warga dapat mencekal atau mencegah Dalya memotong

"Aku kuat! Apapun itu yang mengacau, aku tidak akan kalah, dan aku akan kembali dan menenangkan anak dan adikku!!"

Ucap Dalya dengan arogan dan sombong sembari menerjang ke sumber ledakan dengan kecepatan tinggi, dia tidak memikirkan anak dan adiknya

"DALYA!!!"

Teriak beberapa warga secara bersamaan...

Namun Dalya tidak ingin mendengar... Dia terus berlari...

Di sumber ledakan, dia melihat seorang pria yang memakai jubah dan pakaian serba hitam, dia sudah membunuh setidaknya 3 warga yang tak berdosa... Dan mayat mereka tergeletak disekitar pria itu

Melihat itu, Dalya menjadi marah... Dengan kecepatan yang sangat tinggi, dia menendang pria itu ke tanah, membuat tanah menjadi hancur dan terlempar kemana-mana...

Pria itu pun terkejut karena Dalya tiba tiba menyerangnya...

"Kenapa ada pengacau sepertimu di antara ketenangan warga?!"

Ucap Dalya dengan marah

Pria itu pun masih terkejut... Warga di sekitar terlihat sangat tegang ketika melihat pertarungan yang akan pecah sebentar lagi...

Saat pria itu ingin menjawab, dia melihat kalung artefak milik Dalya...

"K-Kau?! K-Kau si perampas itu?!!!! Si pemegang ke-tujuh?!!!!"

Mata Dalya melebar ketika pria itu menyebutnya sebagai "Si Perampas" Dan "pemegang ke-tujuh"... Warga di sekitar pun terkejut

"Apa maksudmu perampas?! Aku tidak merampas apapun!! Dan apa maksudmu pemegang ke-tujuh?!!!"

Pria itu semakin marah...

"Dasar wanita murahan!!!" Teriak pria itu...

Kemudian dari tanah muncul duri es yang menusuk bahu kiri Dalya dengan kecepatan yang hampir instan

"Ugh-!!"

Rengek Dalya sebelum akhirnya melompat kebelakang sambil memegangi bahunya yang terluka...

Pria itu pun kembali berdiri

"Aku tidak akan melepaskanmu kali ini..."

Sebuah pedang es muncul di tangannya, aura yang membekukan sekitar pun mulai muncul dari dirinya...

"Aku akan membunuhmu, dasar jalang murahan!!!"

Dengan kecepatan yang sangat tinggi, pria itu menerjang Dalya... Namun reaksi Dalya tidak kalah cepat, dia menghindari tebasan pria itu

"Jaga cara bicaramu!!"

Dalya menggunakan lututnya untuk menyerang perut pria itu...

"Ah-!"

Sebelum pria itu dapat bereaksi, Dalya menendang wajahnya dan membuatnya terlempar jauh kebelakang

Tak sampai disitu, Dalya dengan kecepatan tinggi mengikuti pria itu dan memukul dadanya, memaksa semua oksigen di paru-parunya untuk keluar

Dalya masih belum puas... Dia menendang dan menginjak wajah pria itu ke tanah... Darah mengucur keluar dari hidungnya...

"Menjijikkan!!" Teriak Dalya

Dalya kemudian mencengkram kepala pria itu dan membenturkannya ke pohon beberapa kali...

Pria itu terlihat tidak berdaya... Darah terus mengalir dari hidungnya...

Dalya pun menendang pria itu keatas... Kemudian dia mengikuti pria itu dengan cara melompat...

Namun saat Dalya ingin menghajarnya lagi, pria itu mencengkram pergelangan tangan Dalya

"Eh?!"

Dalya terkejut

"Ikut denganku!" Ucap pria itu...

Sebuah portal pun terbuka, Portal itu berwarna biru muda dan putih... Pria itu menarik Dalya masuk ke dalam portal tersebut...

Dan mereka berakhir di sebuah tempat yang sangat dingin dan bersalju, disekitar mereka terdapat banyak sekali pilar es yang menjulang tinggi dari tanah

Bukit es samar samar dapat terlihat, dan badai es sedang melanda tempat itu...

