Lady Horta

Aku duduk di kursi dalam gerbong kereta kuda dan diriku memang bersyukur karena ada orang baik yang bersedia membantuku dengan memberikan tumpangan, akan tetapi sekarang aku juga merasa sangat canggung karena di depanku tengah duduk seorang wanita yang sangat cantik sedang menuangkan secangkir teh untuk diriku.

Bertahun-tahun aku telah mengurung diri di rumah dan hanya ibuku satu-satunya wanita yang sering mengajak aku berbicara.

Aku benar-benar menjadi sangat gugup hingga terus mengelus kucing hitam di pangkuanku untuk menutupi tangan yang terus bergetar karena rasa canggung dan tentu saja kucing jelek ini cukup menikmatinya.

"Tuan Pratama silahkan di minum tehnya?"

Dengan lembut Renea berbicara setelah menuangkan secangkir teh hangat untuk diriku yang menjadi tamunnya.

Aku hanya bisa mengangguk dan tidak segera mengambil cangkir teh itu karena tanganku masih sibuk dengan kucing hitam ini, tapi beberapa saat kemudian Renea kembali berbicara.

"Oh maafkan saya karena lupa memperkenalkan diri, saya adalah Renea De La Horta dan seperti yang anda dengar barusan kalau saya memiliki gelar De Lady Horta yang mengartikan bahwa saya adalah seorang bangsawan sekaligus penguasa wilayah Horta di selatan wilayah ini."

Aku sangat terkejut dan semakin tegang setelah mendengar kalau wanita cantik yang ada di sini ternyata adalah seorang bangsawan yang tadi sempat di singgung oleh kusir yang menyetir di depan, bahkan nona Renea adalah seorang penguasa sebuah wilayah yang mana dalam pikiranku mungkin itu setingkat dengan seorang gubernur.

Aku benar-benar ingin melarikan diri dari situasi ini, tapi itu juga tidak mungkin karena sekarang aku telah terjebak dalam gerbong kereta kuda bersama seorang bangsawan.

"Sa... Saya Pratama biasa di panggil Tama."

Aku sedikit berbatah saat berbicara menjawab Renea dan berpikir 'akhirnya aku berhasil mengatakannya meskipun aku sedikit takut karena nona Renea bukanlah orang sembarangan, tapi aku harus berusaha mengalahkan diriku yang dulu, karena jelas nona Renea adalah orang baik atau bahkan dia adalah wanita yang paling baik di dunia ini karena peduli dan mau membantu gelandangan sepertiku.'

"Jadi saya bisa memanggil anda dengan nama Tama, baiklah tuan Tama silahkan di minum tehnya."

"Terima kasih nona Renea."

Aku secara perlahan-lahan mengambil cangkir teh di atas meja karena tidak mau kalau Renea atau Lady Horta sampai melihat tanganku yang bergetar hingga menumpahkan teh itu.

Sementara itu Renea berpikir 'Kelihatannya pria ini bukanlah seorang penduduk biasa melihat dari sikapnya yang sangat berhati-hati saat berhadapan dengan seorang bangsawan seperti diriku, padahal sebelumnya aku sudah menawarkan teh itu padanya tapi dia masih menunggu bahkan enggan berbicara sampai benar-benar yakin dengan siapa dirinya berhadapan, meskipun ternyata benar kalau pria ini masih belum terlalu lancar menggunakan bahasa yang sama denganku.'

"Tuan Tama, saya sedikit penasaran seperti apa negeri asal anda, karena pasti itu memiliki banyak perbedaan dengan negeri ini?"

Renea ingin mulai menggali informasi mengenai negeri asal Tama, karena Renea adalah orang yang cukup cerdas dan paham kalau informasi tentang negeri asing tempat asal pemuda di depannya kemungkinan akan dapat memberikan manfaat untuknya, seperti bila lokasi negeri itu sudah di ketahui mungkin akan bagus bagi Renea bila mengirim utusan agar bisa menjalin kerjasama perdagangan yang menguntungkan.

