"Hangat..." Gumam Dalya dalam tidurnya...
Dalya merasakan hangat diseluruh tubuhnya, ia tidak tahu rasa hangat itu berasal dari mana, namun Dalya menyukai rasa hangat itu...
Bahkan Dalya mendorong dan merapatkan dirinya ke kehangatan tersebut, mencoba untuk mendapatkan lebih banyak kehangatan itu...
Tak lama kemudian, Dalya membuka matanya... Matanya mencoba beradaptasi saat dia membukanya...
Barulah dia sadar kalau dia sedang berpelukan dengan adiknya dengan kepalanya berada di dada Hasby...
Dalya pun sedikit tersipu, namun dia malah mendekatkan dirinya dan merapatkan dirinya dengan Hasby semakin erat dan dekat... Dalya seperti anak kecil yang menginginkan perlindungan dari orang tuanya...
"Aku dirumah?" Pikir Dalya...
Merasakan pergerakan kakaknya yang semakin merapatkan badan mereka, Hasby pun sadar kalau kakaknya sudah siuman...
"Kakak?"
Ucap Hasby sambil mengelus-elus kepala Kakaknya...
"Jangan bergerak dulu... Kakak sudah nyaman diposisi ini..."
Jawab Dalya...
Hasby pun tersenyum, dan kemudian memeluk kakaknya semakin erat
"Baiklahhh..."
Ucap Hasby... Dalya pun menikmati kebersamaan itu... Sampai...
Jigwei pun masuk kedalam gubuk...
Dia pun langsung terkesiap dan terkejut melihat Dalya dan Hasby berpelukan dengan sangat dekat...
"Mama?! Mama ngewe sama kakak ya?!"
Ucap Jigwei dengan cukup keras...
Mendengar itu, Dalya dan Hasby langsung tersendak dan bangun dari posisi berbaring mereka
"Jigwei?! Kenapa kamu tiba tiba ngomong begitu?!"
Tanya Dalya, wajahnya semakin merah... Terlihat Hasby juga tersipu...
Belum sempat menjawab, mereka bertiga tiba-tiba mendengar suara Kirsten yang tertawa terbahak-bahak di pintu gubuk...
Dalya dan Hasby langsung tau kalau itu semua adalah rencana Kirsten untuk Jigwei mengatakan itu... Dia memanfaatkan ketidaktahuan Jigwei...
"KIRSTENNNN!!"
Ucap Dalya dan Hasby secara bersamaan...
Mendengar itu, Kirsten pun langsung lari
"Kembali kamu!!!"
Teriak Hasby sambil beranjak dari tempat tidur mereka dan mengejar Kirsten
"Heii!!"
Dalya pun ikut berlari mengikuti Hasby...
Jigwei pun ditinggal sendirian...
"Eh?! Kalian mau kemana?! Jigwei ikutttttt!!!"
Jigwei pun ikut berlari bersama mereka tanpa tau kenapa mereka berlari...
Sebuah keluarga yang harmonis... Memangnya apa yang bisa menghancurkan keluarga harmonis ini? Benar, tidak ada...
Saat ini, Dalya sedang menyusui Jigwei dibelakang gubuk, sedangkan Kirsten sedang bermain kupu-kupu merah ditangannya...
Di titik ini, Dalya sudah tidak peduli apakah dia berhasil menaklukkan pintu penebusan itu atau tidak, yang penting dia kembali ke keluarganya dan terbangun dipelukan orang yang paling dia sayangi... Hasby...
Hasby sendiri sedang berada didalam gubuknya...
"Satu tahun empat bulan lebih aku sudah bersama kak Dalya... Aku sangat menyayanginya..."
Ucap Hasby kepada dirinya sendiri sambil tersenyum...
Kemudian Hasby pun berdiri dan berjalan keluar gubuk lewat pintu belakang, dia hanya berdiri di pintu dan berkata...
"Kak, aku mau keluar untuk membeli sayur-sayuran sama buah-buahan di desa, di gubuk sudah habis"
Dalya pun memalingkan wajahnya ke Hasby
"Okayyy"
Kirsten tiba-tiba memasang wajah cemberut
"Mau ikut, tapi aku belum makan!"
Hasby pun tertawa
"Makan dulu yang banyak dek, kakak cuma sebentar kok"
Ucap Hasby sebelum berjalan kembali kedalam gubuk
"Hmmph!!"
Kirsten kembali memasang wajah cemberut...
Hasby pun keluar dari gubuk lewat pintu depan... Sesampainya diluar gubuk... Hasby tidak menuju ke pasar desa...
"Aku akan menemuinya dulu..."
