Sesuatu Yang Menyimpang?

Di pagi yang cerah, aktivitas berjalan seperti biasa, tidak ada gangguan hanya ada percakapan hangat...

Hasby dan Kirsten melakukan aktivitas pagi mereka seperti biasa.

Kirsten yang sekarang lebih memilih wujudnya sendiri yang lebih tua dengan tinggi sama dengan Hasby... Seorang gadis muda dengan rambut merah merona dan mata merah menyala...

Sekarang Hasby sedang berada dihadapan yang cukup besar didalam gubuknya...

"Hmmm? Rambutku sudah panjang..."

Benar, rambut bagian depan milik Hasby sudah melebihi jauh dibawah matanya...

"Tapi aku tidak ingin memotongnya..."

Hasby berfikir sambil meletakkan jarinya didagunya...

Kemudian dia terpikirkan sesuatu...

"Aku punya ide!!"

Hasby pun berlari untuk mengambil secangkir air dan sebuah sisir...

Setelah itu dia meletakkan secangkir air dan sisir itu dimeja samping cermin tadi...

"Mari kita perbaiki rambut yang berantakan ini"

Hasby pun mulai memperbaiki rambutnya secara perlahan dengan bantuan air dan sisir yang dia sedikit basahi dengan air tersebut...

Setelah cukup lama menata rambutnya, akhirnya dia selesai

"Haha! Aku terlihat jauh tampan!"

Ucap Hasby sambil bercermin...

Rambut birunya yang panjang sekarang memiliki model belah tengah, membuat Hasby memang jauh lebih tampan dari biasanya...

Saat dia bercermin, tiba tiba Kirsten memasuki gubuk dan memanggil Hasby

"Kak Hasbyyy, ayok belanja"

Panggil Kirsten sambil melihat sekeliling gubuk...

Mendengar panggilan dari adiknya, Hasby pun menoleh ke Kirsten yang baru saja membuka pintu gubuk mereka...

"Kak-"

Belum sempat memanggil kakaknya lagi, matanya mendarat di kakaknya yang menoleh kearahnya

Mata Kirsten langsung melebar karena dia terkejut dengan penampilan baru kakaknya...

Hatinya terasa seperti tertembak oleh satu anak panah dari Cupid si dewi asmara ketika dia menatap kakaknya yang sekarang sangat tampan... Wajahnya memerah karena malu dan terpesona oleh kakaknya...

"K-Kakak-"

Kirsten bahkan tidak bisa membuat kalimat yang konkret...

"Iya?"

Balas Hasby dengan senyuman manis...

Melihat senyuman manis kakaknya, wajah merah Kirsten menjadi semakin gelap...

Hatinya terasa seperti ditembak oleh sang Cupid, si dewi asmara secara bertubi-tubi tanpa henti, Kirsten merasa hatinya akan melompat keluar dari dalam dirinya kapanpun karena terpesona oleh kakaknya...

Perutnya terasa dipenuhi oleh kupu-kupu karena pesona dari kakaknya...

Kirsten pun menutupi hidungnya dengan kedua tangannya, namun darah tetap keluar melewati sela-sela jari-jarinya...

"T-Tampan s-s-sekali..."

Ucap Kirsten, seluruh tubuhnya termasuk kedua kakinya mulai gemeteran, mengancam Kirsten kalau mereka akan menyerah untuk menopangnya sebentar lagi...

Hasby pun terkejut, dia tidak menyangka kalau perubahannya ini akan membuat adiknya memunculkan reaksi seperti ini, reaksi seperti seorang gadis remaja yang terobsesi dengan seseorang yang dia suka...

Hasby bisa melihat kalau Kirsten sedang dikelilingi rasa terpesona dan cinta yang menutupi matanya...

"D-Dek? Kamu kenapa?!"

Tanya Hasby sambil menghampiri adiknya

Pupil mata Kirsten berubah menjadi bentuk hati ketika kakaknya menghampirinya... Wajahnya berwarna merah gelap serta kakinya semakin bergetar...

Kirsten kemudian mengalihkan kedua tangannya dari hidungnya ke kedua pipinya...

Nafas Kirsten berat dan bergetar, Kirsten bisa merasakan kalau tubuhnya bertambah panas setiap detiknya karena dia terus menatap wajah kakaknya itu...

"K-Kakak... Kakak s-sangat tampan... Aku menginginkan kakak"

Ucap Kirsten dengan terengah-engah... Sambil satu tangannya meraih Hasby...

Hasby terkejut, dia bisa melihat kalau mata Kirsten dipenuhi dengan nafsu dan cinta yang hampir tak tertahankan...

Tubuh Kirsten memohon untuk sentuhan dan pelukan dari kakaknya...

"K-Kakak..."

Ucap Kirsten dengan terengah-engah... Suaranya tidak melebihi bisikan...

