PROLOG;
Gelap.
Hening.
Dingin.
Aku... tidak tahu ini di mana.
Aku bahkan tidak tahu... aku apa.
Kesadaranku melayang dalam ketiadaan. Tidak ada bentuk. Tidak ada suara. Tidak ada rasa. Hanya satu hal yang masih tersisa di dalam diriku.
Aku.
Aku masih ada.
Entah bagaimana caranya, entah kenapa, aku tahu bahwa aku... ada.
Apakah ini... kematian?
Tidak.
Kematian... seharusnya... menghapus segalanya, bukan? Tidak ada rasa. Tidak ada ingatan. Tidak ada "aku".
Namun, aku masih berpikir. Aku masih merasa. Aku masih "aku".
Tapi aku... di mana?
Lamunan kosong itu berulang. Berkali-kali. Seolah... sudah jutaan kali. Namun, waktu seperti berhenti. Aku tak merasakan detik berlalu. Aku tak mendengar apapun. Aku bahkan tak bisa merasakan tubuhku.
Hanya... kesadaran. Hanya aku. Mengambang. Menggantung. Di dalam sesuatu yang bahkan tak bisa kujelaskan.
Gelap. Sunyi. Sepi.
Aku mencoba mengingat.
Namaku...
Arvain.
Arvain... Kaelith.
Ya... itu namaku. Aku... ingat. Samar. Kabur. Tapi nyata.
Mengapa aku di sini?
Aliansi...
Penghianatan...
Tubuhku... dulu...
...Tusukan... dari belakang. ...Tubuhku hancur. ...Darah. ...Amarah.
Tapi... Itu sudah... berlalu.
Sekarang... apa ini?
Sesuatu... membungkusku. Sesuatu yang keras. Sesuatu kokoh. Aku seperti terkurung dalam cangkang aneh... tapi bukan logam. Bukan kristal. Bukan juga energi. Tapi ada. Nyata. Hitam pekat.
Aku mengetuk.
Diam.
Aku menunggu.
Sunyi.
Berapa lama? Berapa lama aku di sini?
Aku tidak tahu.
Tahun ke-1? Bulan ke-1? Detik ke-1?
Semuanya sama saja di sini. Waktu... seolah tidak berjalan.
Aku masih ada.
Aku... Arvain Kaelith... Masih ada.
Di dalam telur hitam ini. Di dalam kehampaan ini. Aku tidak tahu apakah ini penjara... atau rumah baruku.
Namun, perlahan... aku mulai terbiasa.
Kegelapan menjadi temanku. Kesunyian menjadi nadaku. Ketiadaan menjadi... bagian dari diriku.
Aku belajar diam. Aku belajar merasakan... sesuatu. Sesuatu di luar sana. Sesuatu... yang samar... yang bergerak lambat... yang mengalir... tanpa wujud.
Apakah itu... kekuatan? Atau hanya... kesalahan pikiranku sendiri?
Aku tidak tahu.
Aku selalu bertanya-tanya.
Apa aku selalu ada? apa ini hanya bagian dari imajinasi ku? atau ini hanyalah bagian dari mimpi-ku?
Tidak.
Ini nyata.
Aku tidak mati. Aku hidup.
Berapa lama aku sudah di sini? Aku mulai menghitung. Detik ke-satu, Detik ke-dua, Detik Ke-tiga hingga seterusnya.
Menit demi menit telah berlalu, jam demi jam telah berlalu.
Hari ke-satu, Aku terus menghitung. Detik demi detik. Ini sudah ku lakukan ribuan kali, hingga puluhan ribu kali. Aku selalu mengingat. Harus.
Aku takut... lupa.
Aku takut... hilang.
Aku takut... kesadaranku memudar.
Jadi aku terus menghitung.
Hari ke-dua. Hari ke-tiga. Hari ke-empat. Hari ke-lima.
Tak ada perubahan. Tak ada suara. Tak ada jawaban. Hanya aku dan pikiranku sendiri.
Hari ke-sepuluh. Hari ke-dua puluh. Hari ke-lima puluh.
Aku mulai berbicara sendiri dalam pikiranku.
"Aku masih ada. Aku adalah Arvain Kaelith. Aku tidak boleh lupa. Aku tidak boleh hilang. Aku harus terus ada."
Hari ke-seratus. Hari ke-dua ratus. Hari ke-lima ratus. Hari ke-seribu.
Aku masih di sini.
Tubuhku? Aku bahkan tidak yakin aku punya tubuh.
Aku hanya merasakan... ada sesuatu di sekitarku. Kosong. Gelap. Diam. Namun... aku mulai sadar, perlahan... sesuatu itu tidak sepenuhnya kosong.
Ada sesuatu.
Sesuatu yang sangat tipis. Sesuatu yang mengalir. Sesuatu yang aku bahkan tidak tahu apa.
Tapi entah kenapa... aku bisa merasakannya.
Hari ke-dua ribu. Hari ke-lima ribu. Hari ke-sepuluh ribu.
Aku mulai mencoba... menariknya.
Perlahan. Sangat perlahan.
Seperti meraba sesuatu yang tidak terlihat. Seperti mencoba menyentuh sesuatu yang bahkan bukan materi.
Sesuatu dari luar cangkang ini. Sesuatu dari ketiadaan ini.