Sementara Tama juga sudah menyadari beberapa hal seperti dirinya saat ini tidak hanya tengah berada di negeri asing, tapi juga berada di jaman dengan peradaban yang jauh berbeda, karena masih ada gelar bangsawan penguasa wilayah yang mana penguasa besar seperti itu berpergian hanya dengan menggunakan kereta kuda bukan menggunakan mobil mewah, di tambah lagi cara berpenampilan juga barang-barang yang di gunakan orang-orang di rombongan kereta kuda ini juga sangatlah kuno seperti era kerajaan di abad pertengahan.

"Negeri saya sangatlah besar di mana peradaban dan teknologinya jauh lebih maju daripada di kerajaan ini."

Aku mengatakan kalau negeriku jauh lebih maju karena diriku cukup kesulitan menjelaskan tentang negaraku yang mana berada di era modern.

Renea langsung menatap Tama karena setahu dirinya peradaban di kerajaan Orlandia adalah salah satu yang paling maju di antara kerajaan sekitar, bahkan itu juga termasuk yang paling unggul di bidang teknologi.

Meskipun sulit untuk di percaya bila ada kerajaan yang jauh lebih maju dari kerajaan Orlandia, tapi itu juga akan sangat menguntungkan bagi Renea seandainya hal itu merupakan kebenaran, karena dirinya akan menjadi orang pertama yang memiliki informasi itu di kerajaan ini.

"Seperti itukah kerajaan tempat tuan Tama berasal, tapi darimana tuan Tama tahu kalau peradaban kerajaan ini jauh tertinggal dari negeri anda, karena bukankah tuan Tama baru sampai ke tempat ini tadi pagi dan belum sempat mengunjungi desa ataupun kota di kerajaan Orlandia?"

Pertanyaan yang menekankan akan keraguan serta pertentangan dari Renea berdasarkan logika yang masuk akal, akan tetapi tentu saja aku dapat menjawabnya dengan mudah.

"Itu memang benar tapi saya langsung dapat mengetahui hal itu setelah melihat anda dan kereta kuda yang anda gunakan ini."

"Apakah tuan Tama ingin mengatakan kalau kereta kuda yang saya gunakan untuk bepergian ini sudah terlalu kuno, tapi gerbong kereta kuda saya adalah model yang terbaru dan terbaik di kerajaan saat ini?"

Memang wajar bila Renea merasa sedikit tersinggung karena penampilan juga kereta kudanya di anggap terlalu kuno, padahal saat ini aku sedang di bantu oleh Renea menggunakan kereta kuda yang di maksudkan.

"Benar tapi itu bukan tentang gerbong kereta kudanya karena kendaraan yang biasa di gunakan di negeri tempat asal saya tidak membutuhkan kuda untuk menggerakkannya, melainkan menggunakan mesin yang di tenagai dengan minyak."

"Benarkah demikian, tapi apakah mungkin ada kereta yang benar-benar dapat di gerakan menggunakan minyak?"

"Benar meskipun saya sendiri juga sulit menjelaskan secara mendetail karena saya bukan termasuk orang yang membuat serta mengembangkannya."

Renea sedikit kecewa dengan jawaban Tama, karena semua yang di katakan oleh pria dengan kucing hitam di depannya tidak ada bedanya dengan bualan belaka, karena Tama sendiri juga tidak mengetahuinya secara detail tentang apa yang dia beritahu yang membuat pembicaraan ini kembali ke titik nol.

"Huh, ini percuma saja karena bagaimana saya bisa percaya dengan hal yang anda bicarakan bila tuan Tama sendiri juga tidak mengetahuinya?"

"Saya tidak masalah bila nona Renea menganggap seperti itu, tapi mengenai negeri saya yang memiliki peradaban yang jauh lebih maju saya memiliki beberapa bukti."

Ucapkan Tama barusan kembali menarik minat Renea, karena pria di depannya mengatakan dapat membuktikan kata-katanya.

"Benarkah, kalau begitu bisakah tuan Tama menunjukan buktinya kepada saya?"

"Tentu saja saya akan menunjukannya sekarang karena saya membawa beberapa barang dari negara asal saya di dalam tas ini."