Hasby pun menggelengkan kepalanya dan meraih tangan Kirsten kemudian menariknya ke pelukannya...

"Dek, kendalikan dirimu... Tidak boleh..."

Hasby bisa merasakan betapa gemetarnya tubuh Kirsten di pelukannya... Kirsten sedang merasa sangat panas, dia sedang merasa birahi...

Kirsten masih terengah-engah, nafasnya berat dan gemetaran ketika dia dipeluk oleh kakaknya...

"K-Kakak, a-aku m-membutuhkan kakak..."

Ucap Kirsten sambil membalas pelukan Hasby dan melihat tepat ke mata kakaknya...

Hasby pun menggelengkan kepalanya

"Tidak boleh... Mama akan memarahi kita jika kita melakukan itu..."

Ucap Hasby sambil mencium pipi Kirsten...

Kirsten mengeluarkan suara mencicit ketika kakaknya mencium pipinya...

Kemudian dia berfikir lagi, kakaknya benar, kalau mama nya, Dalya, tau apa yang mereka perbuat ketika dia pergi, mama nya akan sangat kecewa kepada mereka berdua karena mereka tidak bisa menahan nafsu mereka...

"K-Kakak benar..."

Kirsten melihat tepat ke mata Hasby...

"T-Tapi aku sudah tidak tahan kak... B-Bagaimana aku bisa menghilangkan rasa ini?..."

Tanya Kirsten dengan gemeteran...

Hasby kemudian berfikir

"Coba kamu tenangkan diri, tarik nafas dalam dalam dan lepaskan... Lalu kamu pikirkan tujuan utama kamu menemui kakak, belanja kan?"

Kirsten pun mengangguk

"B-Benar..."

Kemudian Kirsten pun mulai menerapkan saran dari kakaknya, dia mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskannya beberapa kali... Mencoba mendapatkan kembali dirinya yang normal dan tidak birahi...

Cara itu berhasil... Kirsten menjadi semakin tenang... Meskipun tubuhnya masih mengeluarkan reaksi seperti ingin disentuh ketika melihat kakaknya, namun dia menjadi lebih tenang...

Wajahnya masih merah, namun pupil matanya kembali normal... Dengan satu kali nafas panjang, dia akhirnya kembali ke dirinya yang biasa namun dengan wajah yang masih merah...

Hasby pun tersenyum melihat keberhasilan adiknya

"Anak baik..."

Kirsten pun tersenyum dengan pujian itu... Kemudian dia memeluk lengan kanan Hasby sambil bersandar ke bahunya...

"Yasudah, ayo belanja kalau begitu..."

Hasby pun mengangguk...

Mereka pun mulai berjalan keluar dari gubuk menuju tempat perdagangan di desa itu...

Mereka terlihat seperti pasangan daripada adik kakak karena cara Kirsten dalam memeluk lengan Hasby dan bersandar ke baju Hasby..... Namun sepertinya warga desa memaklumi hal tersebut dan tetap menghargai mereka dan menyambut mereka dengan hangat...

..........................

Kembali ke sisi Dalya dan juga Jigwei yang masih berjalan menembus hutan untuk kembali kerumah Dalya...

Namun mereka sedang ditengah pertempuran besar didalam desa yang besar juga... Mereka saling melempar sihir, memanah satu sama lain, dan juga ada yang saling beradu pedang...

Namun mereka berdua tidak peduli akan perang itu, mereka berjalan ditengah perang itu tanpa ada rasa peduli yang menyelimuti mereka...

Dalya mencengkram pergelangan tangan Jigwei dengan erat sambil melewati perang itu...

Namun secara tidak terduga, salah satu prajurit salah menganggap Jigwei sebagai lawan dari kubuhnya... Prajurit itu menarik Jigwei dan memukulnya beberapa kali...

Jigwei pun terkesiap dan mengeluarkan beberapa teriakan kesakitan karena dipukuli secara tiba-tiba...

Dalya yang terkejut karena Jigwei tiba tiba ditarik tanpa alasan pun marah, apalagi dia melihat Jigwei dipukuli oleh prajurit itu...

Dengan kecepatan ekstrim dia menerjang prajurit itu dan memukul wajahnya dengan sangat keras... Kepala prajurit itu menghantam tanah, tanah disekitarnya pun akhirnya retak dan meledak, menghempaskan semua orang di sekitarnya kecuali Dalya sendiri dan Jigwei...

Terlihat kepala prajurit itu sudah hancur... Otaknya berceceran dimana-mana...

Semua orang yang terhempas dan berperang pun menghentikan perang mereka karena ledakan tersebut...

Dalya pun akhirnya membungkuk ke Jigwei

"Kamu tidak apa apa?"

Tanya Dalya ke Jigwei sambil melihat luka pukulan di pipi dan badannya...

