Nubuat.

Tangisan seorang gadis, tidak seorang ibu, bukan juga, namun seorang kakak menggema di tanah jiwa, membuat semua jiwa bergetar mendengar tangisan keputusasaan dari sang kakak tersebut.

Keputusasaan Dalya memuncak, benar, dia bisa merasakan kematian adiknya, sama seperti adiknya yang merasakan kematiannya...

Duduk di tanah jiwa yang lembab, dengan bersandar ke sebuah batu besar, tangisan Dalya tak pernah berhenti, meskipun dia hanya sebuah jiwa sekarang, dia tetap bisa merasakan rasa sakit secara emosional dan secara fisik...

Pemikirannya penuh dengan rasa sakit yang akan dia rasakan ketika bertemu dengan jiwa adiknya di tanah jiwa ini, apakah dia akan kuat melihat adiknya yang juga ikut mati?... Yang bisa Dalya lakukan sekarang hanyalah menunggu kehadiran Jiwa adiknya ke tempat ini...

"A-Aku h-harus mencarinya nanti" Bisik Dalya kepada dirinya sendiri...

Jiwa-jiwa di sekitar Dalya seperti merespon kesedihan Dalya, mereka bereaksi seolah-olah mereka ikut sedih meskipun mereka tak tahu apa apa tentang kesedihan Dalya...

Sedangkan di sisi Bell Esprit, dia membuka matanya, namun bukan wajah Raven kakaknya yang dia lihat, namun hanya kekosongan berwarna putih yang dia lihat...

Bell bahkan tak tahu dia sedang melayang atau menginjak sebuah dataran...

"D-Dimana aku?" Ucap Bell... Dia sendiri masih memakai baju yang dia pakai sebelum dia tidur tadi...

Sebelum Bell dapat bereaksi lebih lagi, dia melihat sekitar, dan dia sadar kalau asap hitam mulai menyelimuti sekitarnya, namun tidak semua, hal itu tentu membuat Bell panik...

"H-Hah? I-Ini k-kenapa?"

Bell menjadi panik, namun keanehannya tak berhenti di situ saja... Tiba tiba ada suara yang berbisik di telinganya...

"Ini semua salahmu"

Bell langsung menoleh ke sumber suara, namun nihil, dia tak melihat siapapun...

"S-Siapa disana?!" Tanya Bell dengan panik

Namun suara itu kembali lagi, namun kali ini bergema disekitarnya...

"Kenapa kau membunuh dua orang tak bersalah?"

Bell menjadi semakin gelisah, dia dengan panik melihat sekitarnya, atas bawah, kiri kanan, semuanya dia lihat, namun tak ada siapa siapa, ataupun tak ada satu indikasi pun kalau pernah ada seseorang disekitarnya...

"M-Membunuh?! A-Aku tidak membunuh siapa siapa!" Terak Bell dengan nada ketakutan... Membunuh? Dia membunuh siapa?... Siapa dua orang yang dia bunuh?...

Suara tersebut kembali berkata lagi, namun kali ini dengan nada mengejek

"Hubunganmu, interaksi mu dengan Wheel OF Fate, yang menciptakan kekacauan ini, dua orang mati termasuk Sang Great Master"

Mendengar itu, Bell terkejut... Sang Great Master mati? Dan itu karena interaksinya dengan Wheel OF Fate?... Yang berarti sekarang harusnya sudah kiamat... Kan?... Bell tidak tahu karena dia tertidur sebelum kiamat terjadi, jadi sebenarnya dia tidak tahu apa apa mengenai apa yang terjadi di dunia fana sekarang...

Bell menjadi lemas... Dia putus asa... Dia tak mengerti, kenapa? Kenapa ini bisa terjadi? Dia secara tak langsung telah menyebabkan kematian sang Great Master, seseorang yang sangat penting, yang menghalangi terjadinya Kiamat...

"G-Great M-Master H-Hasby... Mati?" Tanya Bell dengan nada gemetaran, air mata mulai terbentuk di matanya...

"Benar"

Suara tadi mengkonfirmasi tentang kematian sang Great Master...

"T-Tidak! Aku tidak percaya! G-Great Master tidak akan mat-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba muncul banyak sekali mata disekitarnya, mata mata itu berwarna hitam pekat dan mereka semua terbuka secara bebas

Di setiap mata itu, menunjukkan banyak kejadian yang berbeda-beda, dunia fana yang dilanda kiamat, asap merah melanda mereka dengan ganas.

