Penebusan.

"Uwahhh!! Aku kangen susu milik mama!! Enak sekali!!!"

Ucap Kirsten sebelum lanjut menyedot susu dari payudara mama nya

Dalya pun tertawa

"Pelan pelan sayang... Mama tau kamu sangat lapar..."

Dalya tersenyum...

"Kamu sudah tambah besar seperti kakakmu tapi masih ingin menyusu kepada mama..."

Mendengar itu, Kirsten melepaskan payudara Dalya dan berkata

"Aku masih tujuh bulan mamaaaaa!!!"

Ucap Kirsten sambil memasang wajah cemberut...

Dalya pun tertawa lagi, kemudian dia mencium bibir Kirsten... Dalya hanya menempelkan bibirnya ke bibir Kirsten... Ciuman yang penuh kasih sayang antara Ibu dan Anaknya...

Mendapatkan ciuman itu, mata Kirsten melebar, pipinya menjadi pink... Wajah cemberutnya langsung menghilang, digantikan menjadi wajah yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang kepada ibunya itu.

"Mamaaa!! Jangan cium Kirsten tiba-tiba gitu!!"

Kirsten protes, tapi wajahnya tidak marah, namun ceria dan tersenyum...

Dalya pun ikut tersenyum

"Baiklah baiklahhh, kamu gamau lanjut makan?"

"Mau!!"

Kirsten pun langsung memasukkan kembali ujung dari payudara mama nya kembali ke mulutnya dan menyedot kembali susu dari dalamnya...

Sementara Kirsten menyusu ke mama nya... Hasby sedang berada di belakang gubuk mereka bersama Jigwei...

Hasby sedang bermain dengan Jigwei...

Hasby sedang memeluk Jigwei dan menempelkan pipinya ke pipi Jigwei... Hasby menggosok-gosokkan pipinya ke pipi Jigwei

Wajah Jigwei sangat merah, namun dia tidak bisa melakukan apapun karena Hasby memeluknya dengan erat, namun tidak cukup erat untuk menyakiti Jigwei...

"Uwahhh!! Pipi mu sangat halus dan lembut! Baru kali ini aku menyentuh seorang Devine Dragon!!"

Tubuh Jigwei gemetar, wajahnya sangat merah serta nafasnya menjadi lebih berat dan berat setiap Hasby menggosok-gosokkan pipinya ke pipi Jigwei...

"K-Kak Hasby.. K-Kakak, itu terasa geli..."

Ucap Jigwei dengan sedikit memohon...

Hasby pun tertawa dan melepaskan Jigwei

"Haha~ maaf maaf, aku hanya sangat senang"

Jigwei pun menghela nafas dengan lega karena Hasby melepaskannya... Kemudian Jigwei memasang wajah cemberut...

"Hmmmphhh!!"

Jigwei cemberut...

"Eh?"

Akhirnya Hasby menyadari kalau Jigwei marah...

"M-Maaf maaf..."

Ucap Hasby, kemudian dia mengelus-elus kepala Jigwei untuk menenangkannya... Dan itu berhasil...

Jigwei langsung mendorong kepalanya keatas, ke tangan Hasby yang sedang mengelus-elus kepalanya diantara kedua tanduknya dan menutup matanya, Jigwei menginginkan lebih dari sentuhan Hasby...

"S-Segampang ini?" Ucap Hasby dalam hati...

Kemudian Jigwei pun mulai mendekat ke Hasby dan menyandarkan kepalanya ke dada Hasby...

Hasby pun menghela nafas kemudian merangkul Jigwei dengan lengannya yang satunya sambil masih mengelus-elus kepala Jigwei dengan tangannya yang satunya...

Ekor Jigwei bergerak-gerak dari samping ke samping sebelum akhirnya melilit pergelangan tangan Hasby yang merangkul dirinya...

Seperti Jigwei ingin Hasby tetap berada diposisinya sekarang...

Hasby pun menghela nafas, tapi dia tidak melawan atau menyingkirkan ekor Jigwei...

"Kau lebih terlihat seperti kucing daripada Devine Dragon..."

Jigwei tidak merespon, dia tetap diam dan menikmati sentuhan dari Hasby...

Tak lama kemudian Kirsten menghampiri mereka dari belakang, dia memeluk leher Hasby dari belakang kemudian mencium pipi Hasby dari belakang

"Kakak... Hmmmmpphhh!!"

Ucap Kirsten sambil memasang wajah cemberut...