Dalya terlempar ke salju yang langsung membuatnya kedinginan, luka di bahunya juga semakin menyakitkan karena membeku, dan pria itu berdiri dan tampak tidak terpengaruh sama sekali

Sepertinya Dalya telah dibawa ke tempat bermain pria itu...

Dalya pun berdiri secara perlahan...

"T-Tempat macam apa ini..."

Dalya sudah mulai sedikit menggigil...

"Sudah ku bilang, aku akan membunuhmu..."

Balas pria itu dengan nada dingin...

Sebelum Dalya dapat mengatakan apapun lagi, pria itu dengan cepat langsung menerjang Dalya dan memukul Dalya...

Namun Dalya langsung menahan pukulan itu dengan tangannya

"Kalau kau bisa... Jangan kira aku akan mati disini!"

Dalya kemudian melompat kebelakang... Namun pria itu secara instan langsung menerjang Dalya kembali

Kali ini Dalya tidak sempat menahannya, namun Dalya sempat untuk menangkisnya, Dalya terlempar kebelakang, menabrak sebuah pilar es dan langsung menghancurkan pilar es tersebut

Akibat dari benturan keras itu, semua udara dipaksa keluar dari paru-paru Dalya secara instan, tak hanya itu, darah juga muncrat keluar dari mulutnya...

"I-ini menyakitkan... D-Dingin sekali..."

Sebelum Dalya dapat bergerak banyak, pria itu seperti ber teleportasi ke Dalya lagi dan memukulnya

Dalya menahan pukulan itu dengan kedua lengannya, pukulan itu sangat keras sampai sampai menghempaskan Dalya kebelakang, menembus pilar es yang tadi dia tabrak...

Dalya pun menabrak pilar es yang lainnya dan membuat pilar es tersebut hampir hancur

"Arghhhhh!!!"

Darah mulai keluar dari mulutnya, dan dia batuk darah beberapa kali dan dia terengah-engah

"Kau berada di taman bermainku, wanita jalang..."

Sebelum Dalya dapat menjawab, Pria itu melemparkan sebuah duri es yang cukup panjang ke Dalya dengan kecepatan yang sangat tinggi...

Karena sudah lemas, Dalya tidak bisa menghindar... Es itu menancap ke bahu kiri Dalya yang memang sudah terluka...

Dalya sedikit berteriak ketika es itu menancap di bahu kirinya... Darah yang keluar dari bahunya membeku secara instan.....

"S-Sialan..."

"Selamat tinggal, jalang."

Ucap pria itu sebelum membekukan Dalya dan memenjarakan Dalya di dalam sebuah es...

Dalya terjebak di dalam es tersebut, tidak dapat bergerak dan membeku... Ketika pria itu membalikkan badannya dan akan pergi, dia merasakan sebuah pedang diarahkan ke lehernya dari belakang...

"Kau pikir hanya dengan membekukan ku dan melukai bahu kiriku cukup untuk membuatku mati?"

Es di bahu Dalya pun sudah tidak ada, hanya menyisakan luka yang membeku dan terlihat sangat kaku...

Sebuah pedang es pun muncul di tangan pria itu, dia langsung menebas kebelakang... Namun Dalya menangkis tebasan itu dengan pedang yang terbuat dari petir miliknya

"Jalang yang melawan ya?..."

Dalya menjadi marah karena pria itu masih memanggilnya seorang jalang...

"Akan ku tunjukkan siapa jalang yang sebenarnya!"

Dalya mulai menyerang pria itu... Pria itu juga membalas serangan dan juga bertahan...

Ditengah-tengah dinginnya salju, Dalya terus bertarung... Tubuhnya mengalami penurunan suhu secara berkala...

Nafasnya menjadi pendek setiap detiknya, dia mulai kelelahan dan juga kedinginan... Bahkan sihir petirnya tidak bisa membuatnya tetep hangat...

Dia tidak memiliki pistol ataupun pedangnya... Dia hanya mengandalkan pedang yang terbuat dari petir...

