Monster?

Dimalam yang gelap, bulan dan bintang bintang memberi cahaya kepada mereka yang tidak pernah meninggalkan satu sama lain.

"Hmmm!!! Enak banget kak, kakak emang paling hebat kalau masalah masak!!"

Ucap Kirsten dengan penuh kegembiraan sambil mengunyah makanan dimulutnya tanpa tahu apa yang dia makan...

Hasby pun tersenyum dan mengelus-elus kepala Kirsten...

"Makasih adikku"

Mereka pun melanjutkan makan malam mereka... Setelah selesai, Hasby pun mencuci mangkuk kayu yang mereka buat makan tadi dibelakang gubuknya...

Saat baru saja selesai mencuci, Kirsten pun datang dan berkata dengan nada mengantuk

"Kakkk, ayo tidurrr"

Kirsten pun menguap

Hasby pun mengeringkan kedua tangannya sebelum berbalik

"Baiklah baiklah..."

Hasby pun mengangkat Kirsten dan menggendongnya kembali kedalam gubuk, dia menuju tempat tidur mereka kemudian langsung menidurkan Kirsten di tempat tidur tersebut...

Kemudian Hasby pun juga ikut berbaring disamping Kirsten...

Dengan cepat, Kirsten langsung memeluk Hasby dan mengubur wajahnya ke dada Hasby...

Hasby pun tersenyum, tangannya langsung meraih kepala Kirsten dan mengelus-elus kepalanya dengan lembut...

Sedangkan tangannya yang satunya merangkul Kirsten, membalas pelukannya

"Selamat malam adikku..."

Tak lama kemudian, Kirsten pun terlelap dan tertidur

Kesunyian menenangkan pikiran Kirsten, sentuhan dan pelukan hangat dari kakaknya menghangatkan seluruh tubuhnya...

Kirsten tidur dengan sangat nyenyak sebelum akhirnya dia terbangun ditengah malam...

Dia membuka matanya dan mengusap matanya beberapa kali, ternyata kakaknya, Hasby, sudah tidak ada di tempat tidur mereka...

Kemudian Kirsten duduk...

"Hmm? Jangan-jangan, kak Hasby nyuci baju lagi?"

Ucap Kirsten sambil menguap

Itu benar, semenjak Dalya menghilang, Hasby selalu bangun tengah malam untuk mencuci baju mereka...

Kirsten pun beranjak dari tempat tidurnya, kemudian dia meregangkan tubuhnya dan berjalan menuju belakang gubuk

Saat dia mencapai tempat dimana kakaknya mencuci baju mereka, Hasby tidak disana...

"Eh? Tidak ada?"

Rasa khwatir dan panik mulai muncul didalam diri Kirsten... Namun Kirsten dengan cepat menepis rasa khawatir dan panik tersebut, karena dia tau sesuatu bahkan mama nya sendiri, Dalya, tidak tahu...

"Aku yakin kak Hasby tidak kenapa-kenapa... Lagipula kak Hasby tidak selemah itu..."

Kirsten pun berjalan keluar gubuk lewat pintu bagian belakang gubuk itu...

"Aku akan berjalan-jalan sebentar..."

Kirsten pun mulai berjalan lebih jauh kedalam hutan...

Hutan yang sangat sunyi, hanya ada suara jangkrik disekitarnya, bulan menerangi hutan itu dengan cahaya yang cukup bagi Kirsten yang melewati hutan itu...

Setiap langkah yang Kirsten buat, bunga mawar tumbuh dari tanah, mawar itu bersinar seolah-olah menerangi jalan yang Kirsten lalui...

Kirsten pun memetik salah satu bunga mawar itu dan menghirup aromanya...

Dari aroma mawar itu, seolah-olah Kirsten mendapatkan informasi yang besar...

"Sudah kuduga... Kak Hasby berbohong soal overclocking... Dan kejadian saat aku akan dijadikan budak itu nyata..."

Kirsten menghela nafas

"Bau ini..."