Tak hanya manusia, namun ras lain juga terkena dampaknya... Ada yang menjadi gila, bunuh diri, bahkan banyak sekali yang membunuh satu sama lain karena mereka tidak bisa mengendalikan diri mereka... Semuanya kacau balau.

Ras lain mengamuk, mereka membunuh dan menghancurkan apapun di sekitar mereka tanpa peduli apapun... Mereka sudah kehilangan kewarasan...

Di tengah terkejutnya Bell, akhirnya dia melihat kematian Dalya yang sangat tragis dan juga secara tiba-tiba... Kedua tangannya langsung melayang ke mulutnya...

Dan akhirnya dia melihat sang Great Master Hasby, di penggal oleh seorang Beyonder dari Sefirot... Tangisan Bell langsung pecah ketika dia melihat itu...

"T-Tidak... T-Tidak! I-Ini semua bohong!!!" Teriak Bell, tidak percaya dengan semua yang dia lihat...

Mendengar ketidakpercayaan Bell, suara tadi pun tertawa... Sambil berkata

"Semuanya salahmu"

"Kau penyebab semua ini"

"Kau hanyalah sebuah beban bagi kakakmu dan Great Master"

Semua suara itu terulang berkali-kali, dan terasa di dalam kepala Bell...

Bell pun menutupi kedua telinganya dengan kedua tangannya, mencoba untuk menghalangi semua suara tersebut untuk masuk kedalam kepalanya... Namun benar benar tidak berguna, suara tersebut tetap terdengar jelas di dalam kepalanya

"T-Tidak"

"Tidak!!"

"B-Berhenti!!! B-BERHENTI!!!"

Bell merasa dia mulai gila dengan tawa dan semua suara yang menyalahkannya... Tiba-tiba dia terbangun dari tidurnya

"TIDAK!!"

Bell pun melihat sekitar dengan panik, badannya dibasahi dengan keringat... Tapi dia kemudian menghela nafas dengan tenang ketika dia sadar kalau dia sedang berada di dalam sebuah kubah yang diciptakan oleh kakaknya...

Dia juga lega kalau dia masih berada di dalam tempat Luno biasanya berada...

Dengan mengambil nafas dalam dalam dengan gemetaran, dia akhirnya dapat mengatakan sesuatu...

"H-Hanya mimpi... Hanya mimpi..."

Ucapnya kepada dirinya sendiri... Namun bayang bayang dari suara-suara tadi masih ada di dalam kepalanya... Namun Bell cukup merasa lega karena itu hanya sebuah mimpi... Kan?...

Kita ke sisi Jiwa Hasby yang ternyata tidak di bawa ke tanah jiwa, namun di bawa ke Sefirot yang lain, yaitu di atas sebuah bukit yang sangat tinggi di Auroran OF Chaos dimana Nubuat yang tertulis di Batu Anzuen berada...

Jiwa Hasby sedang melihat ke langit, Aurora di langit sangat indah, namun juga sangat mematikan...

"Indah tapi mematikan..." Ucap Hasby...

"Kenapa aku malah di bawa ke Auroran OF Chaos?..."

Akhirnya dia berbalik ke arah sebuah batu yang memuat Nubuat tentang Great Master... Hasby pun mendekati baru tersebut, batu tersebut sangat besar dan tinggi, namun Hasby masih bisa membacanya dari atas ke bawah...

Di batu itu tertulis suatu judul yang mengatakan

" Great Master's Prophecy "

"Ini kan nubuat tentang diriku... Tidak ada yang berubah, tidak sama sekali..."

Hasby pun mulai membaca nubuat di batu Anzuen...

— Terlahir untuk melindungi

Terlahir untuk menjadi yang gagal

Kematiannya tak pernah ada

Kematiannya tak pernah terjadi.

— Terlahir untuk mengikis kiamat

Namun tak bisa menghentikan

Bertemu dengan orang yang cocok

Mencintai makhluk fana

— Sang Great Master berjalan di atas banyak mayat dari makhluk fana yang dia bunuh. Dia bukan pembunuh, bukan juga seorang pelindung asli makhluk fana yang mutlak. Sang Great Master punya caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah, dia diberikan kebebasan untuk melakukan apapun, diberi kecerdasan setara Beyonder dan diberikan pengetahuan tentang tugasnya.

— Sang Great Master memiliki secuil kekuatan dari seorang Beyonder di Jaguwei... Seorang Beyonder yang bisa dikatakan kuat. Dia menerima kekuatan itu murni karena hadiah sang Beyonder sendiri

— Sang Great Master jatuh cinta kepada makhluk fana namun tak pernah lupa kepada tugasnya. Claire, kakaknya sekaligus rekan seperjuangannya di kehidupan sebelumnya masih menyayanginya dengan sepenuh hati.