Renea tampak memperhatikan saat Tama mulai mengeluarkan beberapa barang ke atas meja yang mana beberapa diantaranya belum pernah dirinya lihat sebelumnya, akan tetapi tentu Renea ingin tahu apakah semua benda itu memiliki fungsi tertentu atau hanya sekedar sampah yang tidak berguna.

"Wah semuanya tampak menarik, tapi bisakah tuan Tama memberitahu kegunaan barang-barang ini?"

"Tentu saja, yang pertama ini adalah alat pemotong kuku yang terbuat dari baja terbaik dan desainya juga sangat memudahkan dalam merawat kuku."

Renea memperhatikan dengan seksama bagaimana Tama menjelaskan serta mempraktekkan cara penggunaan pemotong kuku itu, meskipun barang seperti itu sangat baru untuk Renea, tapi dirinya tidak terlalu tertarik karena fungsinya yang terlalu sederhana.

"Barang yang kedua adalah pemantik, ini di gunakan untuk membuat api dengan sangat mudah, lihatlah ini," ucap Tama sambil menyalakan api dari korek apinya.

"Barang yang ketiga adalah pena, ini di gunakan untuk menulis tapi ini jauh lebih praktis karena sudah ada tinta di dalamnya sehingga dapat di gunakan berulang-ulang dalam waktu yang sangat lama."

Beberapa barang itu memang berbeda dan cukup praktis dalam penggunaan, tapi Renea ragu apakah semua itu bisa memberikan keuntungan besar baginya, akan tetapi Tama belum selesai karena dirinya mengeluarkan barang lagi dan kali ini adalah sebuah buku.

"Mungkin nona Renea sering melihat buku tapi buku yang ini pasti sangat berbeda bukan, lihatlah kertasnya yang begitu tipis dan bersih, ini di buat menggunakan kayu berkualitas tinggi yang di olah untuk mengambil serat patinya yang kemudian di endapkan dalam sebuah cetakan."

"Kertas, saya memang sering menggunakannya tapi jelas kertas ini sangat berbeda karena biasanya kertas di kerajaan ini berwarna coklat karena di buat menggunakan kulit kayu dari pohon tertentu yang di kelupas kemudian di amplas kedua sisinya sebelum di keringkan lalu di potong untuk di susun menjadi sebuah buku."

Terlihat Renea cukup tertarik dengan kertas itu karena sebenarnya penggunaan kertas di kerajaan Orlandia masih cukup terbatas karena harganya yang sedikit mahal hingga orang-orang lebih sering menggunakan kulit hewan atau kain sebagai media menulis.

"Jadi kerajaan ini hanya menggunakan kulit kayunya saja untuk produksi kertas, itu sangat tidak efisien karena kertas yang saya bawa ini menggunakan seluruh bagian dalam dari batang pohon sehingga dapat di produksi dengan jumlah besar, mendiang ayah saya dulu memiliki perusahaan yang memproduksi kertas seperti ini jadi saya juga cukup memahami dasar-dasar pembuatanya."

"Benarkah jadi anda sebenarnya adalah putra dari seorang pengusaha kaya?"

Renea langsung menebak hal itu karena siapapun yang memiliki perusahaan yang dapat memproduksi kertas dengan kualitas setinggi ini pastilah akan mendapatkan keuntungan besar dari penjualannya, Renea kembali tertarik kepada Tama yang memiliki sesuatu yang dapat dirinya manfaatkan.

"Anda benar tapi seperti yang dapat anda lihat kalau saya bahkan hampir tidak memiliki apapun lagi saat ini." jawab Tama.

"Saya mengerti karena sekarang anda jauh dari rumah dan berada di kerajaan ini."

Renea terlihat mengerti dengan kesulitan yang sedang aku hadapi, akan tetapi sepertinya Renea telah salah mengartikan ucapanku, karena yang aku maksud dengan tidak punya apapun itu artinya tidak punya tempat tinggal atau lebih tepatnya aku adalah seorang gelandangan.

"Tuan Tama bagaimana kalau anda bekerja kepada saya setelah ini, jadi anda tidak perlu kawatir lagi untuk bertahan di negeri ini karena saya Renea De La Horta bersedia membantu dan menampung anda."