Suara antar dua pedang yang berbenturan memenuhi sekitar, badai salju semakin kuat setiap detiknya, nafas Dalya menjadi tak teratur dan melemah setiap detiknya...

Kecepatan mereka juga tidak main main, mereka melompat dari satu pilar ke pilar yang lainnya

Namun Dalya menerima lebih banyak luka dibandingkan dengan pria itu, karena mereka bertarung secara tidak adil, dimana Dalya dilemahkan oleh dingin yang semakin kuat dan kuat namun sebaliknya, pria itu semakin kuat ketika udara dan sekitarnya semakin dingin...

Dalya terdesak, dia tau cepat atau lambat, dia akan kalah...

Akhirnya, Dalya terjatuh ke lututnya, dia memegangi pedangnya untuk tetap mempertahankan tubuhnya, nafasnya tidak teratur dan berat...

Namun kemudian Dalya kembali berdiri...

"Masih bisa berdiri? Sungguh hebat... Sepertinya aku tidak boleh berlama-lama bermain..."

Dengan itu, dia pun menghilang di badai salju...

Saat dia menghilang, badai menjadi semakin kuat dan kuat...

"K-Kemana dia?..."

Dari badai yang mengitarinya, muncul sebuah duri es yang lancip, duri itu secara langsung meluncur kearah Dalya, namun Dalya berhasil menepisnya...

Namun tak berhenti di situ, duri yang sama muncul lagi dan lagi, dan duri itu semakin banyak dan banyak, Dalya mulai kewalahan, beberapa duri menancap di tubuhnya membuat Dalya semakin lemah dan lemah...

"S-Sialan... J-Jangan bilang aku akan mati di sini..."

Tiba tiba sebuah pedang es meluncur ke Dalya dan langsung menusuk bahu kirinya lagi, menembus bahu kirinya, Dalya sedikit berteriak karena itu

"Argh!! S-Sakit..."

Saat Dalya ingin mencabut pedang itu dari bahunya, sebuah pedang es yang lainnya meluncur dan menembus perutnya...

Dalya terkesiap dan langsung memuntahkan darah...

Darah terus mengalir dari mulutnya... Darahnya hampir langsung membeku... Kedua tangannya langsung memegangi pedang es yang menembus perutnya

"A-Ap-"

Belum sempat mengatakan kalimatnya, sebuah pedang menusuk dadanya, menembus dadanya dari belakang...

Tubuh Dalya terangkat dan dia memuntahkan darah semakin banyak...

"Selamat tidur, jalang..."

Itu adalah suara pria tadi... Dalya sudah tidak bisa membalas... Dia sudah sangat lemah... Secara perlahan, kesadarannya mulai memudar...

Akhirnya... Dalya kehilangan kesadarannya... Tubuhnya lemas... Dia mati?...

Pria itu pun membuang Dalya, kemudian dia berjalan pergi... Namun sedikit yang dia tahu, seorang gadis kecil mendatangi Dalya entah dari mana...

... Kembali ke sisi Hasby dan Kirsten yang sedang menangis... Mereka di tenangkan oleh para penduduk desa...

"Hey... Tenanglah kalian"

"Tidak!! Mamaku bertarung dengan seorang pria dan sekarang dia menghilang!!!" Kirsten membentak...

Semua warga terdiam...

Hasby pun memeluk Kirsten sambil menangis

"T-Tenang dek... Tenang, mama mu akan baik baik saja... Dia kuat..." Bisiknya ke Kirsten dengan nada gemetaran...

Kirsten pun memeluk kembali kakaknya dengan sangat erat... Seperti hidupnya bergantung pada pelukan itu... Dia masih menangis...

"Kak... Mama... Mamaaa....... Mama tidak ada..."

Hasby juga memeluk Kirsten dengan erat...

"Iya dekk, kita sabar aja ya? Kita sabar dan percaya ke mama aja oke? Kakak juga sedih, tapi kita harus percaya oke?"

Ucap Hasby di sela-sela tangisnya...

Kirsten mengangguk sambil masih menangis... Dia mengubur wajahnya ke leher Hasby...