Dalam sekejap mata, Kirsten sudah berubah menjadi wujudnya yang lebih tua... Namun itu bukan wujud yang sama persis saat dia melawan pria yang ingin menjadikannya budak

Wujudnya yang sekarang adalah wujud yang lebih muda dari wujud yang dia gunakan untuk melawan Zerf...

"Bau menjijikkan dicampur dengan bau mama yang halus dan wangi... Juga terdapat bau para Raja..."

Kirsten pun meremas mawar itu sampai hancur, kemudian dia memetik mawar lagi dan menghirup aromanya

"Ini sepenuhnya wangi milik mama... Aku menyukai bau ini..."

Kirsten pun meletakkan mawar itu diatas telinga kanannya sebelum akhirnya lanjut berjalan

"Selama aku berada di dimensi ini, hanya para Raja yang bisa mengalahkanku... Benarkan..."

Kemudian dari tanah muncul akar-akar Crimson, akar-akar itu langsung menuju ke suatu pohon... Tak lama kemudian terdengar suara seorang pria berteriak sebelum akhirnya darah muncrat dari balik pohon itu...

Dalam beberapa detik saja, seorang pria akhirnya ambruk kesamping dari pohon tersebut, namun kepala pria itu sudah tergantikan menjadi bunga mawar yang sudah mekar

"Masih tersisa?"

Kirsten pun meludah ke arah tubuh pria itu sebelum lanjut berjalan...

"Apakah aku harus mencari kakakku?"

Kirsten pun menghela nafas, tubuhnya mulai bersinar merah dan dia kemudian memudar dan menjadi sekelompok kupu-kupu merah yang mulai terbang secara bersamaan dilangit malam...

Tanpa dia sadari... Seseorang sedang mengawasi Kirsten dari jauh, sangat jauh bahkan...

"Anak yang sangat kuat, anak yang terlahir diluar liner takdir..."

Itu adalah seorang anak laki-laki muda yang setidaknya berumur 18 tahun, dia tinggi dan tampan dengan rambut berwarna putih dan dicampur dengan warna ungu... Mata ungunya bersinar layaknya bulan yang menyinari bumi sekarang ini...

Dia sedang berdiri diatas sebuah bukit dengan memakai jubah hitamnya...

Pria itu pun kemudian tertawa

"Anak sekarang memang sangat unik... Aku menyukai anak anak yang terlahir di waktu sekarang..."

"Aku menginjakkan kakiku di waktu yang sempurna..."

Tak lama kemudian, seorang pria yang memiliki tinggi kurang lebih sama dengannya menghampirinya dari belakang... Dia memiliki rambut berwarna putih dan jubah berwarna putih kebiruan, dia juga memakai penutup mata...

"Raven..."

Pria itu pun berhenti tertawa dan membalikkan badannya... Dia kemudian tersenyum

"Hei pak tua Eurdy, kau buta pun masih bisa menemukanku?"

Balas pria itu, yang sekarang namanya adalah Raven...

"Tutup mulutmu, Raven, itu tidak penting, kau berhasil membuat marah jendral ketujuh dari kubuh manusia..."

Balas Eurdy...

Raven pun tertawa

"Lalu kenapa? Apa yang bisa dia perbuat? Tidak ada... Kesempatan mereka menang melawanku adalah kurang dari nol persen."

Ucap Raven dengan arogan... Karena tau dia menang sekuat itu...

"Terserah kau saja..."

Balas Eurdy dengan menghela nafas

"Ya ya ya, aku akan pergi sekarang, pertunjukkan hari ini cukup bagus..."

Ucap Raven sambil berjalan melewati Eurdy... Sementara Eurdy hanya diam saat Raven melewatinya...

Raven pun melompat turun dari bukit itu dan mendarat tanpa ada luka, tanah dibawahnya malah yang hancur...

Raven pun menghela nafas dan bersandar ke sebuah pohon...