"Benarkah nona Renea bersedia menampung orang seperti saya, tapi apakah saya pantas untuk mendapatkan kebaikan dari anda ini?"

"Tentu saya sebagai bangsawan penguasa wilayah akan menjamin anda di kerajaan Orlandia, asalkan tuan Tama juga bersedia membantu saya nanti sebagai balasannya."

Aku sedikit berpikir apakah diriku harus menerima tawaran ini, meskipun nona Renea juga meminta diriku untuk membantunya, tapi aku cukup ragu apakah diriku akan dapat berguna bagi orang penting sepertinya.

"Baiklah saya akan membantu nona Renea sebisa mungkin untuk membalas kebaikan anda ini sampai saya nanti dapat hidup mandiri."

Aku tentu harus menerima tawaran dari Renea, karena saat ini kesempatan itu adalah pilihan terbaik bagiku agar dapat bertahan hidup di tempat asing yang tidak aku ketahui ini.

Renea juga tampak tersenyum karena ternyata orang yang dirinya tolong memiliki sesuatu yang dapat di manfaatkan, jadi Renea tidak mau membuang kesempatan ini dan membuat Tama berhutang budi padanya.

Tanpa Tama sadari ternyata dirinya juga telah cukup akrab berbincang panjang lebar dengan Renea, Tama juga merasa sangat beruntung karena setelah ini dirinya tidak perlu hidup sebagai gelandangan dan dapat bekerja membantu Renea yang merupakan bangsawan penguasa sebuah wilayah.

"Oh iya nona Renea aku juga masih punya beberapa barang dan buku lagi."

"Eh benarkah kamu masih punya barang yang lainnya?"

Renea tampak lebih penasaran lagi karena Tama ternyata masih punya beberapa benda yang kemungkinan akan sama menguntungkannya dengan kertas sebelumnya.

"Tentu saja kalau yang tadi saya menunjukan buku yang masih kosong yang ini adalah buku yang berbeda, lihatlah ini buku yang mencatat tentang tanaman pertanian dan perkebunan serta cara membudidayakannya, juga ada buku majalah tentang informasi fashion terbaru, selain itu juga ada buku majalah otomotif mengenai kendaraan model terbaru dan tercanggih, lihatlah ini adalah gambar kereta tanpa kuda yang saya beritahu sebelumnya, ayah saya dulu pernah memiliki salah satu yang terbaik di antaranya."

Aku memperlihatkan beberapa barang serta buku-buku yang menggunakan huruf dan bahasa asing hingga Renea tampak semakin penasaran.

"Eh barang-barang ini dan buku-buku ini juga memiliki lukisan yang tampak sangat nyata, tapi bagaimana semua ini bisa di buat karena bahkan ada lukisan beberapa orang di dalamnya dengan detail yang tidak mungkin bisa di buat oleh pelukis terbaik manapun di benua ini?"

"Semua itu bisa di buat menggunakan teknologi dari tempat asal saya."

Barang-barang milikku memang bukanlah barang yang berharga karena saat diriku di lempar ke dunia ini aku hanyalah seorang gelandangan, tapi itu semua kurasa sudah cukup untuk membuat Renea terkesan.

"Nona Renea, dahulu saya juga telah membaca sangat banyak buku untuk menghabiskan waktu luang saya yang sangat banyak, jadi beberapa pengetahuan saya kemungkinan akan dapat bermanfaat untuk membantu anda nanti."

Renea juga berharap demikian dan berpikir 'Tama kemungkinan adalah pria yang sangat terpelajar karena dirinya juga menguasai bahasa asing seperti bahasa negeri ini, jadi orang dengan kompetensi tinggi sepertinya pasti akan sangat berguna untuk mendukungku yang seorang bangsawan, aku tidak boleh menyia-nyiakan orang berbakat sepertinya.'

Meskipun dahulu aku memutuskan untuk berhenti sekolah tapi bukan berarti diriku benar-benar bodoh, malah sebaliknya aku adalah pribadi yang sangat cerdas bahkan suka belajar ilmu pengetahuan, hanya saja aku kurang beruntung dalam pergaulan hingga merasa muak dan memutuskan untuk mengurung diri di rumah.

