Chapter 7

Ketika para monster serangga tersebut memasuki indra Rocky, ia dengan mudah mengetahui bahwa ukuran paling kecil dari segerombolan monster kecoa itu setara dengan seekor kucing dewasa.

Rocky tidak bisa memastikan seberapa besar ukuran maksimalnya, namun apa yang tertangkap oleh inderanya adalah bahwa beberapa di antaranya sebesar seekor sapi dewasa.

Lylah menatap dengan wajah pucat, sambil kedua tangannya mengacungkan tongkat kecilnya ke arah kerumunan monster kecoa.

"Ja... jangan mendekat! Master, bagaimana ini?!" teriaknya.

Di sisi lain, Master Sage tetap mencoba tenang dan mulai merapal sebuah mantra. Begitu selesai, sebuah lingkaran sihir muncul dan segera hancur menjadi butiran-butiran cahaya kecil yang mengelilingi mereka.

Rocky berlutut dan memeluk Lylah yang ketakutan. Entah apakah upaya itu berhasil, tetapi di tengah kepanikan yang seolah akan menjadi sangat berbahaya, pelukan itu memberikan rasa aman.

Lylah yang dipeluk Rocky langsung membalas pelukan itu dan membenamkan wajahnya. Meski pelukannya terasa keras, ia sepertinya tidak peduli; di saat seperti ini, pelukan keras adalah satu-satunya perlindungan yang ia rasakan.

Sementara itu, para monster kecoa itu terbang menukik ke arah kebun milik Master Sage, dan para makhluk yang disebut golem penjaga kebun juga berlari mendekat.

Hingga keduanya bertemu, langsung terjadi pertempuran; golem menyerang dengan ganas dan menghancurkan monster kecoa yang menyerang, sedangkan monster kecoa menggigit golem hingga hancur, meskipun sia-sia karena golem terus beregenerasi.

Rocky menoleh ke arah Master Sage yang mengamati jalannya pertempuran. Indra Rocky menangkap bahwa monster kecoa—yang terkecil sebesar kucing dewasa—berlom-balomba untuk mengambil sayuran yang ditanam di kebun Master Sage. Master Sage sendiri, meski Rocky tidak memiliki mata, seolah merasakan tatapan mereka dan pun menoleh.

Ketika melihat Rocky yang berlutut memeluk Lylah, Master Sage hanya bisa merasa kecewa pada dirinya sendiri dan berkata,

"Lylah... tenangkan dirimu. Kau tidak akan bisa berkembang jika kau tidak melewati batasan dirimu."

Mendengar itu, Lylah perlahan mengintip dari balik tubuh Rocky, "Ba-baik, Master Sage! Aku-aku akan berusaha," ujarnya dengan suara gemetar.

Meski Rocky tak mampu melihat ekspresi Lylah dengan pasti, ia yakin bahwa ketakutan Lylah bukanlah sekadar rasa jijik, melainkan trauma mendalam yang tersimpan di hatinya.

Lambat laun, Lylah melepaskan pelukannya dan dengan cepat memegang tongkatnya. Tiba-tiba terdengar suara:

"crack!... boom!"

Pelindung sihir Master Sage pecah, dan sesuatu mengenai Rocky hingga terpental. Sontak, Lylah langsung berteriak, "Rocky!"

Teriakan itu segera membuat beberapa monster kecoa menyadari keberadaan mereka. Sementara itu, dengan menyadari sihir pelindung dan pengalih perhatiannya telah pecah, Master Sage segera merapal mantra serangan.

Begitu mantra selesai, ratusan lingkaran sihir muncul di segala arah, menembakkan bola-bola elemen dengan kecepatan tak normal ke arah monster kecoa.

"Tetap di sampingku, Lylah!" teriak Master Sage dengan tegas.

Lylah, yang hendak berlari menuju Rocky, terdiam mendengar perintah tersebut. Ia mendekatkan tongkat sihirnya ke dahinya dan mulai merapal mantra.

Hal serupa kembali muncul; banyak lingkaran sihir, meskipun tidak sebanyak milik Master Sage, muncul dengan diameter lebih kecil dan mengeluarkan tombak serta panah yang melesat ke segala arah.

Berbeda dengan bola elemen Master Sage yang selalu tepat sasaran, sihir Lylah ditembakkan secara acak sehingga kadang monster kecoa mampu menghindar.

Keadaan bertambah buruk ketika salah satu golem terpental dan mendarat tak jauh dari mereka. Dengan sigap, Master Sage mengeluarkan beberapa lembar kertas yang tergambar sebuah lingkaran sihir penuh. Ia melempar lembaran kertas itu, dan lingkaran tersebut bercahaya jelas sambil mengeluarkan beberapa serangan sihir kuat yang membuat golem terpental.

"Sial!... Aku kekurangan persiapan!" gumam Master Sage.

Sementara itu, Rocky dari kejauhan merasakan bahwa mereka kini sedang terpojok. Ia bingung harus bertindak bagaimana selanjutnya.