Mendapatkan ciuman dari Adiknya Kirsten dan wajah cemberutnya, Hasby tau kalau adiknya cemburu...

"I-Iya dek..."

Hasby dalam masalah besar... Adiknya Kirsten cemburu...

Dalya hanya melihat dari pintu gubuk... Dia tersenyum melihat adiknya direbutkan oleh anak-anaknya...

"Jaga mereka dek, kakak akan pergi lagi, namun kali ini jauh lebih cepat..."

Dengan itu, Dalya pun berjalan kembali ke gubuknya... Kemudian dia ke tempat tidurnya dan mengambil pedangnya, Vanzer...

"Aku akan kembali ke tempat dimana pintu-pintu yang sangat banyak itu berada..."

Dalya menghela nafas

"Bawa aku ketempat itu, Draca..."

Artefaknya pun bersinar...

"Perintah diterima... Membawa sang nona besar ke tempat yang ia inginkan."

Dalam sekejap, Dalya pun menghilang... Kemudian dia muncul lagi disebuah ruang kosong berwarna putih yang dipenuhi banyak sekali pintu yang dirantai dan digembok...

"Aku kembali... Sudah satu tahun lebih aku tidak kembali kesini..."

Dalya menghela nafas

"Draca, bawa aku ke pintu penebusan."

Artefaknya pun mengeluarkan sebuah benang cahaya yang menuntun Dalya ke sebuah pintu...

Dalya pun mengikuti benang itu tanpa ragu... Melewati banyak pintu, dia terus mengikuti benang itu tanpa menoleh kemanapun...

Tak lama kemudian, dia sampai di suatu pintu tanpa rantai maupun gembok...

Disamping pintu itu terdapat sebuah kursi yang sudah rapuh dan juga kertas di atas kursi itu...

Dalya pun mengambil kertas itu dan membaca isinya...

Isi dari kertas itu adalah

Penebusan.

Pintu ini adalah pintu penebusan untuk segalanya, dosa, kesalahan, ternodai, bahkan kebaikan dan pahala sekalipun.

Pintu untuk menebus apapun pilihan yang kau sesali, namun tidak akan mudah, Surga dan Neraka akan melihatmu menyelesaikan pintu ini, mereka juga akan menjadi juri yang akan menentukan keberhasilan mu.

Pintu ini hanya bisa dimasuki sekali, setelah itu pintu ini akan menghilang, tak peduli apakah orang yang memasuki pintu ini berhasil atau tidak, mati atau tidak, pintu ini akan menghilang seperti tidak pernah ada.

Kamu harus memiliki keinginan dan alasan yang kuat untuk bisa memasuki pintu ini.

Semoga beruntung siapapun yang akan memasuki pintu ini, jangan mau disesatkan oleh apapun yang ada didalamnya, fokus ke tujuanmu, kamu juga akan jauh lebih kuat jika kamu berhasil menyelesaikan pintu ini, baik secara fisik maupun secara magis.

— Pengguna Artefak Draca Sebelumnya.

"Hmmmm... Pengguna artefak Draca sebelumnya meninggalkan catatan ini? Kau tau siapa yang menggunakan mu sebelumnya?"

Tanya Dalya ke artefaknya

"Saya tidak memiliki akses ke memori masa lalu saya nona, karena memori masa lalu saya akan dikunci setelah pengguna saya mati, jadi saya tidak tau."

Balas artefaknya...

Dalya pun mengangguk mengerti... Namun dia tertarik dengan kalimat 'Surga dan Neraka akan melihatmu'

"Surga dan Neraka akan melihatku menyelesaikan pintu ini?"

Dalya tertawa

"Peduli apa aku, biarkan mereka menyaksikan seseorang yang akan mengoyak mereka hanya untuk kembali pulang."

Tanpa basa basi Dalya pun membuka pintu penebusan itu dan memasukinya...

Namun...

Tetap... Hanya putih... Kosong... Tidak ada apapun...

Dalya kebingungan... Pintu di belakangnya pun langsung tertutup dan menghilang...

"Tidak ada apa apa?... Kosong? Huhh?"

Saat Dalya sedang kebingungan... Sebuah anak panah muncul dari kekosongan itu yang meluncur ke arah Dalya...

Namun Dalya dengan mudahnya menangkap anak panah tersebut...

"Hmmm? Dari mana ini?"

Saat Dalya melihat lebih dekat, ujung dari panah itu memiliki racun...

