Semua berawal dari Lupa

Kota Depok, 2024.

Di sebuah kamar kos-kosan sempit di Depok, yang dikelilingi rak buku, poster anime, dan kipas angin tua yang berdengung seperti nyawa terakhirnya,

Di luar, suara azan maghrib menggema.

Di dalamnya, seorang pemuda berambut hitam awut-awutan menatap alat hipnotis murah yang baru saja ia beli dari marketplace APK biru, dengan mata penuh harap dan rasa penasaran berbahaya.

Warung sebelah mulai goreng tempe, dan kereta Commuter Line meraung di kejauhan, seperti mengingatkan bahwa dunia nyata itu… padat dan panas.

Namanya Zayan. Delapan belas tahun, anak kuliahan jurusan Teknik Informatika yang lebih sering larut dalam anime, novel isekai, dan teori-teori dunia paralel ketimbang dunia nyata.

> "Hipnotis mandiri... jika aku bisa meyakinkan otakku bahwa dunia isekai itu nyata, mungkin aku bisa bermimpi tentangnya," katanya sambil menyalakan alat itu.

> "Samy," serunya pada sahabatnya yang sedang duduk dengan headphone di dekat pintu. "Bangunin gue satu jam lagi. Kalau gue ngigau aneh-aneh, cubit aja."

Samy mengangguk santai tanpa melepas headset-nya. "Siap, bro."

Dan Zayan mulai menghitung mundur... 3... 2... 1...

---beeep

Isekai Mimpi: Dunia Palsu yang Terlalu Indah

Zayan membuka matanya di tengah langit ungu cerah. Pakaian tempurnya menempel sempurna di tubuh atletis. Di tangan kirinya, sistem holografik muncul:

[Sistem Terpasang: Selamat datang, Pahlawan Pilihan Alam Semesta.]

> "Gila... ini dia!"

Ia dapat kekuatan instan. Magic SSS, pedang suci, harem datang dari segala penjuru. Musuh tunduk. Dunia menyambutnya seperti bintang idol.

> "Aku raja dunia ini!"

Namun, sesuatu mulai terasa aneh.

Sistem terguncang.

Langit berkedip.

> [Kesalahan Koneksi. Koneksi Dunia Mimpi Terputus.]

> "Eh? Nani? Jangan becanda! Gue baru mulai!"

---

Kematian yang Sunyi

Zayan terbangun. Tapi bukan di kos. Bukan di dunia mimpinya.

Tubuhnya menggigil, terbaring di samping sungai berair beku. Pakaian compang-camping, perutnya perih, dan napasnya berat. Kabut tipis menari di udara. Aroma tanah asing. Langit kelabu.

> "Ini... dunia lain?"

Ia duduk perlahan, tubuhnya lemah. Tak ada sistem. Tak ada kekuatan. Tak ada pedang suci.

> "SAMY!" teriaknya. Tapi hanya gema sungai menjawab.

> "Samy... lo janji bangunin gue..."

---

Sementara itu, di Depok…

Samy terbangun panik. Ponselnya menunjukkan jam yang sudah jauh melewati satu jam. Headset masih menempel. Musik masih menyala.

> "Zayan?!"

Ia membuka kamar sahabatnya—dan menjerit.

Tubuh Zayan membeku. Jantungnya berhenti. Senyum tipis masih tersisa di wajahnya, seolah mati dalam mimpi yang terlalu indah untuk dibangunkan.

Samy menangis, mengguncang tubuh sahabatnya.

> "Gue... lupa..."

---

Kembali ke Eltheria: Dunia yang Nyata

Tubuh Zayan nyaris membeku ketika seseorang menemukannya.

Seorang pria dewasa berwajah lembut dengan pakaian sederhana membawa tubuhnya ke rumah kayu kecil di desa pinggiran. Di sisi pria itu, seorang pemuda manis dengan rambut coklat dan mata bening mengkhawatirkan pemuda asing itu.

> "Ayah, dia masih bernapas..."

> "Kita rawat dia. Siapapun dia, ia ditakdirkan sampai ke sini."

---

Tiga hari berlalu. Zayan bangkit dari ranjang jerami, masih setengah linglung. Tubuhnya masih lemah. Tak ada sistem. Tak ada kekuatan.

> "Halo...? Sistem...? Nggak lucu loh. Muncul dong."

> "Masa iya di dunia isekai yang beneran malah zonk begini?"

Saat ia benar-benar hampir pasrah...

TING!

[Maaf Telat! Aku ketiduran!!]

Sebuah panel transparan muncul dengan font konyol dan emotikon panik.

> "Eh?!" Zayan menatap kosong. "Ketiduran? Gue hampir mati loh!"

[Maaf banget! Tadi habis reset karena overdream mode! Tapi tenang, aku sekarang aktif full! Selamat datang di Eltheria, dunia nyata isekai! Quest pertama: Bangkit dari trauma dan cari makan.]

Zayan terdiam, lalu menjatuhkan diri ke atas ranjang.

> "Gue masuk isekai beneran... dan sistem gue punya masalah tidur."

....→