Ketika hendak bangkit, Rocky mendapati bahwa sebagian besar tubuh di sekitar perut dan kedua kakinya kini lepas, dan tangan kanannya pun hancur.

Meskipun tubuhnya mulai beregenerasi, kondisi Lylah dan Master Sage tak memberi banyak waktu.

Hampir bersamaan, beberapa monster kecoa sebesar kambing mendatanginya dengan menakutkan, menampilkan dua capit di mulut mereka.

Rocky merinding di seluruh tubuhnya; ia ingin berteriak, namun tidak mampu mengeluarkan suara selain gesekan batu.

"creaak..." pekikan serangga terdengar, menarik lebih banyak serangga mendekat. Rocky sempat pasrah, namun tiba-tiba para serangga itu mulai makan sayuran di bawahnya. Meski demikian, belum lama kemudian, seekor serangga sebesar kucing mendekati Rocky dan langsung menggali dadanya yang bersinar.

Panik, Rocky segera mengusir serangga tersebut. Sekilas, ia juga merasakan bahwa ada sebuah golem yang dikelilingi oleh serangga serupa.

Golem itu terus digalinya, hingga suatu ketika, seekor serangga mengambil sebuah kristal yang dihiasi banyak ukiran. Begitu kristal itu terlepas, golem tersebut langsung hancur.

Rocky semakin panik, khawatir serangga di dadanya akan melakukan hal yang sama. Ia berusaha mengusir serangga yang menggali dadanya, namun kaki-kaki serangga itu telah mengunci tubuhnya dan dengan leluasa menggali dadanya. Dalam kepanikan, Rocky memukul kepala salah satu serangga tersebut dengan keras.

"Breck... dak!"

Seketika, cairan kental aneh terciprat di mana-mana, dan dada Rocky pun menunjukkan retakan besar akibat pukulan yang terlalu kuat, bukan karena akibat goresan serangga.

Rocky kemudian melihat bangkai serangga di dadanya dan menemukan sebuah kristal berwarna ungu, mirip dengan batu mana yang pernah ia makan. Kristal itu tampak hanya sebesar kelingking Lylah.

Didorong rasa penasaran, Rocky dengan cepat memakan kristal tersebut.

"crack... crack..."

Tanpa menunggu lama, keajaiban terjadi; bongkahan batu yang menggelinding ke arahnya bertambah cepat dan langsung menyatu dengan tubuhnya.

Meski Rocky merasa kebingungan dengan kondisi barunya, tangan kanannya yang kini pulih memberinya keberanian untuk melawan serangga lagi, sambil menunggu kedua kakinya pulih. (Kini ia tampak seperti tokoh dalam game Getting Over It.)

Di sisi lain, Master Sage kewalahan menghadapi serangan serangga dan golem. Ia harus terus memutar otak untuk membunuh serangga yang bergerak lincah sambil menjauhkan golem dari dirinya.

Alasan utama mengapa ia tidak bisa menghancurkan golem penjaga adalah karena kekhawatirannya bahwa di masa depan, tidak akan ada pengganti mereka. Selama ini, para golemlah yang mengendalikan serangga di dungeon bawah tanah tempat ia tinggal.

Perlu diketahui bahwa golem tersebut tidak dapat berkembang biak; mereka adalah makhluk humanoid yang bergerak dan bekerja sesuai dengan apa yang tertanam pada tubuh mereka. Jangan berfikir bahwa mereka seperti Korg atau The Thing—mereka lebih mirip robot jika diibaratkan.

Master Sage tak ingin dungeon yang berisi golem ini berubah menjadi sarang serangga yang menyusahkan dirinya di masa depan, meskipun ia telah lama tinggal di sana, ia tetap belum menemukan asal-usul penciptaan golem dan makhluk lain di sana, karena keterbatasan waktunya di dungeon yang seperti sebuah istana yang bagian-bagiannya bisa bergerak dengan sendirinya.

Namun, karena terlalu fokus pada musuh, Master Sage terlambat menyadari bahwa seekor monster serangga telah menembus pertahanannya.

Dengan panik, ia mengeluarkan sebuah kertas sihir dari jubahnya dan menciptakan gelombang kejut yang membuat monster serangga tersebut terpental.

"Master!"

Teriakan Lylah membuat Master Sage kaget. Ia menoleh dan mendapati bahwa muridnya juga ikut terpental hingga beberapa meter keluar dari kubah lingkaran sihir yang ia buat. Ia hendak menghampiri, namun beberapa golem menghalangi jalannya.

Sebelum Master Sage sempat mengurus makhluk yang mengancam, seekor monster serangga sebesar gajah tiba-tiba muncul dari entah mana, dengan capit yang menganga lebar, siap menelan apapun yang ada di depannya.

Master Sage tidak sempat meluncurkan sihir lain, dan tepat di depan matanya, serangga itu mulai mengarahkan mulutnya ke arah Lylah.