"Racun?!"

Baru selesai mengatakan itu, lebih banyak anak panah meluncur kearahnya... Dengan cepat Dalya langsung mengindari semua anak panah itu serta menangkis dengan pedangnya...

Anak panah itu bermunculan semakin banyak... Membuat Dalya kewalahan...

"Dari mana mereka muncul?!"

Namun saat terus menangkis, tiba-tiba pedangnya merobek kehampaan itu... Memperlihatkan sedikit dari sebuah dunia tandus dan kering...

Disaat itulah Dalya sadar...

"Jadi kalian bersembunyi?!!!!"

Ucapnya dengan marah, kemudian dia menyalurkan sihirnya ke pedangnya...

Dengan satu kali tebasan besar, Dalya tak hanya menghentikan semua anak panah yang menuju kearahnya, namun dia merobek kehampaan itu sepenuhnya...

Sekarang Dalya berdiri tanah yang tandus dan kering, hanya ada hamparan tanah yang tandus tanpa ada pohon ataupun tumbuhan yang membentang tak terbatas...

Sekarang dihadapan Dalya banyak sekali monster yang berbeda-beda...

Dark elf, elf, Orc, vampir, iblis, manusia setengah iblis, manusia, cacing, ular, kelabang dengan ukuran raksasa. Cyclops, goblin, dwarf, manusia setengah naga, dan bahkan naga dalam berbagai jenis, Wyvern, Drake, Wyrm, dan bahkan Hydra...

Dan Dalya harus melawan mereka semua?... Yang benar saja.......

Namun Dalya tidak merasa takut, dia sudah terlalu jauh dengan keinginan untuk membersihkan dirinya daripada merasa takut...

Tombak merahnya pun muncul di tangan kiri nya...

"Hanya kalian? Anak dan adikku pun bisa membunuh kalian hanya dalam hitungan detik..."

Ucap Dalya dengan dingin dan arogan...

Tanpa basa basi... Dalya langsung menerjang kedepan... Menebas dan membelah mereka yang berada di lini depan tanpa ampun...

Monster atau tidak, manusia atau tidak, anak kecil atau tidak, Dalya tetap membunuhnya... Dia tidak akan tertipu... Tidak sedikitpun...

Di titik ini, Dalya membuang rasa empatinya... Bergerak tanpa halangan, menghancurkan tanpa rasa kasihan dan membunuh dengan alasan penebusan, itulah Dalya yang sekarang.

Entah kebetulan atau tidak, namun disaat yang bersamaan, Hasby, Kirsten dan Jigwei sedang melindungi desa bersama prajurit desa yang lainnya dari gelombang monster yang tiba tiba muncul menyerang desa mereka...

Hanya Kirsten yang berpencar bersama 4 prajurit desa, sedangkan Hasby bersama Jigwei dan prajurit desa yang lainnya...

"Kenapa tiba-tiba desa kita diserang kak?!" Tanya Jigwei dengan kebingungan...

Hasby pun menggelengkan kepalanya...

"Kakak juga tidak tahu..."

"Monster monster menyebalkan!!! Kalau saja mereka enak, akan ku makan mereka!!!"

Ucap Jigwei dengan kesal sambil mencakar seekor Orc dan membuat Orc tersebut mati seketika

Hasby pun diam-diam terlihat senang karena Jigwei tidak lemah... Dirinya juga dengan mudahnya membunuh dark elf dan beberapa naga jenis Drake dengan pedang yang diberikan oleh penduduk... Dia mengalirkan sihirnya ke pedang tersebut, membuatnya gampang digunakannya dan bisa menembus apapun...

"Mereka banyak sekali!!"

Ucap salah satu prajurit karena kesal...

"Benar!!! Tapi kita harus bertahan, kita harus bertahan dan tidak mengandalkan adiknya Dalya!!"

Saut prajurit lainnya

"Kita juga harus menunggu Dalya kembali!!!"

Teriak prajurit lainnya

"BENAR!!!"

Semua prajurit berkata secara bersamaan...

Hasby tersenyum mendengar itu... Dia tau sesuatu yang mereka tidak tahu... Serangan monster-monster ini sebenarnya diakibatkan oleh kakaknya sendiri... Dalya...

"Aku penasaran bagaimana keadaan adikku"

Ucapnya dengan tawa kecil... Dia tau persis kalau adiknya sudah lebih dari cukup untuk mengatasi monster disisi lainnya dari desa tersebut sendirian...