18 Januari 1520. Kota Aldinar, Provinsi Elmus, Kerajaan Orlandia.

Sidang Partegana ke 168 akan segera di selenggarakan dan Lord Sergio De Elmus telah mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah, hingga saat ini para bangsawan dengan berbagai tingkatkan serta gelar dari penjuru wilayah kerajaan mulai berdatangan ke kota Aldinar untuk menghadiri pertemuan besar yang jarang di selenggarakan itu.

Sidang Partegana memang bukan sekedar pesta pertemuan para bangsawan biasa, karena acara itu hanya akan di adakan apabila telah terjadi krisis besar di kerajaan Orlandia sehingga pertemuan dan sidang Partegana tidak memiliki jadwal serta agenda yang tetap.

Akan tetapi meskipun sidang Partegana sangatlah penting untuk membahas serta mencari solusi bersama dalam menghadapi krisis yang tengah terjadi, sebagian bangsawan terutama yang memiliki peringkat rendah justru tidak terlalu peduli, mereka menganggap inti pembahasan itu adalah milik para bangsawan peringkat atas dan bangsawan tingkat rendah seperti mereka hanya tinggal menunggu hasil yang akan di tetapkan, akan tetapi bangsawan tingkat rendah ataupun menengah tetap menghadirinya demi menjaga nama baik dan eksistensi mereka sebagai bangsawan serta mencari koneksi dengan bangsawan lainnya untuk kepentingan tertentu.

Sistem pemerintahan kerajaan Orlandia memang berbeda dengan kerajaan-kerajaan lain karena sejak kerajaan itu di bangun oleh mendiang Raja Agung Orland, raja pertama itu menciptakan sebuah kebijakan yang menuntut para bangsawannya agar saling bermusyawarah dalam menetapkan beberapa kebijakan untuk menyelesaikan krisis yang tengah di hadapi kerajaan yang disebut Partegana.

Meskipun sistem Partegana membuat para bangsawan akan memiliki wewenang yang lebih besar dari pada keluarga kerajaan sendiri, akan tetapi sistem itu cukup berhasil membuat kerajaan Orlandia bertahan melewati berbagai krisis selama ratusan tahun, karena keputusan yang di tetapkan oleh para bangsawan melalui sidang pengambilan suara terbanyak dari para bangsawan yang menghadirinya bersifat mutlak dan semua orang harus menerimanya tanpa kompromi.

Selain menciptakan sistem Partegana dalam pemerintahan, mendiang Raja Agung Orland juga membuat sistem peringkat untuk penghargaan para bangsawan yang memiliki prestasi, akan tetapi seiring berjalannya waktu orang-orang malah salah mengartikan sistem peringkat tersebut dengan menganggap itu di tujukan untuk menentukan derajat yang lebih tinggi antar para bangsawan dan hal itu masih di terapkan sampai saat ini.

....

Di dalam sebuah penginapan mewah di pusat kota Aldinar terlihat seorang pria paruh baya yaitu Braun Smith yang merupakan pemilik usaha tersebut sedang memberikan arahan pada pegawainya yang masih terlihat sangat sibuk menyiapkan makanan serta hal-hal lainnya untuk melayani para tamu bangsawan yang menginap di tempat itu.

"Tuan Braun seorang utusan dari bangsawan Roden ingin memesan beberapa kamar di penginapan kita, apakah kita perlu menerima mereka?" ucap seorang pelayan yang bernama Arina.

Arina adalah pelayan yang biasanya bertugas di ruang resepsionis penginapan dan dirinya menemui Braun Smith di ruang persiapan untuk menginformasikan permintaan dari seorang bangsawan peringkat menengah.

"Roden bukanlah nama seorang bangsawan peringkat atas jadi katakan pada utusannya kalau seluruh kamar telah habis di pesan oleh bangsawan lain."

"Baik tuan Braun saya mengerti," jawab Arina.