Dengan wajah marah dan kesal karena tiba tiba dipukuli tanpa alasan, Jigwei pun menganggukkan kepalanya...

"Awalnya aku tidak ingin ikut campur... Namun apa boleh buat, kekerasan dibalas dengan kekerasan..."

Ucap Dalya dengan dingin, sebuah tombak panjang berwarna merah muncul di tangan kanannya sembari dia berdiri, tombak itu mengeluarkan aura berwarna merah gelap...

Ledakan sihir berwarna merah gelap terpancar dari tubuh Dalya, tubuh Dalya mengeluarkan sihir berwarna merah gelap dengan jumlah yang sangat besar...

Dalya seperti seorang dewi perang yang dipanggil ke medan pertempuran...

Jigwei pun ikut berdiri dengan wajah marah dan kesal... Dia tidak Terima dengan semua serangan yang dia dapat tanpa alasan yang jelas

Kedua tanduknya beserta ekornya pun bersinar... Sihir berwarna biru muda pun mulai keluar dari tubuhnya

Mereka berdua berdiri tegak seperti mereka yang terkuat... Karena faktanya memang begitu, merekalah yang terkuat...

Dengan kecepatan ekstrim, mereka berdua bergerak secara bersamaan...

Dalya menggunakan tombaknya dan menebas banyak orang hanya dengan sekali serang saja... Tebasan itu merobek apapun yang terkena tebasannya secara langsung maupun tidak langsung...

Sementara Jigwei dengan brutal memukul dan mencakar semua yang ada dihadapannya... Ada yang sekali serang langsung mati, ada yang beberapa kali serang baru mati...

Wajah Jigwei dipenuhi dengan kemarahan yang menuntut balas dendam...

Dalya dan Jigwei membantai mereka tanpa henti, mayat berada dimana-mana... Mereka bahkan membunuh orang orang yang tidak bersalah... Mereka benar benar tidak peduli dengan siapa atau apa yang mereka bunuh...

Setelah banyak membunuh dan menghancurkan, mereka berhenti... Mereka tidak terlihat kelelahan sama sekali...

"Sepertinya cukup sampai disini saja..." Ucap Dalya sambil menghela nafas, tombak di tangannya pun menghilang

"Kakak ga mau lama lama..."

Jigwei pun menghela nafas juga kemudian tersenyum, wajah cerianya kembali

"Baiklah~"

Ucap Jigwei dengan ceria...

Dengan itu mereka pun pergi dengan cepat dari lokasi tersebut... Meninggalkan warga yang masih hidup sendirian disana...

Setelah cukup jauh, akhirnya mereka malambat... Mereka berjalan normal dengan santai sambil bersenandung bersama...

Tak lama kemudian, perut Jigwei berbunyi, menandakan dia lapar...

"O-Oh?... A-Aku lupa, aku belum makan seharian kemarin..."

Ucap Jigwei sambil memegangi perutnya...

Mendengar perut Jigwei yang keroncongan, Dalya langsung menoleh kearahnya

"Ohhh? Sebentar... Kakak carikan buah buahan atau sesuatu yang bisa kamu makan..."

Ucap Dalya... Jigwei pun mengangguk

Setelah itu Dalya pun melihat sekitar, dia mulai mencari buah buahan atau apapun untuk mengganjal perut Jigwei... Namun nihil...

Tidak ada pohon yang berbuah, tidak ada Berry, tidak ada jamur yang tidak beracun, benar benar tidak ada makanan... Tidak ada hewan yang bisa diburu juga...

Sepertinya, tidak ada pilihan lain... Dalya pun menghampiri Jigwei kembali...

"Maaf, tapi tidak ada yang bisa dimakan disini..."

Ucap Dalya sambil menghela nafas...

Jigwei yang mendengar itu pun terkejut, perutnya berbunyi semakin keras...

"Y-Yasudah kak, kita lanjut jalan saja sampai kita menemukan makanan..."

Mendengar jawaban Jigwei, Dalya menggelengkan kepalanya dan menghela nafas

"Tidak."

Jawaban Dalya itu membuat Jigwei terkejut, kemudian dia melihat keatas, ke Dalya dengan wajah kebingungan...

Kemudian Dalya melanjutkan

"Jujur padaku... Sebagai Devine Dragon, berapa umurmu sekarang?"

Jigwei terkejut dengan pertanyaan itu, tapi dia berfikir, mencoba mengingat ingat umurnya sendiri...

"Aku sering mendengarkan orang-orang di sekitarku yang menyebut kalau umurku satu setengah tahun, dan itu sebelum bertemu dengan kakak"

Jawab Jigwei...

Tentu jawaban Jigwei membuat Dalya terkejut... Berarti Jigwei adalah naga yang baru terlahir...

