Ketiganya kini berjalan melewati jalan setapak yang selalu bergerak. Terkadang, mereka terpaksa memutar arah atau berlari karena beberapa tembok yang berpindah tempat secara tiba-tiba.
Tak ketinggalan, penghuni Dungeon muncul di sekeliling, yakni prajurit kerajaan yang mengenakan armor utuh dari ujung kepala hingga ujung kaki—entah mereka hanyalah zirah bergerak atau ada kekuatan lain yang menggerakkan mereka.
Di tengah situasi itu, Rocky tampak semakin terpukau pada Master Sage yang mampu memimpin jalan tanpa kesulitan.
Rocky terus memandangi sekeliling, hingga beberapa kali membuat kecerobohan.
"Rocky! Cepat! Atau Master akan meninggalkan kita! Hati-hati, jika para penjaga ketahuan, kita akan kerepotan!"
Suara Lylah terdengar memaksa sambil menarik tangan Rocky. Meskipun kekuatan Lylah tak berpengaruh signifikan pada tubuh batu Rocky, ia mengurungkan niatnya untuk tetap menyimpang dan kembali mengikuti Master Sage.
Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah taman yang terang dan sangat indah. Pagar taman itu terbuat dari emas dan dihiasi berlian, sementara bunga-bunga merambat tersusun rapi.
Rocky bisa merasakan bahwa taman di hadapannya terpelihara dengan sangat baik—tak ada rumput liar, bahkan tak satu helai daun pun gugur.
Hawa di taman itu pun terasa hangat dan nyaman, terlebih ketika Master Sage dan Lylah mencabut wortel, kentang, kembang kol, dan sayuran lainnya.
Dalam hati, Rocky berpikir,
"Tunggu… kenapa terasa ada yang aneh ya? Oh… ternyata mereka sedang memanen sayuran."
Namun, dalam sekejap, ia tersadar dan langsung berlari ke arah Lylah, mencabut sebuah brokoli dari tangan gadis itu.
"Tunggu! Ini brokoli? Kenapa? Aku kira ini taman bunga istana! Bagaimana bisa di istana ada kebun seperti ini?"
Rocky menjadi kelabakan, terus memeriksa inderanya pada setiap tanaman di sekelilingnya. Ia hanya bisa merasakan gundukan tanah tempat sayuran tumbuh. Di kejauhan, ia juga merasakan keberadaan beberapa pohon buah dan bunga yang ditanam secara teratur.
Lylah pun bertanya, "Kau kenapa, Rocky?"
Rocky menunjuk ke segala arah: sayuran, bunga, dan lingkungan sekitar. Ia dengan sepenuh hati ingin bertanya, "Kita ada di mana? Bagaimana mungkin kebun sayuran berada di tengah taman bunga? Apakah ini sebenarnya kebun dengan pagar seperti istana kerajaan?"
Namun, Lylah hanya memandang Rocky dengan kebingungan karena gerakannya yang cepat dan tak teratur, seolah-olah ia mengalami kerusakan.
"Apakah kau mau berkeliling? Boleh, tapi jangan terlalu jauh, ya..." ujar Lylah.
Tetapi gerakan Rocky yang terus tidak menentu membuat Lylah semakin tidak memahami maksudnya.
"Kenapa kau mau main? Aku dan Master masih harus mengumpulkan persediaan! Jika kau main sekarang, Master akan marah!"
Akhirnya, Lylah membawa Rocky ke arah Master Sage.
"Master! Rocky rusak!" teriak Lylah dengan wajah kesal.
Master Sage, yang sedang mencabuti kentang, menoleh sambil berkata, "Hmm… tinggalkan saja, bawa dia bersama Master. Aku akan periksa setelah ini."
Dengan perasaan jengkel, Lylah meninggalkan Rocky bersama Master Sage. Sambil memeriksa keadaan Rocky, Master Sage mengamati gerakan tubuhnya yang tak berubah, namun dengan naluri seorang guru yang bijak, ia mulai menelaah maksud di balik gerakan Rocky. Setelah selesai, ia berpindah untuk mengurus tanaman lain di area tersebut.
"Tempat ini memang benar Dungeon… Awalnya, ini adalah taman bunga, dan ada golem seperti kau yang mengurusnya. Namun, aku telah mengubah taman bunga ini menjadi kebun untuk memenuhi kebutuhan diriku dan Lylah. Meskipun agak rumit, golem-dungeon istana ini tak secerdas kau sehingga ini bisa terjadi. Jadi, apakah ada pertanyaan lain?"
Seketika, pertanyaan-pertanyaan itu menjawab keraguan Rocky. Namun, perkataan Master Sage memunculkan pertanyaan baru dalam benaknya. Ia akhirnya menarik lengan Master Sage.
