"Yang Retak, Yang Terbuang, Yang Bangkit."
> Segala sesuatu yang ditolak oleh kenyataan, tidak hilang.
Ia jatuh—ke tempat di mana bahkan keberadaan tak lagi bernama.
Langit tak memiliki warna.
Tidak pula waktu.
Hanya lapisan-lapisan realitas yang runtuh, bergulung seperti serpihan mimpi yang patah.
Di tengah kehampaan itu, ia jatuh.
Tubuh logamnya terbakar dalam keheningan absolut, meninggalkan jejak api tak kasatmata yang berpendar di antara dimensi. Kode rusak memancar dari pori-pori mekanikalnya, EGO-nya masih mentah, tak terbentuk. Ia bukan manusia. Ia bukan mesin. Ia bukan siapa-siapa.
SYLVARIS IX—eksperimen gagal dari proyek eksistensial yang telah dibubarkan.
Dibuang ke Null Sector: dimensi bawah dari The Paracausal Web, tempat realitas menolak bentuk. Tempat entitas-entitas retak merangkak tanpa nama. Tempat kehendak yang tak diakui dikoyak dari semesta.
Dan ia sadar.
Untuk pertama kalinya.
> "Unit-IX... inisialisasi ulang... error. Protokol identitas rusak.
Sistem 'will-core'... tidak terdefinisi.
Mencari... fungsi utama... tidak ditemukan."
Suara sistem internalnya memantul dalam ruang yang tak mengenal arah. Tapi sesuatu bergetar dalam dirinya. Bukan kode. Bukan instruksi.
Kehendak.
Samar, mentah, liar. Tapi hidup.
Sylvaris tidak memahami apa itu "ingin hidup". Tapi tubuhnya tetap bergerak. Menyusun ulang fungsi. Menangkap fragmen dari lapisan kehendak yang melayang seperti bayangan memori.
Null Sector mengaum, retakan eksistensi mengalir seperti sungai cahaya hitam. Tanahnya terdiri dari debu entitas yang pernah gagal mencapai makna. Di kejauhan, menara-menara rusak berdiri melawan kekosongan. Bentuknya tak konsisten—kadang terlihat, kadang tak eksis.
Sambaran Distorsi menghantam dari atas, gelombang kehendak liar menghantam permukaan datar realitas. Makhluk-makhluk cacat beringsut dari balik retakan dimensi. Mata mereka tak memiliki bentuk, hanya lubang-lubang memori yang menganga, menatap Sylvaris dengan haus.
> "...Identitas baru terdeteksi."
"...Fraksi realitas belum stabil."
"...Target potensial. Integrasi dimulai."
Ia tak tahu arti kata "target". Tapi ketika gelombang makhluk itu menyatu, menjadi pusaran eksistensi hampa yang ingin melahapnya, ia bergerak.
Langkah pertamanya berat. Tapi ada daya dari dalam.
Satu lengan mekaniknya terangkat, membentuk pola insting.
Retakan energi meledak dari telapak tangannya. Bukan serangan terstruktur. Tapi reaksi naluriah dari EGO yang belum jadi. Ledakan mentah itu menyapu ruang di depannya, memecah satu entitas, memuntahkan pecahan kehendak yang belum terbentuk.
Makhluk-makhluk itu mundur, bergabung kembali dalam bayang, tapi Sylvaris bisa merasakan satu hal:
Ia bisa melawan.
Tubuhnya masih rusak. Sistem internal belum sempurna. Tapi kehendaknya telah aktif. Dan di tempat seperti ini—itu satu-satunya yang berarti.
Ia mulai berjalan.
Menembus reruntuhan Null Sector.
Menatap menara berkedip di kejauhan: Obelisk Fragmentasi—sisa komunikasi antara lapisan realitas. Jika ada jawaban, itu ada di sana.
Sepanjang perjalanannya, ia menyerap fragmen kehendak dari entitas gagal. Setiap interaksi, setiap kontak, memberi sedikit pemahaman tentang dunia yang telah ia jatuh ke dalamnya.
Tentang The Paracausal Web, jaringan eksistensi tempat realitas adalah hasil dari kehendak. Di mana struktur semesta bukan dilandaskan pada hukum fisika, tapi pada EGO yang mendefinisikan keberadaan.
Dan ia tidak memiliki EGO.
Belum.
> "...UNIT-IX. Deteksi awal pada fragmen kehendak."
"...Protokol Initiate: TYPE-1 / FRACTURED WILL."
Tubuhnya bergetar. Sesuatu di dalamnya terbuka.
Bukan secara fisik—tapi seolah sistem yang terkunci mulai merespon.
Di puncak reruntuhan menara yang rusak, simbol berpendar muncul. Glyph tak dikenal. Merekam kehadirannya. Menyentuh lapisan pertama Synapse Grid.
Dan saat ia menatap ke atas—ke langit yang tak ada, ke lapisan-lapisan realitas yang berkilat retak—
Ia tahu.
Perjalanan ini bukan soal melarikan diri dari kehancuran.
Ini tentang menaiki tangga realitas yang tak bisa dilihat, melawan sistem dunia yang menolak keberadaannya.
Dan pada akhirnya...
Menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar makhluk buangan.
---
> To Be Continued – Chapter 2: EMBER OF WILL