Great Master?

Perjalanan memang melelahkan, namun didalam perjalanan itu, cerita saling bertukar, tawa saling menyaut, dan kelelahan selalu merangkul, namun itu semua adalah sebuah proses yang harus dilewati.

"Kurang lebih butuh empat puluh lima menit untuk sampai kembali ke tempat tinggal anda nona"

Ucap artefak Dalya...

"Ohh? Tak terasa sudah mau sampai saja" Ucap Dalya dengan menghela nafas lega

"Yippeeeeeeee, kita akan segera sampai!!" Ucap Jigwei dengan gembira dan penuh antusias

Dalya pun senang melihat antusiasme Jigwei, sepertinya dia tidak sabar untuk menemui teman barunya

Namun saat mereka sedang berjalan... Tiba tiba artefak Dalya bersinar... Namun tidak seperti sinar biasanya, cahaya dari sinar tersebut adalah merah tua...

Dalya langsung tau apa arti dari tanda itu...

"Jigwei, tetap disini!"

Sebelum Jigwei dapat protes lagi, Dalya memasang penghalang disekitarnya

"E-Eh?"

Jigwei pun terkejut dengan perbuatan Dalya...

"A-Ada apa kak?"

Wajah Dalya langsung menjadi serius...

"Ada sesuatu yang mendekat..."

Sebelum Jigwei dapat bertanya lagi, Dalya menerjang kesuatu arah...

Tambak merahnya kembali muncul ditangannya...

Benar saja, dia menabrak seseorang... Terjadi ledakan sihir dengan radius yang luas, menghempaskan segalanya termasuk pohon, tanah dan batu...

Untungnya Jigwei didalam penghalang yang dibuat Dalya, jadi dia tidak merasakan apa apa...

"A-Apa itu?! Apakah kakak baik baik saja?!"

Dalya sendiri sedang bertatapan dengan seseorang didepannya, seorang pria... Tombaknya masih menempel ke pedang pria itu karena benturan keras tadi...

Pria itu memiliki rambut berwarna hitam dan mata yang berwarna merah...

Dalya memiliki wajah serius dan kesal, namun wajah pria dihadapannya sangat arogan...

Akhirnya mereka pun melompat kebelakang secara bersamaan... Mereka sama sama berasa dijarak aman dari satu sama lain...

"Akhirnya ketemu kau, wanita manis" Ucap pria itu sambil menjilat bibirnya...

Mendengar itu, Dalya pun langsung memasang wajah jijik dan meludah kesamping

"Muka mu aja seperti Orc, menjijikkan, aku ingin muntah"

Ucap Dalya...

Pria itu pun tidak marah, namun malah makin tertarik, dengan sekejap, pria itu sudah berada di depan Dalya, memegang dagunya dan membuat Dalya melihat ke atas...

Wajah Dalya tidak berubah, tetap kesal dan serius

"Wajah yang sangat manis, aku penasaran bagaimana rasanya..."

Dalya pun menyingkirkan tangan pria itu dari dagunya, kemudian dia menendang wajah pria itu, membuatnya tersandung kebelakang...

"Jangan coba coba untuk menyentuhku dengan tanganmu yang kotor dan menjijikkan itu..."

Pria itu pun kemudian tertawa lagi sambil kembali mendapatkan keseimbangannya...

Namun tiba-tiba, Dalya dan pria itu merasakan sebuah keberadaan... Keberadaan yang jauh lebih kuat dari mereka berdua, orang yang melampaui mereka berdua...

Mereka bisa merasakan itu... Pria itu pun terlihat kesal karena seseorang yang dia benci akan datang, namun disaat yang bersamaan, pria itu juga ketakutan...

Dalya sendiri mempertahankan wajahnya, namun disisi lain, dia juga ketakutan...

Benar saja, muncul sebuah portal disamping Dalya, kemudian seorang pria tinggi dengan rambut berwarna putih yang dicampur dengan warna ungu dan mata yang berwarna ungu keluar dari portal itu, dia tak lain dan tak bukan adalah Raven...

Ketika Raven berjalan ke depan Dalya dan menghalangi pandangan Pria tadi ke Dalya, secara tiba-tiba artefak Dalya yang tadinya bersinar merah gelap, sekarang bersinar biru... Menandakan kalau Dalya sudah berada di situasi yang lebih dari aman...

Dalya terkejut... Karena artefaknya tidak pernah bersinar sebiru itu kecuali dia bersama Hasby... Namun ketika Raven muncul, artefaknya bersinar biru... Raven melindunginya?...

"Sudah berapa kali kubilang? Jangan dekati wanitaku..."

Ucap Raven dengan dingin...

Dalya terkejut... Wanitanya? Dia baru saja mengklaim Dalya sebagai wanitanya?