Ucap Hasby... Kemudian dia mulai melayang keatas...
Kemudian dia terbang jauh keatas... Angin berhembus diantara Hasby, wajah Hasby sendiri dihiasi oleh senyum manisnya...
Hasby pun terbang ke bukit tertinggi yang cukup jauh dari situ...
Bukit yang menjulang tinggi dan menembus awan...
Hasby pun mendapat dipuncak bukit itu, siapa sangka, dipuncak bukit itu terdapat Altar yang cukup besar yang didominasi oleh warna merah dan, hitam dan putih..
Lentera-lentera merah menghiasi Altar itu dengan indah dan sempurna...
Di ujung altar di depan Hasby, seorang wanita berdiri... Wanita itu lebih tinggi dari Hasby...
Wanita itu membelakangi Hasby dan melihat ke hamparan awan di depannya
Dia memiliki rambut pendek berwarna putih yang di gradasi dengan warna hitam dibagian ujung rambutnya... Pakaian wanita itu cukup kompleks dengan sebuah jubah hitam yang memiliki gradasi warna putih...
Hasby pun berjalan ke wanita itu... Kemudian wanita itu berbalik, memperlihatkan matanya yang berwarna kuning, kontras dengan pakaiannya yang didominasi oleh warna putih dan hitam...
Bulu mata dan alis wanita itu juga berwarna putih...
Wanita itu pun tersenyum sambil menunggu Hasby mendekati dirinya...
Terlihat Rambut Hasby sendiri berubah menjadi warna putih
Saat Hasby sudah dekat dengan wanita itu, dia langsung memeluknya
Wanita itu pun tertawa dan membalas pelukan Hasby...
"Bagaimana hari harimu bersama kakak Dalya?"
Ucapnya sambil mengelus-elus kepala Hasby... Hasby pun menghela nafas
"Baik... Kak Dalya orang yang kuat dan sangat baik, namun pada saat yang bersamaan, kak Dalya terikat dengan emosi yang terlalu kuat, menjadikan itu kelemahan terbesarnya..."
Jawab Hasby... Kemudian dia melanjutkan
"Kak Claire ga bosan disini terus?"
Tanya Hasby
Wanita itu, yang sekarang namanya adalah Claire pun tersenyum
"Kan ini rumah kakak..."
Claire pun mengangkat Hasby dan menggendongnya...
"Oh iya, kamu ingat kan? Kalau akan terjadi fenomena Gerhana dan Parhelion secara bersamaan dalam waktu dekat?"
Hasby yang sekarang berada di gendongan Claire pun mengangguk
"Tentu saja... Mana mungkin aku akan melupakan fenomena suci itu... Semoga tidak ada yang merusaknya..."
Claire tersenyum lagi
"Benar, semoga tidak akan ada yang merusaknya..."
Claire pun berhenti sejenak sebelum melanjutkan
"Mau teh?"
Tanya Claire
Mendengar itu, Mata Hasby langsung melebar dan berseri-seri, dia langsung menatap keatas, ke Claire
"MAUUUU!!!"
Mendengar antusiasme dari Hasby, Claire pun tersenyum
"Baiklah~"
Dengan itu, Claire pun membawa Hasby ketengah Altar...
Tanpa mereka sadari... Mereka sedang diawasi oleh seseorang dari jarak yang sangat jauh...
Orang itu sedang berdiri diatas sebuah bukit yang sangat jauh dari bukit mereka...
Itu adalah seorang anak laki-laki remaja yang yang memiliki tinggi badan diatas rata rata, dia tinggi sebagai seorang laki-laki remaja...
Rambutnya pirang dan cukup panjang dengan gaya rambut belah tengah
Mata anak laki-laki itu berwarna biru menyala dengan pakaiannya yang seperti seorang putra mahkota... Dia seperti seorang pangeran... Dia sangat tampan...
Jubah hitamnya berkibar di belakangnya seiring angin berhembus...
"Mereka sangat bahagia..."
Ucapnya sambil menyilangkan kedua tangannya dihadapannya
Saat dia masih terus memperhatikan mereka, tiba tiba seseorang dengan rambut berwarna putih dengan penutup mata di matanya menghampiri remaja itu dari belakang...
Dia tak lain dan tak bukan adalah Eurdy...
"Tuan Mevy Andrea?"
Remaja yang sekarang bernama Mevy Andrea pun tersentak dan terkejut akan panggilan Eurdy, dia langsung berbalik
"Kau mengagetkan saja..."
Mevy menghela nafas
"Hmmm? Sejak kapan tuan Mevy gampang terkejut? Aku tidak pernah melihat tuan Mevy terkejut begitu..."