Disisi Kirsten sendiri, dia dengan mudahnya membunuh monster-monster yang datang... Dia memegang dua pedang, satu pedang disetiap tangannya...

Dia menebas manusia, elf, dark elf, vampir, dan bahkan seekor Wyrm dengan mudah...

Para prajurit yang dia bawa pun terkesima dan kagum akan bagaimana Kirsten bergerak...

"A-Apa gunannya kita kalau nona muda sekuat itu?"

Salah satu prajurit berkata...

Prajurit yang lainnya pun mengangguk

"Benar, kita tidak berguna sama sekali..."

Semua prajurit setuju

"Nona muda bahkan tidak berkeringat sama sekali... Wajahnya datar... Menyeramkan..."

Setelah membantai semua monster yang ada dihadapannya, Kirsten mulai melihat jauh kedalam hutan dengan mata Crimsonnya...

Benar saja, ada sebuah portal yang dikelilingi penghalang, dan dari portal itulah semua makhluk-makhluk ini muncul tak beraturan...

"Fenomena macam apa ini? Kenapa tiba-tiba sekali saat mama menghilang lagi?..."

Wajah Kirsten pun jadi lebih serius...

Kembali ke sisi Dalya...

Setelah lama bertarung tubuh Dalya menjadi lelah, dia juga terluka parah, darah terus mengalir dari kepalanya ke wajahnya, dia terengah-engah, nafasnya berat dan pendek...

Kini tinggal satu monster yang belum dia bunuh... Yaitu sang naga dengan jenis Hydra...

Hydra itu memiliki 9 kepala secara total, tadinya hanya 3, namun Dalya menebas kepalanya, jadi kepalanya mengganda...

"Hydra sialan..."

Dalya pun mengangkat bahunya... Dan bersiap-siap untuk bertarung...

Disaat yang bersamaan, portal terbuka dilangit tempat Kirsten berada... Dari portal besar itu, Hydra yang sama muncul...

Semua orang di desa itu bisa melihat kemunculannya...

Tentu Kirsten terkejut karena kemunculannya...

"N-Naga?! Hydra?!!!!"

Semua warga pun panik dan berlarian untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing...

"Tapi aku merasa kalau ketahanan dan kekuatan dari Naga itu melemah setiap detiknya... Tapi aku tidak yakin"

Hasby dan Jigwei pun berlari dari sisi lainnya desa itu dan menghampiri Kirsten...

"Kenapa tiba-tiba muncul Hydra?!"

Tanya Hasby dengan kesal...

"Mana ku tau kak!"

Kirsten juga kesal...

Namun saat Hydra itu ingin mulai menyerang... Dia melihat Jigwei berdiri diantara Hasby dan Kirsten... Mata Jigwei dengan tajam menatap ke setiap kepala Hydra itu, seolah-olah dia ingin berkomunikasi dengannya...

Seperti tau apa yang dikatakan Jigwei lewat telepati, semua kepala Hydra itu pun mengangguk

Hydra itu pun berhenti... Hasby, Kirsten dan penduduk desa yang lainnya pun terkejut karena Hydra tersebut tidak jadi menyerang...

"Kak Jigwei?" Tanya Kirsten sambil menepuk pundaknya...

Sementara Hasby hanya diam kali ini...

Kemudian Jigwei membuka mulutnya...

"Dia lemah, dia sudah menyerah, aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia sudah sekarat, akhiri penderitaan Hydra itu, gunakan satu serangan yang bisa langsung melenyapkannya..."

Perkataan Jigwei membuat Hasby dan Kirsten terkejut setengah mati... Hydra itu sudah sekarat? Bagaimana bisa?!

"Hydra itu sudah sekarat katamu?!"

Tanya Kirsten dengan ragu...

Jigwei pun mengangguk

"Aku juga naga, aku bisa tau keadaan naga lainnya..."

Ketika Jigwei mengatakan itu, keraguan Kirsten langsung menghilang

"Benar juga... Baiklah..."

Hasby pun melangkah kedepan

"Biar aku saja-"

Namun Kirsten langsung menghentikannya

"Tidak tidak, Hydra ini milikku, dia muncul di daerah yang ku lindungi..."

Ucap Kirsten dengan kukuh...

Hasby pun menghela nafas, dia tau kalau adiknya ini tidak akan menyerah untuk mendapatkan apa yang dia mau...

Hasby pun mengambil langkah kebelakang...