"Akan berapa lama aku harus begini? Aku tidak berhasil menemukannya, aku tidak bisa kembali... Dan kuharap... Dia baik baik saja..."

"Aku tidak mau terus berpura-pura begini..."

Saat dia sedang bersantai... Tiba-tiba sebuah bola api yang cukup besar melesat kearahnya

Namun sebuah penghalang muncul disekitar Raven, saat bola api itu mengenai penghalang Raven, penghalang Raven bahkan tidak terlihat retak sedikitpun...

"Mau sampai kapan manusia ingin bermain-main dengan pahlawan tidak berguna ini..."

Kemudian dari balik semak semak, muncul lima orang, tiga laki-laki dan dua perempuan...

Tiga orang laki-laki berpakaian seperti seorang prajurit, satu orang memakai baju zirah dengan membawa pedang besar

Satu lagi juga memakai baju zirah yang lebih berat dengan membawa sebuah perisai besar dan juga sebuah pedang besar

Yang satunya tidak memakai banyak baju zirah namun dia memakai jubah berwarna putih dengan kalung salib dan juga membawa sebuah palu besar ditangannya

Sedangkan dua yang lainnya adalah seorang perempuan yang keduanya hanya sedikit memakai baju zirah, namun pakaian mereka didominasi oleh jubah saja

Satu dari mereka membawa tongkat, dan yang satunya membawa busur...

"Menyerahlah iblis!!! Kita disini untuk membunuhmu, menyerahlah sebelum kami bunuh"

Ucap salah satu dari mereka yang membawa palu besar

Raven mendorong dirinya dari pohon dan sepenuhnya berdiri... Namun dia tidak mengatakan apapun...

Orang yang membawa palu besar itu pun mengambil beberapa langkah kedepan... Namun baru tujuh langkah, dia tiba tiba terdiam membeku...

Tak lama kemudian, darah mulai mengalir dari lehernya... Sebelum akhirnya darah menyembur seperti air mancur dari lehernya, dan kepalanya pun menggelinding ditanah...

Darah terus menyembur keatas, tubuh pria itu pun terjatuh...

Dia telah dipenggal tanpa ada yang bisa melihat pergerakkan dari Raven...

Rekan rekannya yang lain pun diam membeku tanpa ada yang bergerak... Kemudian Raven berkata dengan nada dingin...

"Apakah kalian tidak sadar... Aku ini seorang Ilkareth..."

Dengan senyuman dingin, Raven menerjang kedepan dan meninju perisai yang dibawa oleh salah satu pria disana... Perisai itu langsung hancur hanya dengan satu kali serang...

Semuanya terkejut setengah mati... Inikah orang yang harus mereka kalahkan?...

"D-Dia l-lebih dari iblis ataupun monster!!! Mereka bilang tidak akan separah ini!!"

Teriak seorang gadis yang membawa tongkat sihir...

Kemudian pria yang membawa pedang besar pun menerjang ke Raven

"Berani kau membunuh salah satu rekan ku!!! Kau akan membayarnya!!!"

Teriaknya dengan marah... Semua teriakan dalam kemarahan itu hanya untuk ditendang Raven kemudian diinjak olehnya

Pria itu langsung terkesiap karena semua oksigen di paru-parunya dipaksa keluar dalam satu kali hentakan

"Memangnya kenapa? Kau akan menggunakan kekuatan cinta dan pertemanan?"

Raven tertawa dengan dingin

"Sayang sekali, itu tidak akan berfungsi disini..."

Sebuah pedang yang terbuat dari sihir berwarna ungu muncul di tangan kanannya...

Saat dia ingin menusuk pria yang ada di kakinya, gadis yang membawa busur menembakkan anak panah ke Raven, anak panah itu tepat mengenai bahunya, namun Raven tidak kesakitan...

Dia malah tersenyum dengan dingin dan menghadap ke gadis yang memanahnya tadi...

"L-Lepaskan dia atau akan kubunuh kau!!"

Teriak gadis itu dengan nada gemetaran karena takut...