Ucap Eurdy
Mevy pun terkejut lagi, kemudian dia membersihkan tenggorokannya
"M-Maaf, mungkin aku cukup sensitif hari ini"
Balas Mevy...
Eurdy pun merasa tidak diyakinkan, namun apa yang bisa dia lakukan, orang di depannya ini bisa menghapusnya dari keberadaan kalau dia mau...
"Baiklah tuan... Terserah tuan saja... Tapi apakah tuan tau kalau Hamel sedang kehilangan Sanity nya... Dia membantai para Demi-Human..."
Mata Mevy melebar
"Kehilangan Sanity nya?! Membantai para Demi-Human?!! Biar ku tebak, pasti para manusia setengah rubah yang dia bantai kan?!!"
Ucap Mevy dengan kesal... Dia tahu kalau Hamel membenci rubah karena tingkah laku mereka
Eurdy pun menganggukkan kepalanya, membenarkan perkataan Mevy...
"Benar..."
Wajah Mevy langsung berubah menjadi pahit dan jijik...
"Akan kubunuh dia..."
Ucap Mevy dengan dingin, kemudian dia berteleportasi pergi... Eurdy yang ditinggalkan pun menghela nafas...
"T-Tolong, kendalikan diri anda, Tuan... Jangan gegabah dan membunuh Hamel..."
Sedangkan disisi Hamel sendiri, dia sedang mengamuk di desa para Demi-Human... Dia membunuh semua manusia setengah rubah yang ada di hadapannya...
Mayat mereka tergeletak di tanah dengan darah mengalir dari tubuh mereka tanpa henti... Menciptakan genangan darah yang sangat besar disekitarnya...
Rumah-Rumah disana pun terbakar dengan sangat hebat... Hamel juga tidak peduli sama sekali dengan perasaan mereka... Orang tua, anak remaja, bahkan anak kecil, semuanya dibunuh oleh Hamel tanpa keraguan...
Semuanya berteriak meminta tolong... Namun tidak yang datang... Mereka pasrah dan menunggu kematian mereka...
Dan saat Hamel ingin membunuh seorang anak kecil setengah rubah...
Anak itu berteriak
"TIDAKKKK!!"
Para Demi-Human yang lain yang ingin menyelamatkan anak itu pun langsung mati ketika mendekati Hamel... Karena Hamel tanpa ragu mengayunkan pedangnya ke mereka dan menebas leher mereka...
Dengan senyum sadis, Hamel pun menusuk anak itu, tiba-tiba sebuah kilatan berwarna biru muncul...
Tak sempat bereaksi, Hamel langsung terlempar kebelakang dan menembus beberapa pohon sekaligus...
Dan disitulah, Mevy berdiri disamping gadis kecil itu yang terduduk dibawah pohon...
Saat jubah Mevy menutupi dirinya, gadis itu baru membuka matanya, dia terkejut dan langsung melihat keatas... Dia melihat Mevy yang berdiri di sampingnya...
Mata Mevy terbakar dengan amarah yang meluap-luap...
Hamel yang kembali mendapatkan keseimbangannya pun melihat ke Mevy dengan wajah penuh kesal dan amarah...
"Bajingan! Kenapa Great Prince ikut campur dengan urusanku!!!"
Teriak Hamel dengan marah sambil menerjang ke Mevy... Hamel benar benar kehilangan Sanity nya...
Namun sebelum Hamel dapat meraih Mevy, Eurdy muncul diatas Hamel saat dia menerjang Mevy... Eurdy pun memukul Hamel kebawah dan menabrak tanah dengan sangat keras...
Hamel pun sedikit berteriak karena kesakitan... Namun Eurdy menahan Hamel di kakinya dan berkata...
"Tuan, bawa anak itu pergi... Aku akan mengurus anak bermasalah ini..."
"Dia tidak pantas mendapatkan waktu mu yang berharga tuan..."
Mevy pun mengangguk... Dia lebih mementingkan gadis rubah yang masih selamat tadi...
"Ayo kita pergi..."
Ucap Mevy sambil mengangkat gadis rubah itu ke gendongannya, gadis kecil itu secara reflek langsung menempel ke Mevy sebelum akhirnya mereka berteleportasi pergi...
Hamel pun akhirnya terbebas dari kaki Eurdy dan melompat kebelakang, menciptakan jarak diantara mereka... Hamel terlihat sangat marah
"Pak tua!! Kenapa kau selalu menghalangi kesenangan ku?!!!!"
Teriak Hamel
Namun dengan tenang, Eurdy menarik pedangnya dari sarungnya...