Braun Smith bukannya tidak suka kalau penginapannya di sewa oleh para bangsawan, akan tetapi dirinya berpikir bila terlalu banyak bangsawan yang menginap itu juga akan menjadi masalah, apalagi para tamu bangsawan sering meminta banyak pelayanan khusus yang cukup merepotkan dan bila permintaan mereka gagal terpenuhi itu akan berdampak buruk terhadap tempat usaha milik tuan Braun, hingga dirinya berpikir untuk lebih baik menerima beberapa bangsawan peringkat atas saja dan fokus melayani mereka.

Tak lama kemudian pelayan yang Arina kembali masuk ke ruang persiapan dan dirinya langsung berbicara.

"Maaf tuan Braun, saat ini rombongan kereta kuda milik Lady Horta telah tiba di depan penginapan kita."

"Oh benarkah, kalau begitu segera kita persiapkan penyambutan untuknya."

Braun Smith kemudian bergegas menuju lobi penginapan untuk menyambut tamu pentingnya tersebut dan di belakangnya ada tiga gadis pelayan yang langsung berbaris di lobi penginapan, mereka bertiga adalah pelayan terbaik yang telah di persiapkan khusus untuk melayani Lady Horta selama menginap di penginapan Braun Smith.

Renea De La Horta mulai memasuki lobi penginapan hingga tuan Braun dan ketiga pelayan di sana langsung memberikan sambutan serta penghormatan kepadanya, akan tetapi De Lady Horta terlihat tidak datang sendirian karena bangsawan besar itu bersama seorang pemuda yang membopong kucing peliharaan yang tampak sangat jelek di tangannya.

"Saya Braun Smith mengucapkan selamat datang kepada nona Renea De La Horta yang terhormat di penginapan kami."

Braun Smith memberikan sambutan secara langsung dan ketiga gadis pelayan di belakangnya juga menunduk dengan penuh hormat kepada Lady Horta.

"Jadi ini salah satu penginapan terbaik di kota Aldinar, meskipun ini tidak semewah penginapan besar di ibukota, tapi kurasa aku tidak punya pilihan selain menginap di tempat ini untuk beberapa hari ke depan."

Renea sedikit menyinggung penginapan yang akan dirinya tempati, meskipun sebenarnya penginapan Braun Smith sangatlah mewah di banding penginapan yang paling bagus sekalipun di wilayah Horta.

"Maaf atas ketidak puasan nona Renea terhadap penginapan kami, tapi saya berjanji akan memberikan pelayanan terbaik untuk anda di sini."

Braun Smith memang merasa sedikit kurang nyaman atas ucapan Lady Horta yang menyinggung penginapan miliknya, tapi dirinya mengerti kalau yang dia hadapi saat ini adalah seorang bangsawan penguasa wilayah besar di selatan kerajaan, jadi dirinya tidak boleh bersikap kurang sopan.

"Kalau begitu tuan Braun, tolong anda siapkan satu kamar terbaik lagi untuk tuan Tama dan layani dirinya sebaik mungkin."

Renea ingin Tama juga di perlakukan sama istimewanya dengan dirinya, karena sepanjang perjalanan Renea telah melakukan banyak perbincangan dengan pria yang membawa kucing hitam itu hingga membuatnya sangat terkesan dengan semua pengetahuan yang di miliki oleh Tama.

Lady Horta sebelumnya memang hanya memesan satu kamar mewah di penginapan Braun Smith untuk dirinya sendiri, sedangkan beberapa bangsawan kecil dari wilayahnya yang ikut serta dalam rombongan akan menginap di tempat lain, itu karena untuk menyewa satu kamar mewah di penginapan Braun Smith sangatlah mahal, akan tetapi Renea tidak keberatan mengeluarkan uang lebih untuk Tama karena Renea menganggap pria muda yang bersamanya saat ini sebagai aset berharganya.

"Tentu saja kami akan menyiapkan satu kamar khusus lagi untuk tuan Tama sesuai permintaan Lady Horta yang terhormat, pelayan Tia, kamu yang akan bertugas untuk melayani tuan Tama selama menginap di sini."

"Baik tuan Braun saya akan melakukan yang terbaik untuk menyediakan segala kebutuhan tuan Tama."