Awalnya, Master Sage mengabaikan tindakan itu, namun Rocky yang penasaran terus menarik tangannya dengan kekeh. Pekerjaan Master Sage pun terganggu, membuatnya marah:
"Kau!? Apa sebenarnya yang kau inginkan?"
Master Sage kemudian bangkit, mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Rocky. Rocky berusaha berkomunikasi, namun setengah dari pikirannya terhenti ketika indera perasanya menangkap getaran dan aliran mana yang bergejolak di sekelilingnya.
Melihat Rocky tiba-tiba terdiam, Master Sage bertanya, "Kau kenapa? Jangan-jangan kau..."
Tanpa berbicara, Rocky langsung berbalik dan berlari dengan kecepatan luar biasa. Master Sage pun panik, menyadari bahwa arah lari Rocky menuju ke tempat Lylah.
Master Sage segera membidik Rocky, dan tongkatnya mengeluarkan lingkaran sihir berwarna hitam yang memunculkan sebuah tombak besi hitam melesat ke arah Rocky.
Saat itu, Rocky mempercepat langkahnya, hingga akhirnya ia menabrak Lylah.
"Aw! Rocky! Kau kenapa?" teriak Lylah.
Dalam kekacauan itu, tombak sihir yang ditembakkan langsung mengenai kepala Rocky, membuat kepalanya hancur seketika.
Tak lama kemudian, terdengar ledakan: "Sling! Boom, boom, boom!" Suara ledakan dari tempat Lylah berdiri menunjukkan bahwa peralatan pertanian—cangkul, arit, dan gunting taman—terlempar dengan kekuatan dahsyat sehingga menciptakan kawah kecil di tempat Lylah sebelumnya berada.
Lylah pun terkejut, "Tunggu! Peralatan pertanian?... Rocky! Rocky!! Kepalamu!"
Dengan panik, Lylah berusaha mengumpulkan pecahan kepala Rocky, namun Rocky sendiri justru menggendong Lylah menuju Master Sage.
"Tunggu! Kepalamu Rocky, ada bagian yang belum aku ambil!" teriak Lylah dengan panik.
Master Sage yang awalnya terkejut segera menjadi waspada dan mulai menyisir medan dengan indera tajam, mencari ancaman yang menyerang mereka. Ia pun mengungkapkan penyesalannya, "Apakah karena aku sudah terlalu tua sehingga lupa hal sepenting ini?"
Dalam kekacauan tersebut, Master Sage teringat bahwa sebelumnya, meski goa penuh serangga, serangan lain dari penghuni dungeon jarang terjadi. Sebelum memanen sayuran, seharusnya mereka mengurus monster serangga atau golem penjaga.
Tak lama kemudian, sosok humanoid berupa patung yang terbuat dari bongkahan batu dan kayu muncul dari kejauhan. Semua sosok itu mengenakan pakaian petani dan membawa peralatan berkebun.
"Lylah! Waspada! Kita dalam bahaya!" teriak Master Sage memperingatkan Lylah yang terus saja panik dengan Rocky.
Lylah, dengan mata berkaca-kaca, hanya bisa menyahut sambil menatap Master Sage, "Tapi, tapi Master... Rocky!"
Master Sage mengetukkan tongkatnya ke tanah, menciptakan lingkaran sihir berwarna biru besar, dan seketika sebuah perisai air transparan muncul.
"Rocky bisa beregenerasi dengan sendirinya! Saat ini, kau harus bersiap!" tegas Master Sage dengan staf sihirnya.
"ta…tapi" Lylah sebetulnya ingin menyanggah ketika Rocky mulai membentuk kembali kepalanya. Sambil mengacungkan jempol, Rocky memberi isyarat bahwa ia sudah baik-baik saja.
Lylah akhirnya mengusap air matanya, sambil mengarahkan wandnya ke arah sosok-sosok yang mendekati mereka, dengan Kesal Master Sage menggerutu dengan keadaan yang sedang terjadi "Cih... Golem pengurus taman! Kenapa mereka baru datang? Di mana mereka selama ini?"
Rocky yang penasaran menyenggol lengan Master Sage yang langusng di balas olehnya, Master Sage kemudian menjelaskan bahwa para penjaga, yakni golem, hanya bergerak sesuai perintah yang telah ditanam dalam diri mereka; mereka tidak bisa berinteraksi secara personal.
Namun, setelah mendengar penjelasan itu, Lylah menarik tangan Master Sage untuk menunjukkan sesuatu yang mengagetkan.
Dari situ, situasi semakin memanas karena datang pula segerombolan serangga, seperti kecoa berbagai ukuran, yang terbang mendekati mereka.
Situasi di dungeon kini sangat genting, dan Master Sage tampak semakin tersadar bahwa mereka harus menghadapi ancaman nyata sekaligus mempertahankan persediaan untuk hidup.