"Karena ini perintah dari sang Great Prince dan Great Master..."
Hamel pun menjadi semakin marah...
"Omong kosong!!! Aku tidak takut dengan Great Prince ataupun Great Master!! Akan kubunuh mereka apalagi orang buta sepertim-"
Sebelum Hamel dapat menyelesaikan kalimatnya, Eurdy sudah berada didepan Hamel... Dia mengayunkan pedangnya ke Hamel...
Dengan cepat, Hamel menangkis pedang Eurdy dengan pedangnya... Namun nihil...
Pedang Eurdy membelah dan mematahkan pedang Hamel... Tebasannya berlanjut dan mengenai bahu Hamel...
Hamel pun terkejut setengah mati... Dia merasa kalau dia akan dibelah menjadi dua...
Eurdy sendiri yang mengetahui kalau dia bisa saja membelah Hamel menjadi dua kapan saja dia mau, dia pun menghentikan tebasannya dan menendang Hamel...
Hamel pun menabrak sebuah pohon, dia terduduk dipohon itu...
Darah mengalir dari bahu nya kebawah seperti sungai yang deras... Hamel pun memegangi lukanya tersebut, dia terengah-engah, tentu dia kesakitan... Luka di bahu nya sangat dalam dan hampir menghancurkan tulang bahu nya...
Kemudian Eurdy pun mengarahkan pedangnya ke leher Hamel
"Jangan menjadi anak nakal dan kembalilah ke Sanity mu... Katakan padaku, kenapa kau membiarkan dirimu kehilangan sanity mu?..."
Tanya Eurdy dengan dingin...
Hamel pun terlihat kesal, namun dia tahu kalau nyawanya sekarang berada di tangan Eurdy...
"Salahkan si bajingan Raven itu, dia membuatku mengambil alih tubuh anak yang lemah ini..."
Eurdy pun terdiam sebentar
"Kalian bertengkar karena apa? Jangan bilang fenomena suci yang akan terjadi?..."
Hamel pun mengangguk dan membenarkan perkataan Eurdy...
Eurdy pun berfikir kembali... Kemudian dia kembali meletakkan pedangnya ke sarung pedang itu...
"Pulanglah, jangan menjadi anak yang manja hanya karena luka itu..."
Ucap Eurdy sebelum berteleportasi pergi... Hamel yang ditinggal sendirian dengan luka yang sangat dalam pun frustasi... Namun dia masih bisa berdiri dan berjalan...
Sedangkan disisi Eurdy yang sekarang berada dalam sebuah ruang tahta yang sangat megah...
Namun ruang tahta itu sudah hancur... Dan terlihat Raven terduduk di singgasana dengan tubuh yang berlumuran darah...
Tak hanya itu, sebuah tombak menembus dada nya sampai menembus belakang singgasana itu...
Eurdy yang buta tentu saja tidak bisa melihat langsung keadaan Raven... Namun dia bisa tau kalau Raven sangat lemah sekarang... Dengan indra pendengarannya yang mendengar nafas berat Raven, dia berjalan ke singgasana itu...
Raven pun melihat keatas, ke Eurdy dengan wajahnya yang berlumuran darah...
"Apakah kau kesini untuk mengakhiri penderitaanku? Pak tua?"
Tanya Raven...
Mendengar itu, Eurdy pun terdiam... Kemudian dia menggelengkan kepalanya...
"Kau terlalu banyak berbicara, Raven..."
Ucap Eurdy, kemudian dia mencabut tombak yang menembus dada Raven...
Raven pun menahan rasa sakit saat tombak itu dicabut...
"Kau tidak pernah berubah, pak tua..."
Ucap Raven sambil membiarkan kepalanya bersandar ke dada Eurdy...
Eurdy pun hanya diam dan membiarkan Raven bersandar ke dadanya...
"Kau tidak pernah berdiri di depan kaca?"
Mendengar itu, Raven pun tertawa... Di dalam hatinya yang terdalam, dia sangat menghargai dan memandang tinggi Eurdy dan menganggapnya sebagai kakaknya sendiri...
Namun di luar... Hari mulai gelap... Bukan karena matahari terbenam, namun karena bulan sudah mendekati matahari... Gerhana sudah mulai terjadi...
Kirsten yang sedang terbang di atas awan pun melihat Gerhana yang akan segera terjadi...
"Gerhana?!"
Kirsten terkejut melihat bulan yang semakin menutupi matahari...
"Aku harus memberitahu mama!!"
Dengan itu, Kirsten langsung terbang kebawah, kembali ke gubuknya dengan cepat... Dia tidak menyangka kalau akan terjadi Gerhana hari ini dan saat ini...