Dalya tidak mengerti... Dia sekarang merasa pusing, kejadiannya begitu cepat berganti-ganti...

Pria tadi pun terlihat kesal, namun dia tidak melawan, dia tahu lebih baik daripada melawan Raven...

Dengan wajah kesal, pria itu pun melompat pergi dari lokasi mereka... Raven pun menghela nafas dan membalikkan badannya kemudian melihat ke Dalya

"Kamu tidak apa apa?"

Tanya Raven...

Dalya pun menggelengkan kepalanya berkali-kali

"Tunggu tunggu tunggu!!! Sekarang siapa lagi kau? Tiba tiba datang dan mengusir pria tadi? Kau komplotannya ya?!"

Tanya Dalya dengan curiga...

Raven pun menghela nafas

"Tidak, aku bukan komplotannya, yang tadi itu hanya orang bodoh saja, jangan dipeduliin..."

Dalya masih melihat Raven dengan intens, seolah-olah dia ingin membaca maksud terdalam dari Raven...

"Sebutkan namamu! Dan apa maksudmu tadi menyebut 'wanitaku'?!" Ucap Dalya dengan kesal

Melihat Dalya yang kesal, Raven pun mendekatkan wajahnya ke Dalya

"Namaku Raven, dan kau memang wanitaku"

Ucap Raven dengan senyuman

Dalya semakin terkejut, ternyata dia benar benar mengklaimnya sebagai wanitanya, Dalya bahkan tidak mengenal Raven sama sekali

Dalya langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali

"Tidak tidak tidak, aku bukan wanit-"

Sebelum Dalya dapat menyelesaikan kalimatnya, Raven menekan bibirnya ke bibir Dalya yang sedang terbuka kemudian menciumnya...

Mata Dalya terbuka dengan lebar... Dia bisa merasakan lidah Raven di lidahnya...

Pipi Dalya langsung memerah... Namun Dalya langsung mendorong Raven kebelakang, membebaskan dirinya dari ciuman itu

"T-Tunggu! K-Kenapa k-kau m-mencium-"

Lagi... Raven mendorong Dalya kebelakang, punggung Dalya menabrak sebuah pohon...

Raven memegangi kedua pergelangan tangan Dalya disamping masing-masing sisi Dalya dengan kedua tangannya

Dalya tidak sempat bereaksi, Raven menekan bibirnya ke bibir Dalya yang sedang terbuka cukup lebar dan menciumnya lagi...

Kali ini Dalya tidak berdaya dicium seperti itu, kedua tangannya dipegangi oleh Raven dan tidak bisa ia gunakan...

Tubuhnya juga mengkhianati pikiran Dalya, tubuhnya tidak mau melawan sama sekali, seolah-olah tubuhnya menginginkan lebih dari sentuhan Raven...

Raven menekan tubuhnya ke Dalya, menjepit Dalya diantara dirinya dan pohon dibelakangnya...

Wajah Dalya sangat merah, seluruh tubuhnya gemetaran tidak karuhan... Dalya juga mendesah karena ciuman yang intens itu...

Raven tidak mau berhenti, dia terus mencium Dalya, lidahnya berdansa dengan lidah Dalya... Raven benar benar mendominasi Dalya, membuat Dalya tidak berdaya sama sekali dan hanya bisa menurut serta diam diam memohon untuk cepat dihentikan...

Karena ciuman itu benar benar membuat pikiran Dalya menjadi kacau dan tidak dapat berfikir dengan jernih

Air liur Dalya mulai keluar dari kedua ujung bibirnya... Dalya juga kehabisan nafas karena ciuman tersebut yang tiada hentinya...

Namun untungnya, Jigwei tidak melihat itu karena Dalya cukup jauh dan dilindungi oleh penghalang Dalya... Namun dia juga khawatir akan keadaan Dalya...

"Aduhh, kakak cepatlah kembali, aku takutttt!!"

Ucap Jigwei sambil memeluk dirinya sendiri...

Sementara itu, Dalya masih dicium dan didominasi oleh Raven... Dalya tidak diberi nafas sedikitpun...

Namun akhirnya, Raven pun menyudahi ciuman itu, namun dia masih memegangi Dalya dan tidak melepaskannya...

Dalya terengah-engah karena ciuman yang intens tadi

"Kau terlihat sangat imut ketika wajahmu sangat merah begitu..."

Raven pun membungkuk ke leher Dalya dan memberikan beberapa ciuman ke lehernya...

Dalya pun mengeluarkan suara suara aneh dan desahan karena lehernya dicium oleh Raven berkali-kali, tubuhnya terasa sensitif dan tidak mau mendengarkan dirinya...