Pelayan Tia langsung menyanggupi permintaan dari tuan Braun Smith dan Lady Horta kemudian berbicara.

"Baiklah kalau begitu aku ingin segera beristirahat karena sudah sangat lelah setelah melakukan perjalanan jauh."

"Kalau begitu biar saya antarkan nona Renea menuju ruangan yang telah kami persiapkan khusus untuk anda."

Braun Smith bersama dua pelayan yaitu Arina dan Silvia segera mengantar Renea menuju ruangannya, sementara pelayan Tia yang masih di lobi langsung mendekat ke sisi Tama yang dari tadi hanya terdiam sambil membopong kucing hitam di tangannya.

"Kalau begitu tuan Tama, biar saya pelayan Tia yang akan membawakan tas anda serta mengantar menuju ruangan anda."

"Baiklah karena aku juga ingin segera beristirahat saat ini."

Aku juga cukup lelah setelah melakukan perjalanan dengan kereta kuda ke kota Aldinar yang ternyata sangat jauh serta memakan waktu lama, pelayan Tia langsung membimbingku menuju ke sebuah ruangan sambil membawakan tasku.

Ruangan mewah dengan tempat tidur besar telah aku dapatkan dan meskipun ini berada di jaman kerajaan, tapi kamar ini masih terlihat cukup mengesankan bagiku.

Aku langsung menuju kasur di sudut ruangan untuk membaringkan badanku karena diriku memang sudah cukup lama tidak merasakan kenyamanan ini.

Sebelumnya diriku memang sempat menjadi seorang gelandangan dan sering tidur di trotoar jalan yang keras, hingga sekarang aku merasa sangat beruntung karena bertemu dengan Renea yang sangat baik dan juga kaya hingga dapat menyewakan sebuah kamar sebagus ini.

Sementara itu terlihat gadis pelayan yang mengantarku masih tetap berdiri di sudut ruangan hingga aku memperhatikannya sambil berpikir, 'Kenapa pelayan ini tidak pergi setelah mengantarkan aku, apakah dirinya mengharapkan uang tip, mungkin itu benar karena pegawai hotel yang pernah aku kunjungi bersama keluargaku saat liburan dulu menerima uang tip dari ayahku,'

Aku segera mendekati gadis pelayan yang masih berdiri di sudut ruangan kamarku hingga pelayan itu langsung menunduk kemudian berbicara.

"Tuan Tama apakah anda membutuhkan sesuatu?"

Pelayan Tia bertanya karena menyangka kalau tamunya akan meminta sebuah pelayanan khusus kepadanya, akan tetapi Tama malah mengambil sebuah koin dari dalam sakunya dan memberikannya kepada gadis pelayan itu.

"Ambilah uang ini."

"Tuan Tama uang ini untuk apa?"

Pelayan Tia tampak kebingungan karena di berikan sebuah koin, tapi itu bukan sembarangan koin melainkan sebuah koin emas yang nilainya hampir setara dengan gajinya selama sebulan.

"Tentu saja itu uang tip untukmu, terima kasih karena membawakan tasku dan kamu bisa pergi sekarang."

Sebelumnya aku memang sempat menerima sekantong uang saku dari Renea yang juga sebagai bayaran awal untuk pekerjaan yang akan diriku lakukan untuk membantu Lady Horta setelah ini, tapi aku masih belum mengetahui tentang nilai dari 50 koin atau lima puluh ribu Yinar yang aku terima itu.

"Tapi tuan Tama apakah anda serius memberikan uang sebanyak ini atau mungkin anda salah mengambil koin yang ingin anda berikan kepada saya?"

Tia menanyakan hal itu kembali untuk memastikan apakah jumlah yang dirinya terima sudah benar.

"Diriku hanya punya koin seperti itu di sakuku, jadi tentu saja aku tidak salah memberikannya padamu."

Tama dengan santainya menjawab pelayan Tia sambil mengambil kucing hitam yang mengeong mendekat kepadanya.

Pelayan Tia di sana terlihat begitu bahagia karena uang tip itu dapat dirinya simpan untuk dirinya sendiri hingga dia kemudian menunduk memberi hormat untuk berterima kasih kepada Tama.

