Apa yang dia lakukan?!
Dia saudaraku!
Aku berjuang mati-matian seperti ikan yang tertusuk di papan pemotongan.
Semakin aku berjuang, semakin kuat tekanan yang diberikan Wen Qun pada bahuku.
Tangan lainnya menyelinap ke dalam celana olahragaku, hampir membuatku telanjang.
Ku tahu memohon tidak akan ada gunanya, dan dua tetes air mata yang terluka mengalir dari mataku, jatuh di tangannya.
Merasakan basahnya, kekuatan Wen Qun berhenti sejenak, dan bibirnya perlahan meninggalkan bibirku.
Ku menangis tak terkendali, mengetahui aku pasti tampak mengerikan sekarang.
Dia menurunkan kelopak matanya yang penuh amarah, dan ibu jarinya menghapus tetesan air mata di sudut mataku.
"Maaf, aku terlalu impulsif."
Tidak bisa menghentikan air mata, aku dengan suara serak bertanya, "Kak, kenapa?"
"Karena kamu bilang kamu merasa senang bersama orang lain, aku sedikit marah dan secara tak sengaja mabuk." Wen Qun tersenyum pahit.