Nafas Dalya tak teratur dan tersengal-sengal setiap kali Raven menciumi lehernya...

Dalya mengerti kalau intensi Raven adalah memperkosanya... Dia ingin melawan, namun tubuhnya tidak mau menuruti dirinya...

Namun pada saat itu juga... Raven tiba-tiba berhenti... Dia melepaskan Dalya yang langsung terjatuh dan terduduk ketanah sambil bersandar ke pohon dibelakangnya... Nafas Dalya masih tak teratur dan terengah-engah...

Mata Raven dengan instan langsung dipenuhi oleh ketakutan dan kengerian... Seperti dia melihat sesuatu yang membuatnya takut setengah mati...

Tanpa mengatakan apapun, Raven pun membuka portal dan memasukinya... Dia kabur meninggalkan Dalya sendiri yang baru saja ingin dia perkosa...

Dalya pun lega dan menutup matanya, dia tidak tau kenapa Raven tiba-tiba berhenti meskipun Dalya sudah tidak berdaya...

Selang beberapa menit, dia merasakan sesuatu yang dingin menempel di pipinya... Dalya pun tersentak dan langsung membuka matanya...

Namun dia lega karena bukan Raven yang ada dihadapannya, tapi apel dingin menempel di pipinya... Dia merasakan sesuatu yang familiar, kejadian yang hampir sama seperti kejadian satu tahun lalu...

Sebuah senyuman hangat menyapa Dalya, wajah yang familiar membuat mata Dalya melebar... Rambut biru yang terkena angin, dan mata biru langit yang indah dan penuh kebebasan memenuhi rasa familiar Dalya...

Rasa familiar itu membuat bibir Dalya tersenyum dengan hangat... Karena orang dihadapannya tak lain dan tak bukan adalah Hasby

"Hasby, kenapa kamu jauh jauh menjemput kakak?"

Hasby pun tersenyum

"Hasby khawatir, tadi Hasby mendeteksi artefak kakak mengeluarkan sinyal bahaya dua kali lipat"

Dalya pun mengambil apel itu sambil terkejut... Dua kali lipat? Berarti sinar biru pas dia bersama Raven adalah palsu, dan sebenarnya itu sinar merah yang sangat gelap...

Dalya pun hanya mengangguk sambil berdiri... Dia masih bisa merasakan rasa bibir Raven di bibirnya... Dia merasa dirinya kotor...

"Dek... Kakak bisa minta tolong sesuatu?"

Hasby pun mengangguk tanpa ragu dengan senyuman lebar di bibirnya...

"Tentu, Hasby akan selalu membantu kakak!!"

Dalya pun tersenyum karena kesetiaan Hasby kepadanya... Kemudian Dalya menghela nafas untuk mendapatkan kembali ketenangannya

"Ini akan terdengar aneh, sangat aneh... Tapi... Kamu mau berciuman dengan kakak?"

Tanya Dalya dengan wajahnya yang masih sangat merah

Hasby terkejut dengan permintaan itu, matanya melebar dengan sangat cepat

Namun sebelum dia dapat berkata apapun, Dalya melanjutkan

"M-Maaf jika itu aneh! Kakak tidak akan memaksa... K-Kakak hanya merasa kotor... Dan kakak mau kamu yang membersihkan kakak... Kakak hany-"

Sebelum Dalya dapat menyelesaikan kalimatnya, Hasby pun sedikit terbang dan menyamai tinggi Dalya... Dalya tentu terkejut, namun dia tidak mendorong Hasby...

Nafas Dalya menjadi semakin berat, bibirnya terbuka secara sendirinya ketika Hasby mendekatkan wajahnya ke wajah Dalya...

Tepat saat Hasby akan berciuman dengan Dalya, seekor kupu-kupu merah mendekat, kemudian kupu-kupu merah itu berubah menjadi Kirsten...

"Mamaaaaaa!!! Kirsten kangen!!!"

Kehadiran Kirsten secara tiba-tiba dan memergoki mereka yang hampir ciuman pun membuat Dalya dan Hasby tersentak

Hasby langsung kembali ke tanah dan berpura-pura tidak terjadi apapun...

Dalya juga langsung membersihkan tenggorokannya, wajahnya masih sangat merah...

"Eh? Kalian tampak tegang? Wajah kalian merah!!!"

Hasby memalingkan wajahnya

Kemudian Dalya tersenyum dengan manis ke anaknya, Kirsten... Dalya ingin mengalihkan perhatian Kirsten dari wajah mereka yang benar benar merah...

"Kamu kangen mama yaaa? Kamu udh makin besar aja"

Ucap Dalya sambil mengangkat Kirsten ke gendongannya...