— Sang Great Master sangat mencintai makhluk fana yang dekat dengannya, dia merawat ratu dengan sepenuh hati, kasih sayangnya bahkan melebihi kasih sayang fana anatara fana yang lainnya. Dia bukan seorang yang tak memiliki adap, bukan juga seseorang yang suka menantang Moral.

— Sang Great Master akan selalu hidup, akan selalu ada untuk menghalangi Kiamat. Tak ada yang bisa membunuh Great Master sebelum tugasnya selesai.

Setelah membaca semua nubuat itu Hasby pun merasa sedih... Air mata menetes dari kedua matanya secara bersamaan...

"Nubuat pembohong... Sekarang aku sudah mati... Nubuat ini dikatakan mutlak... Tapi apa?..."

Hasby pun menghela nafas dengan gemetaran...

"Kak Dalya... Kak Claire... Augusta... L-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya Hasby pun terisak dan kembali menangis... Kedua tangannya berpegangan ke batu Anzuen tersebut...

Tak lama kemudian, sebuah asap hitam menghampiri Hasby, kemudian membentuk sebuah figur pria dewasa yang tinggi di belakang Hasby... Tentu dia adalah seorang Beyonder juga...

"Hasby. Kau di bunuh kan?"

Tanya sang Beyonder... Hasby dengan perlahan pun membalikkan badannya kepada sang Beyonder dan mengangguk

"Benar, aku di bunuh salah satu Beyonder dari Sefirot, kelompokmu..."

Ucap Hasby dengan menghela nafas secara gemetaran, karena emosinya tercampur aduk, marah, sedih, putus asa. Semuanya tercampur aduk...

Sang Beyonder pun berfikir lagi setelah konfirmasi dari Hasby...

"Hmmm... Jujur saja, aku juga tidak faham kenapa dan apa motif Beyonder di Syncicle membunuhmu seperti itu."

Ucapnya... Ucapan tersebut membuat Hasby terkejut, dia tidak tahu? Beyonder dari Sefirot tidak tahu akan pembunuhan yang dilakukan oleh salah satu dari mereka? Hasby tidak faham, namun ucapan dari Beyonder dihadapannya membuatnya terpikirkan sesuatu...

"Tunggu, jadi Beyonder Sefirot yang lainnya tidak tahu? Ini adalah pembunuhan sepihak?"

Tanya Hasby untuk memastikan... Sang Beyonder pun mengangguk

"Benar, ini adalah pembunuhan sepihak tanpa diketahui oleh Beyonder Sefirot manapun. Saat kita mendapatkan kabar kalau kau mati, kita terkejut." Jelasnya...

Hasby pun meletakkan jarinya ke dagunya, berfikir dengan keras...

"Jadi dia akan mendapatkan hukuman kan?"

Mendengar pertanyaan Hasby, Sang Beyonder pun sepertinya mengerti kemana arah pembicaraan ini akan mengarahkan mereka...

"Tentu, dia akan mendapatkan sanksi berat atas tindakannya, apa lagi membunuh seorang Great Master... Kekuatan Beyonder nya akan di cabut untuk sementara waktu, dan tahta Beyonder di Syncicle akan kosong untuk sementara." Jelas sang Beyonder...

Mendengar konfimasi Sang Beyonder akan kecurigaannya, Hasby pun mengusap air matanya dan berkata

"B-Baiklah, aku punya satu permintaan" Ucap Hasby sambil menarik nafas dalam dalam...

Beyonder itu pun menunggu permintaan Hasby, meskipun dia terlihat sudah tahu apa permintaan Hasby...

"Bisakah aku diberikan kesempatan kedua? Untuk hidup kembali?" Tanya Hasby

"Karena Beyonder di Syncicle telah membunuhku tanpa alasan yang jelas, dan juga tidak ada nubuat di batu Anzuen tentang kematianku, jadi seharusnya aku bisa mendapatkan kesempatan kedua karena telah diperlakukan tidak adil oleh salah satu Beyonder di Sefirot." Jelas Hasby

Sesuai dugaan. Namun tetap, permintaan dan penjelasan Hasby membuat sang Beyonder berfikir dan mempertimbangkan perkataannya...

"Akan ku pertimbangkan dengan Beyonder yang lainnya. Tapi aku bisa katakan kalau kau akan memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk hidup kembali dengan ketidakadilan ini." Jelas sang Beyonder sambil mengangguk

Mendengar pertimbangan dari Beyonder di hadapannya, mata Hasby pun terbelalak dengan senang

"Baik! Akan ku tunggu hasil yang membahagiakan darimu!" Ucap Hasby dengan nada cukup ceria...