Raven pun tertawa dengan dingin... Sebelum gadis itu dapat bereaksi, Raven dengan kecepatan ekstrim langsung menerjang gadis itu dan mencengkram lehernya dengan tangan kirinya...

Gadis itu kesusahan untuk bernafas, namun Raven tidak peduli, dia mengangkatnya keatas, gadis itu berusaha keras untuk melepaskan dirinya, namun nihil... Dia kesulitan bernafas...

Melihat salah satu rekannya dalam bahaya, yang lainnya pun langsung menerjang Raven, termasuk pria yang tadi di tanah....

"Lepaskan dia!!!" Ucap gadis yang membawa tongkat sihir sambil melancarkan sihir petir kearah Raven...

Namun Raven dengan gampangnya menangkis sihir itu dengan pedangnya...

Dia tersenyum dengan dingin... Dia menciptakan gelombang kejut dengan hanya menghentakkan kakinya, dan membuat kedua pria tadi terhempas kebelakang...

"Mari kuberi pelajaran..."

Tanpa belas kasih ataupun pikir panjang, Raven menusuk leher bagian bawah gadis yang dia cengkram...

Gadis itu berteriak karena kesakitan...

"TIDAKKKKKKK!!!"

Rekan rekannya yang lain berteriak

"K-Kau monster!!!"

Gadis yang membawa tongkat sihir pun menangis karena ketakutan...

Raven hanya memberi senyuman dingin sebelum melepaskan gadis di cengkeramannya, membuatnya jatuh ke tanah...

Kemudian dia menginjak wajah gadis itu kemudian dia menusuk jantungnya, awalnya gadis itu masih bergerak dengan panik, namun tubuhnya akhirnya melemah dan akhirnya tidak bergerak sama sekali... Genangan Darah terbentuk dibawah gadis itu...

"S-SIALAN KAU!!!"

Teriak orang yang perisainya dihancurkan oleh Raven tadi sambil menerjang Raven dengan pedang besarnya...

Dengan tenang dan senyuman dingin, Raven tidak menghindar, namun dia ikut menerjang pria itu

"TERIMA INI!!!"

Teriak pria itu sambil mengayunkan pedangnya... Namun dia berhenti di tengah tebasannya...

Ternyata Raven sudah lebih dulu menusuk dahi pria itu sampai tembus kebelakang...

"Semakin besar pedangmu, semakin lambat dirimu..."

Kemudian Raven menarik pedangnya kebawah, dia membelah pria itu menjadi dua sambil melakukan akrobatik... Darah muncrat kemana-mana, membuat baju, wajah dan rambut Raven tertutupi darah...

Akhirnya dua yang tersisa, seorang kesatria dan seorang mage menyadari kalau mereka tidak akan bisa memberi Raven sebuah goresan sekecil apapun itu...

Gadis mage itu pun terduduk dan menangis semakin keras...

Kemudian Raven berkata lagi

"Tinggal dua ya... Baiklah, siapa selanjutnya..."

Ucap Raven dengan senyum dingin...

"Tunggu!!"

Ucap kesatria itu sambil berdiri...

Raven pun menghadap ke kesatria itu

"T-Tolong ampuni gadis itu, kau boleh bunuh aku, tapi biarkan gadis itu pergi... Kumohon..."

Mendengar permohonan kesatria itu untuk membiarkan gadis mage itu pergi, Raven malah terpikirkan sesuatu...

Dengan senyuman jahat dan dingin, dia menjatuhkan kesatria itu keposisi tengkurap...

Kemudian Raven menusuk bahu pria itu dengan pedangnya, sampai tembus ke tanah dibawahnya, membuat pria itu terkunci disitu dan tidak dapat berdiri lagi...

Kesatria itu pun berteriak kesakitan...

"Karena kau sudah membuatku semakin stress dengan pikiranku..."

"Aku akan membuatmu melihat rekanmu yang tidak berdaya itu diperkosa dihadapanmu sebelum aku membunuhnya dan membunuhmu... Itu juga akan meringankan pikiranku..."