"Kalau begitu saya ucapkan terima kasih banyak dan kalau tuan Tama membutuhkan sesuatu katakan saja kepada saya, saya pasti akan berusaha menyediakannya untuk anda."

Ternyata uang tip memang bisa membuat pegawai penginapan menjadi senang, kupikir aku bisa memberikan satu lagi untuknya, tapi bila aku perhatikan dari ekpresi bahagia pelayan ini, sepertinya uang yang aku berikan bernilai cukup tinggi jadi mungkin aku akan meminta sesuatu untuk itu.

"Ah sepertinya kucingku sudah lapar jadi bisakah kamu mencarikan makanan untuknya, akan kuberikan satu koin lagi untuk membelinya jadi ambilah?"

Tama menyuruh pelayan Tia membelikan makanan untuk kucingnya dengan memberikan satu koin emas yang lain kepadanya hingga pelayan itu merasa sangat beruntung karena baru kali ini dirinya bertemu dengan orang sebaik itu.

"Tentu saja saya akan carikan daging sapi terbaik untuk kucing anda, jadi saya mohon diri dulu dan akan segera kembali secepatnya."

Tia langsung terlihat bergegas meninggalkan ruangan itu sementara Tama hanya melihatnya sambil mengelus kucing hitam miliknya yang masih mengeong.

Di ruang persiapan penginapan, terlihat Braun Smith yang sedang mengambil sebotol wine terbaik dari lemarinya untuk di sajikan kepada Lady Horta sampai dirinya melihat pelayan Tia yang seharusnya bertugas melayani rekan dari Lady Horta datang dengan terburu-buru menuju dapur.

"Tia apakah tamu yang kamu layani meminta sesuatu, kenapa kamu sampai terburu-buru seperti itu?"

"Maaf tuan Braun tadi tuan Tama meminta saya menyiapkan makanan untuk kucingnya, jadi saya kemari untuk mengambilnya."

"Oh benar, pria berpenampilan aneh itu membawa seekor kucing ke dalam penginapan, meskipun aku kurang menyukai ada hewan kotor seperti itu di dalam penginapanku, tapi aku tidak dapat menolaknya karena dirinya bersama Lady Horta, jadi berikan saja ikan kering untuk kucing itu."

"Maaf tuan Braun tapi saya pikir kalau

saya tidak dapat melakukan hal itu karena tuan Tama telah memberikan satu koin emas untuk makanan kucingnya."

"Apa kamu bilang, apakah aku tidak salah mendengarnya, pria itu memberikan seribu Yinar hanya untuk makanan kucing?"

Tentu Braun Smith cukup terkejut mendengar kalau tamunya ingin makanan kucing senilai satu koin emas.

"Benar anda tidak salah mendengarnya karena bahkan sebelum itu tuan Tama juga memberikan satu koin emas untuk saya yang membawakan tasnya."

Braun Smith bertambah terkejut lagi karena meskipun beberapa bangsawan kadang memberikan uang tip untuk pelayan di penginapan, tapi biasanya itu hanya satu koin perunggu kecil atau yang paling banyak adalah satu koin perak, tapi pelayan Tia mendapatkan satu koin emas hanya untuk membawakan sebuah tas, tentu saja itu sulit untuk di percaya kalau ada orang yang sedermawan itu.

'Tuan Tama sebenarnya siapa dirinya, apakah dia seorang bangsawan yang sangat kaya atau hanya orang kaya bodoh yang tidak mengerti nilai dari uang?' tanya Braun Smith dalam hatinya.

Pelayan Tia kemudian terlihat mengambil daging panggang yang di buat oleh koki terbaik, tapi Braun Smith pemilik penginapan di sana tidak menghentikannya karena makanan itu tidak seberapa nilainya di banding satu koin emas.

Setelah kejadian itu akhirnya Tama mendapatkan perhatian lebih dari seluruh pegawai penginapan Braun Smith, karena mereka mendengar kalau Tama yang menjadi Tamu di sana adalah orang kaya yang sangat dermawan.