Sang Beyonder, tanpa mengatakan apapun lagi, menunjuk ke suatu tulisan kecil di batu Anzuen yang tertutup debu, sepertinya tulisan itu terlewatkan oleh Hasby saat dia membaca nubuat tentangnya tadi

Dan saat dia melihat ke arah yang di tunjukkan sang Beyonder, dia akhirnya sadar akan tulisan tersebut, terlihat cukup jelas ukiran tulisan kecil yang terlewatkan olehnya...

"B-Baiklah..."

Ucapnya seolah-olah dia mengerti kalau dia di suruh untuk membaca itu, kemudian dia mengusap debu dari tulisan tersebut... Dan Hasby pun membacanya...

" Benedictio Irae Dei "

Selesai membaca kalimat tersebut, batu Anzuen pun mulai bersinar, kemudian batu tersebut memancarkan cahaya warna ungu seperti suar ke atas, menembus awan dan Aurora di langit...

Hasby pun terkejut dengan itu, karena dia tak pernah menemukan tulisan tersebut, bahkan sepertinya Beyonder lain juga tak mengerti atau mengetahui tentang tulisan tersebut...

Hasby hanya melihat dengan kagum

"C-Cahaya suar macam apa itu?... Baru pertama kali aku melihat ini, aku baru tahu kalau Nubuat Anzuen bisa membuat ini..." Ucap Hasby dengan kagum...

Sedangkan Batu Anzuen masih memancarkan cahaya suar nya ke langit tanpa henti sama sekali...

Sedangkan kembali ke sisi Luno yang berada di dunia yang masih di landa kiamat pun terlihat sedikit gelisah...

Dia tak sendiri, dia ditemani oleh Eurdy, Raven, bersama dengan Mevy juga...

Mereka semua sedang berada di sebuah bukit yang sangat tinggi dengan melihat kebawah dimana asap merah melanda dunia dan seisinya...

Mereka bahkan tak bisa melihat daratan lagi dari atas sana karena asap merah tersebut terlalu tebal...

"Hu baik baik saja kan?" Tanya Mevy kepada Eurdy

Eurdy pun mengangguk

"Dia baik baik saja, aku menciptakan penghalang disekitar rumahku dan dia sekarang sedang tidur" Balas Eurdy...

Mevy pun mengangguk dengan puas karena Hu baik baik saja...

"Kalau sudah begini kita tidak bisa berbuat apa apa selain mengharapkan keajaiban, kan?" Tanya Raven kepada mereka semua

Ekspresi mereka pun berubah menjadi suram... Mereka semua mengerti kalau tiada satupun dari mereka yang bisa menghentikan kiamat ini, tidak sama sekali... Terkecuali sang Great Master kembali, atau seorang Beyonder dari Jaguwei ikut campur dengan urusan fana...

Mereka tahu pasti kalau mereka tidak bisa berbuat apa apa... Meskipun mereka berempat sekarang adalah kelompok terkuat di dunia fana ini untuk sekarang, tapi kiamat sama sekali bukan sesuatu yang bisa mereka tangani atau mereka anggap bisa mereka selesai tanpa seorang Great Master...

"Iya... Kita hanya bisa berharap kalau keajaiban akan datang dan menyelematkan dunia ini..." Ucap Luno...

Yang lainnya pun mengangguk, setuju dengan perkataan Luno...

"Kita tak berdaya bukan?" Ucap Mevy sambil menghela nafas...

"Benar..." Balas Eurdy...

Sementara Raven masih mempertahankan wajah seriusnya...

Namun secara tak terduga, langit terbuka dengan lebar, dan cahaya berwarna ungu menembak ke bawah dari atas langit... Cahaya itu adalah cahaya yang dikeluarkan oleh batu Anzuen tadi...

Tentu Luno, Raven, Eurdy dan Mevy pun terkejut dengan hal tersebut, mata mereka terbelalak karena cahaya tersebut...

"C-Cahaya apa itu?!" Tanya Luno

Namun yang lainnya pun sama bingungnya dengan dirinya...

Seperti doa mereka terjawab, cahaya itu menembus asap merah di bawah mereka dan turun tepat di lautan yang luas dan dalam... Tidak ada yang tahu kenapa dan bagaimana ini bisa terjadi... Seolah-olah doa mereka dijawab oleh sang Beyonder yang mendengarkan mereka...