Mendengar itu, mata kesatria itu terbelalak karena ngeri... Dia akan melihat rekannya sendiri diperkosa dihadapannya...

Kesatria itu langsung mencoba untuk membebaskan dirinya... Namun nihil, pedang Raven menahannya dengan kuat

"T-Tidak!! K-Kumohon jangan lakukan itu!!"

Teriak kesatria itu, memohon kepada Raven... Namun Raven tidak peduli... Dia berdiri dan berjalan menghampiri gadis mage tersebut dengan senyuman dingin...

Gadis mage itu secara reflek langsung menyeret dirinya kebelakang, namun dibelakangnya adalah sebuah pohon...

Dia tidak bisa kemana-mana...

Sementara kesatria tadi masih mencoba untuk membebaskan dirinya, namun tidak ada hasil...

Raven pun menegang dagu gadis mage itu dan memaksanya untuk melihat keatas... Gadis itu masih menangis, namun dia melawan, dia mendorong Raven... Namun Raven tidak bergerak satu inci pun...

Kemudian Raven pun menggunakan sihirnya untuk mengikat gadis itu... Membuatnya benar benar tak berdaya...

"Aku akan menikmatimu sebelum aku membunuhmu..."

Gadis itu mencoba melawan, namun nihil...

Saat Raven ingin menyentuh gadis itu, tiba tiba sebuah pedang muncul di tangannya....

"Bercanda"

Ucap Raven sebelum menusuk jantung gadis itu, membuatnya berteriak sebelum akhirnya mati... Darah gadis itu muncrat kemana-mana seperti air mancur...

Kesatria yang melihat itu pun menjadi sedih, dia menangis...

"K-Kenapa..."

Kemudian Raven kembali berjalan menuju kesatria itu...

"Kenapa? Aku tidak mau mengotori tubuhku dengan berhubungan dengan wanita itu..."

Sebelum kesatria itu dapat membalas, Raven memfokuskan sihirnya ke kaki kanannya dan menginjak kepala kesatria itu... Kepalanya langsung meledak, otaknya berceceran kemana-mana...

"Kita sudahi saja bermain pahlawannya... Manusia memang tidak pernah belajar..."

Raven menghela nafas

"Mending aku pulang saja..."

Dengan itu, Raven pun berjalan pergi......

Namun tanpa dia sadari sedikitpun, Hasby dari tadi bersembunyi dibalik sebuah pohon tak jauh dari Raven...

Saat Raven sudah cukup jauh, dia menghela nafas

"Dasar monster..."

Kemudian seekor kupu-kupu berwarna merah mendatangi Hasby...

Kupu-kupu itu pun berubah wujud menjadi seseorang dengan tinggi yang sama dengan Hasby, itu adalah Kirsten...

"Iya, orang itu mengerikan"

Ucap Kirsten, namun tidak ada ketakutan sedikitpun di dalam nadanya...

"Apakah karena ini kakak terbangun tengah malam begini?"

Tanya Kirsten, Hasby pun mengangguk

"Iya, kamu juga berhasil menemukan kakak..."

Ucap Hasby dengan senyuman

Kirsten pun dengan cepat memeluk kakaknya

"Yasudah, ayo pulang, Kirsten masih ngantuk..."

Ucap Kirsten sambil menguap...

Hasby pun tersenyum

"Ayooo"

Ucap Hasby sambil mengangkat Kirsten ke gendongannya dan terbang pergi dari lokasinya berada dengan membawa Kirsten di gendongannya...

Namun...

Raven yang tadinya berjalan, langsung memberhentikan langkahnya dan menoleh kebelakang, dia menyadari keberadaan mereka...

Tidak ada wajah bosan, tidak ada wajah datar... Wajah Raven terisi dengan ketakutan dan kengerian...

"K-Kenapa dia disini..."

Raven pun menggelengkan kepalanya dan lanjut berjalan pergi dengan rasa takut dan rasa ngeri...