Hari ke-dua puluh ribu. Hari ke-lima puluh ribu. Hari ke-sepuluh ribu.
Aku masih di sini. Aku masih bertahan. Aku masih menghitung. Aku masih... ada.
Aku adalah... Arvain Kaelith.
Aku harus... ingat.
Hari ke-25.000.
Aku masih di sini. Aku masih menghitung. Aku masih... ada.
Aku adalah Arvain Kaelith.
Aku harus ingat.
Dalam ketiadaan ini, waktu kehilangan maknanya. Hari-hari berlalu tanpa tanda, tanpa perubahan. Namun, aku terus menghitung, berpegang pada angka-angka itu sebagai satu-satunya bukti keberadaanku.
Hari ke-30.000.
Aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Di tengah kegelapan dan kesunyian yang tak berujung, ada getaran halus, hampir tak terasa. Seperti bisikan lembut yang mencoba menembus keheningan. Aku fokus, mencoba memahami apa itu. Apakah ini hanya ilusi dari pikiranku yang haus akan stimulasi, ataukah benar-benar ada sesuatu di luar sana?
Hari ke-35.000.
Getaran itu semakin jelas. Aku menyadari bahwa itu bukan suara, melainkan semacam energi yang mengalir di sekitarku. Energi yang sebelumnya tak kusadari keberadaannya. Aku mencoba berinteraksi dengannya, merasakan alirannya, memahami ritmenya. Perlahan, aku mulai menyadari bahwa energi ini merespons kehadiranku.
Hari ke-40.372.
Ada sesuatu.
Tidak, bukan sekadar getaran samar. Ini... berbeda.
Lebih liar. Lebih dingin. Lebih asing.
Aku diam. Mematung. Mengamati.
Awalnya kupikir itu hanya imajinasi... pantulan pikiranku sendiri yang terlalu lama terkurung dalam sepi. Tapi tidak. Ini nyata. Aku bisa merasakannya lebih jelas dari apapun yang pernah kurasakan sejak... entah kapan.
Ia mengalir... perlahan. Sangat perlahan.
Tidak seperti energi kehidupan. Tidak seperti panas. Tidak seperti cahaya.
Ini... kosong.
Namun justru karena kosong... aku bisa merasakannya begitu jelas di tengah kehampaan mutlak ini.
Void.
Aku tidak tahu dari mana aku tahu nama itu.
Mungkin karena itu memang namanya.
Energi dari ketiadaan.
Kekuatan dari kehampaan.
Void.
Hari ke-43.015.
Aku mulai belajar... mendekatinya.
Awalnya takut. Jujur saja, aku takut. Energi ini tidak seperti air yang menenangkan... atau seperti api yang membakar.
Void itu... seperti jurang. Seperti tatapan kosong yang menelanjangiku habis-habisan. Menarikku untuk hilang. Menyatu dalam ketiadaan. Menghapusku.
Tapi...
Aku lebih takut untuk lupa.
Aku lebih takut untuk lenyap begitu saja, tanpa pernah ada jejak bahwa aku pernah hidup.
Jadi aku mencoba... meraihnya.
Hari ke-45.009.
Rasanya aneh.
Tidak ada tangan. Tidak ada jari. Tidak ada tubuh. Tapi aku... bisa merasakan diriku menyentuhnya. Seperti menarik benang transparan yang nyaris tidak nyata.
Void itu... dingin. Sunyi. Membeku. Namun... indah dalam cara yang sulit dijelaskan.
Dan yang paling mengejutkan...
Aku bisa menyerapnya.
Hari ke-47.611.
Penyerapan-ku masih sangat kasar. Lambat. Tidak teratur. Setiap kali aku mencoba menarik Void terlalu banyak, aku merasakan pikiranku nyaris terpecah. Seolah-olah sebagian dari diriku menghilang. Terkikis. Sedikit Demi-sedikit.
Namun sedikit demi sedikit... aku mulai terbiasa.
Aku mulai belajar bagaimana mengunyah (menyerap) kehampaan.
Mengolah ketiadaan menjadi kekuatanku itu sendiri.
Hari ke-50.000.
Aku tidak tahu apa yang telah terjadi padaku.
Aku tidak tahu lagi apakah aku ini manusia... jiwa... roh... atau hanya pecahan ingatan yang keras kepala.
Tapi satu hal pasti.
Aku bisa merasakan Void itu mengalir di sekitarku seperti sungai hitam tanpa dasar.
Dan aku bisa merasakannya mulai... mematuhiku.
Aku mulai menciptakan sesuatu.
Sangat kecil. Sangat rapuh.
Tapi untuk pertama kalinya sejak aku terjebak di sini... ada reaksi. Ada perubahan.
Sebuah titik. Hitam. Nyaris tak terlihat. Namun itu adalah bukti.
Bukti bahwa aku masih bisa menciptakan sesuatu bahkan dari ketiadaan.
Hari ke-51.200.
Aku masih menghitung.
Aku masih di sini.
Aku masih Arvain Kaelith.
Dan aku bersumpah...
Aku akan terus belajar.
Aku akan terus menyerap Void ini.
Sampai aku bisa... keluar dari sini.
Atau... sampai aku menjadi void itu sendiri!
To Be Countineud~~~~