"O-Oke... K-Kalau kakak percaya mama, a-aku juga akan percaya kakak dan mama..."

Hasby pun mengelus-elus bagian belakang kepala Kirsten untuk menenangkannya...

"Anak pintar..."

Mereka berdua merasa sedih dan kehilangan... Namun mereka harus percaya kepada Dalya apapun yang terjadi, namun Dalya.....

Di keesokan harinya, Dalya masih belum kembali, namun mereka masih percaya kalau Dalya akan kembali, dan mereka akan mempercayai itu sampai Dalya kembali...

Meskipun dari jauh, mereka dapat merasakan kehangatan Dalya, mereka mempercayai kehangatan itu dan akan selalu mempercayainya... Sebuah kepercayaan yang akan mereka tekuni...

"Kmu mau sarapan apa dek?" Tanya Hasby...

Kirsten sedang berada dibelakang Hasby, tangannya mencengkram baju Hasby, dia tidak ingin jauh dari kakaknya

"H-hmmm... D-Daging kak! Sama... Roti... Tapi dagingnya jangan terlalu matang!"

Hasby pun sedikit tertawa mendengar apa yang adiknya mau

"Seperti biasa ya? Baiklah..."

Hasby pun mulai memasak apa yang adiknya inginkan, dia juga membuatkan makanan yang sama untuk dirinya sendiri...

Saat Hasby memasak, Kirsten dengan erat mencengkram baju Hasby...

Beberapa menit kemudian, akhirnya sarapan mereka pun jadi, mereka pun menuju meja makan...

Di meja makan mereka mulai makan dengan senang, meskipun Kirsten tidak mendapatkan asi, namun dia tidak masalah jika harus memakan makanan biasa dulu sambil menunggu mama nya kembali...

Lagipula, mereka masih punya satu sama lain, mereka bisa menguatkan satu sama lain jika salah satu dari mereka merasa sedih...

Setelah selesai sarapan, Hasby pun mencuci piring mereka... Setelah selesai Kirsten pun menghampiri Hasby...

"Kakkk"

Hasby pun berdiri dan membalikkan badannya dan melihat ke bawah, ke Kirsten...

"Iya dekkk ada apa?"

Kirsten pun mengulurkan kedua lengannya ke atas, ke Hasby

"Gendong, adek mau tidur"

Kirsten merengek, dia memohon...

Hasby pun tersenyum melihat tingkah laku adiknya

"Ahhh, adik kecilku ngantuk ya habis sarapan? Sini siniii"

Ucap Hasby sambil meraih tangan Kirsten dan kedua tangannya dengan kuat memegang pinggang Kirsten sebelum akhirnya mengangkat dan menggendongnya...

Dengan cepat Kirsten langsung memeluk leher Hasby sebagai dukungan agar dirinya tidak terjatuh...

Ya itu wajar, karena Kirsten dan Hasby tidak tidur semalaman karena terus memikirkan Dalya tanpa henti, mereka juga menangis semalaman sebelum akhirnya tertidur karena kelelahan...

Mereka tidak mendapatkan tidur yang cukup tadi malam, mereka kelelahan dan butuh istirahat yang cukup, dan setelah sarapan adalah waktu yang pas bagi mereka beristirahat...

"Nyaman..." Ucap Kirsten dengan nada pelan...

Hasby tersenyum, kemudian dia membawa Kirsten ke tempat tidur Dalya...

Dia menidurkan Kirsten, kemudian dia tidur di sampingnya...

Hasby memeluk Kirsten dengan erat, membuat Kirsten merasa nyaman dan aman... Sebaliknya, Kirsten juga memeluk kakaknya kembali, mengubur wajahnya ke dada kakaknya...

"Aku rindu mama..."

Hasby tersenyum, kemudian dia mengelus-elus kepala untuk menenangkannya

"Iya, kakak juga merindukannya... Kita tunggu saja oke?"

Kirsten mengangguk

"Oke..."

Ucap Kirsten sebelum memejamkan matanya dan tertidur... Hubungan antara adik kakak yang hangat dan bahagia memang tidak terkalahkan dan tidak akan pernah terkalahkan...