Arvain Kaelith terjebak dalam ketiadaan. Sendirian. Terlalu lama. Terlalu sepi. Tidak ada suara, tidak ada wujud, tidak ada waktu yang bisa benar-benar dipahami — hanya dirinya, pikirannya, dan rasa takut paling dasar: takut dilupakan… takut menghilang… takut dirinya sendiri perlahan memudar.
Di tengah kesunyian mutlak itu, Arvain menemukan sesuatu yang mustahil — Void. Sebuah kekuatan asing yang mengalir tipis di antara ketiadaan, dingin, liar, dan mematikan. Tapi justru dari sanalah secercah harapan muncul. Dia mulai belajar menyentuhnya, merasakannya, bahkan perlahan menyerapnya. Bukan untuk menjadi kuat, bukan untuk menjadi hebat — tapi hanya agar dirinya tetap ada. Agar dirinya tetap bisa berkata dalam gelap: "Aku masih di sini. Aku adalah Arvain Kaelith. Aku belum hilang."