"Baiklah, bunuh dia... Lakukan yang seperti kakak ajarkan..."

Kirsten pun tersenyum dan mengangguk...

Sihir Crimson langsung meluap dan meledak keluar dari dalam diri Kirsten, menciptakan gelombang kejut kesegala arah...

Kirsten pun mulai terbang keatas... Setelah cukup tinggi, dia mengangkat tangannya keatas... Kemudian muncul lingkaran sihir diatas Hydra itu, lingkaran sihir itu lebih besar dari Hydra tersebut...

Tak sampai disitu, lingkaran itu berlapis keatas dengan berbagai ukuran...

Disaat yang bersamaa, disisi Dalya sendiri, Dalya sedang terbang dan mengangkat pedangnya keatas...

Energy sihirnya terkumpul di pedangnya dan kemudian sihirnya langsung meledak dan meluncur keatas seolah-olah pedangnya memanjang, namun kenyataannya itu hanya sihirnya saja...

Ledakan itu menghancurkan tanah yang jauh dibawahnya, gelombang kejutnya bahkan membuat Hydra yang dia lawan terlempar kebelakang sedikit...

Dengan seringai yang arogan dan rambut yang secara perlahan berubah menjadi putih, dia mengayunkan pedangnya kebawah...

Disaat yang bersamaan juga, rambut Kirsten juga perlahan berubah menjadi putih...

Sihir Kirsten muncul dari langit, mengalir dari satu lingkaran sihir ke lingkaran sihir yang lainnya... Sebelum akhirnya... Dalya mengucapkan

" [ Sunless Sword ] "

Dan Kirsten berkata

" [ Beacon OF Crimson ] "

Dalya dan Kirsten mengucapkan itu secara bersamaan meskipun mereka berbeda dunia...

Disisi Dalya, pedangnya membelah Hydra yang ia lawan menjadi dua dengan dampak ledakan yang sangat besar ketika pedangnya menyentuh tanah...

Ledakannya sangat besar sampai sampai mengoyak dunia yang dia tempati sekarang...

Ruang kosong disekitar Dalya pun retak dan hampir hancur...

Sedangkan disisi Kirsten sendiri, akhirnya sihir yang ia panggil dari langit tadi menembus semua lingkaran sihir Kirsten...

Membuat sejumlah besar sihir Crimson menimpa Hydra tersebut secara langsung...

Saking besarnya sihir Kirsten, Hydra itu menjadi abu secara perlahan... Kawah yang sangat besar terbentuk di bawah Hydra tersebut dalam prosesnya menjadi abu...

Karena sihir Kirsten terlalu besar, berat dan padat... Realitas mulai membengkok tepat dimana sihir Kirsten mengenai Hydra tersebut...

Realitas sendiri mulai menolak keberadaan sihir Kirsten, namun Kirsten tidak peduli...

Melihat pembengkokan yang terjadi, Hasby tidak boleh tinggal diam... Dia terbang keatas dan meraih Kirsten

"Hey, hentikan dek, Hydra nya sudah lenyap..."

Mendengar suara kakaknya, Kirsten akhirnya kembali ke realitas, dan langsung mematikan sihirnya...

Namun mematikan besar secara spontan seperti itu membuat mana nya berhenti mengalir secara spontan juga... Jadi Kirsten langsung pingsan... Untung Hasby langsung menangkapnya dan membawanya kembali kebawah...

Rambut Kirsten juga sudah kembali normal...

Disaat yang bersamaan, Dalya juga mulai kehilangan kesadaran dan terjatuh, dia melepaskan pedangnya yang langsung kehilangan sihir kemudian terjun bebas kebawah...

Namun seseorang menangkap Dalya... Dalya mencoba melihat siapa yang menangkapnya itu, namun matanya susah digerakkan... Dia bisa melihat samar samar kalau yang menangkapnya adalah seorang laki-laki yang memiliki wajah yang muda

Laki-laki itu se muda dirinya, namun laki-laki tersebut memiliki rambut berwarna putih... Dia tidak bisa melihat dengan jelas orang itu, namun meskipun dia bisa melihat dengan jelas, dia tidak yakin kalau dia akan bisa mengenalinya...

Akhirnya Dalya menyerah dan membiarkan kegelapan memeluknya, dia menutup matanya dan sepenuhnya kehilangan kesadaran... Dia tidak tau apa yang akan diperbuat orang tersebut kepadanya, tapi dia sudah terlalu lelah untuk memikirkan hal itu...