Dalya pun mengangguk

"Apakah ibumu dulu pernah menyusuimu?"

Tanya Dalya sekali lagi...

Namun reaksi Jigwei adalah kebingungan... Jigwei memiringkan kepalanya seperti bertanya balik ke Dalya

"Menyusui?" Tanya Jigwei...

Dalya menghela nafas, reaksi jawaban Jigwei sesuai dengan dugaannya, Jigwei tidak pernah mendapatkan susu dari ibunya...

Tanpa berkata apapun, Dalya mengangkat Jigwei ke gendongannya... Jigwei pun sedikit terkejut namun tidak melawan...

Kemudian Dalya pun duduk dengan menyandarkan punggungnya ke suatu pohon... Kemudian meletakkan Jigwei ke pangkuannya, menggendongnya sepertinya anak kecil...

"Sebelum kakak memberimu makan, akan kakak kasih tau sesuatu..."

Mendengar itu, Jigwei mengangguk

"Apa itu kak?" Tanya Jigwei...

Dalya pun mengangkat bajunya keatas, menunjukkan kedua payudara kehadapan Jigwei...

Jigwei pun terkejut, dia tidak menduga hal itu, namun dia juga kebingungan, kenapa Dalya tiba tiba menunjukkan itu kepadanya...

Dalya menghela nafas

"Kamu lihat ujungnya? Kamu masukkan itu kedalam mulutmu, kemudian hisap secara perlahan, nanti akan keluar makanan hangat yang bisa langsung kamu telan dari ujungnya itu..."

"Dan jangan digigit oke?!"

Ucap Dalya dengan tegas

Jigwei pun terkejut dengan penjelasan Dalya... Memasukkan ujung dari payudara Dalya kemulutnya dan menghisapnya secara perlahan akan membuat ujung itu mengeluarkan makanan yang langsung bisa dia telan...

Namun karena sudah terlalu lapar, Jigwei menepis semua pikiran bingungnya, tidak ada salahnya mencoba, kan?...

Jigwei pun membuka mulutnya dan memasukkan ujung payudara bagian kiri Dalya ke mulutnya...

Tubuh Dalya sedikit bergetar karena terkejut... Ini kali pertamanya dia memberikan asi nya ke seseorang yang bukan anaknya... Tapi apa boleh buat, Jigwei sedang kelaparan, dia tidak bisa membiarkan Jigwei kelaparan...

Kemudian dia bisa merasakan kalau Jigwei mulai menghisap secara perlahan...

Mata Jigwei melebar setelah merasakan cairan hangat keluar dari payudara Dalya dan langsung ke mulutnya... Itu terasa hangat dan enak...

Jigwei pun menarik kepalanya sejenak

"Apa itu?! Rasanya enak, dan... Hangat!!"

Jigwei pun melihat cairan putih yang masih keluar sedikit dari payudara kiri Dalya... Kemudian dia melihat keatas, ke Dalya, dia mencari jawaban itu...

Dalya pun tersenyum

"Itu namanya susu... Enak kan?"

Jigwei mengangguk dengan penuh antusias

"Benar!! Kenapa kakak menyembunyikan ini dariku?! Aku ingin makan ini setiap hari mulai dari sekarang!!"

Dalya pun sedikit tertawa mendengar perkataan Jigwei...

"Baiklah baiklah, mending kamu lanjutkan saja, kamu masih lapar kan? Makan sampai kamu kenyang..."

Dalya tersenyum

"Jika yang kiri sudah terasa habis, ganti ke yang kanan oke? Kenyangkan dirimu"

Mendengar semua itu dari Dalya, Jigwei pun mengangguk dengan sangat senang, tanpa basa basi Jigwei langsung memasukkan puting kiri Dalya dan langsung mengisap semua susu di dalamnya...

Karena Jigwei sekarang menghisap lebih cepat, Dalya mulai sedikit berkeringat...

"P-Pelan pelan sayang..."

Ucap Dalya sambil mengelus-elus kepala Jigwei...

Dan sepertinya Jigwei tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Dalya, karena dia terlalu fokus menikmati makanannya...

Dalya menghela nafas kemudian tersenyum, dia tau kalau Jigwei tidak akan mendengarkannya

"Yasudah... Habiskan semuanya, itu milikmu..."

Ucap Dalya dengan lembut sambil membenarkan posisi Jigwei di gendongannya...

Jiwa laki-laki milik Dalya sepertinya perlahan-lahan lupa akan jati dirinya sebagai laki-laki, karena Dalya yang sekarang sudah sepenuhnya menjadi sosok seorang ibu yang sangat peduli kepada anak anaknya...

Jiwanya mulai melupakan jati dirinya dan lebih berfokus kepada kehidupannya yang sekarang agar Dalya bisa terus beradaptasi tanpa ada halangan dari jiwanya...