Kirsten pun dengan cepat langsung memeluk mama nya dengan kedua tangan dan kakinya kemudian menguburkan wajahnya ke bahunya...

"Kangen banget!! Tapi kak Hasby selalu nguatin aku dan percaya kepada mama kalau mama akan kembali, dan kak Hasby tidak berbohong!!!"

Ucap Kirsten dengan penuh keceriaan...

Dalya pun tersenyum

"Begitukah? Baguslah kalau begitu, mama juga merindukan kalian..."

Ucap Dalya sambil mengelus-elus kepala bagian belakang Kirsten...

Kemudian Dalya tersenyum kearah Hasby, tatapan Dalya penuh dengan kasih sayang dan rasa terimakasih serta bersyukur karena Hasby telah menjaga adiknya ketika dia pergi...

Kemudian Dalya teringat dengan Jigwei...

"Oh ya, aku ingin kalian menemui seseorang yang akan menjadi anggota keluarga kita"

Mendengar itu, mata Hasby dan Kirsten langsung melebar dengan penuh antusias...

"Keluarga baru?! Anggota keluarga baru?!!! Kirsten mauuuu!!!" Ucap Kirsten dengan penuh antusias sambil memeluk Dalya semakin erat

"Benar! Adek juga pengen tau siapa anggota keluarga baru kita!!" Antusias Hasby tak kalah dengan antusias Kirsten...

Dalya pun tertawa dengan pelan

"Baiklah, ayo kita temui dia!"

Ucap Dalya sambil berjalan menuju tempat Jigwei berada dengan Kirsten di gendongannya, Kirsten tidak mau berhenti bergerak, dia sepertinya kelebihan energy...

Hasby pun mengikuti dari belakang... Kemudian dia berhenti sejenak

Hasby pun melihat kebelakang melewati bahunya dengan senyuman hangat sebelum lanjut berjalan...

Ternyata selama ini, ada yang mengawasi mereka dari balik pohon, dan hanya Hasby yang menyadari keberadaannya, tidak dengan Dalya maupun Kirsten...

Seseorang itu adalah seorang anak laki-laki muda yang memiliki tinggi setara atau sedikit lebih tinggi dari Dalya...

Anak laki-laki itu memiliki rambut ungu gelap dan mata yang berwarna merah menyala...

Dihadapannya, Raven... Dan pria tadi... Sedang bersujud kepadanya dengan penuh rasa ketakutan dan rasa hormat...

"Raven... Hamel... Kalian hanya sekumpulan hama yang tidak tau rasa malu... Kalian bodoh. Berterima kasih lah kepada Great Master Hasby karena telah mengampuni kalian."

Ucapnya dengan dingin...

Raven dan pria tadi yang sekarang bernama Hamel pun bergetar ketika anak itu menyebutkan Great Master Hasby...

Mereka tidak bisa berkata apa apa...

"Kalian tau kalau sang Great master sudah murka bagaimana... Bersyukurlah dia belum mau membunuh kalian dan menyuruhku untuk mengatasi kalian."

"Wanita yang bernama Dalya itu selalu berada dibawah perlindungan sang Great Master, kalian harusnya sudah sadar karena gadis itu jarang didekati monster-monster..."

Anak itu pun menghela nafas

"Jangan menjadi anak kecil yang bodoh dan terus membangkang... Kalian masih anak kecil, kalian bukan siapa siapa..."

Raven dan Hamel gemetaran, mereka tambah takut dan takut dari setiap kata yang dilontarkan oleh anak itu mengenai sang Great Master Hasby dan hinaan yang keluar dari mulutnya.

"Kembalilah ke kastil sebelum aku diperintahkan untuk membunuh kalian."

Ucap anak itu dengan dingin...

"B-Baik!!"

Ucap mereka secara bersamaan sebelum berdiri dan berlari pergi dengan tidak karuhan karena ketakutan...

Tak lama kemudian, Hasby muncul dihadapan anak itu dengan bentuk sihir dan bukan asli...

Anak itu langsung berlutut dihadapan Hasby tanpa ragu... Menunggu perintah lain darinya...

"Kerja bagus, Galvon... Tetap awasi dia makhluk bejad itu... Kalau perlu cabut otoritas mereka sebagai seorang Ilkareth atas perintahku."

Anak itu, yang sekarang bernama Galvon pun menundukkan kepalanya semakin jauh dengan penuh rasa hormat dan kesetiaan...

"Baik tuan, akan saya lakukan..."

Ucap Galvon dengan nada penuh kesetiaan...

Dengan itu, Hasby yang berbentuk sihir tersebut pun pudar dan menghilang...

Galvon pun berdiri dan mulai berjalan pergi dengan wajahnya yang penuh dengan keseriusan akan perintah dari Hasby...