[Prolog]

Hujan deras mengguyur kota Mentari malam itu. Di balik bayangan gedung tua yang hampir runtuh, seorang remaja berdiri membisu. Matanya tajam, menatap sosok berseragam Dirgantara yang berdiri di tengah genangan darah.

Tubuh seorang siswa Pelita Raya tergeletak tak bernyawa. Tangannya mencengkeram lencana OSIS-nya, seakan ingin menunjukkan sesuatu... atau meminta bantuan.

Bhima menahan napas. Dia tidak tahu siapa anak itu. Tapi dia tahu satu hal: anak itu tidak mati karena kecelakaan.

Seseorang membunuhnya.

Dan pelakunya... adalah mereka yang seharusnya menjaga ketertiban.

Langkah-langkah berderap terdengar dari arah lorong gelap. Suara sepatu menginjak genangan, dan suara laki-laki dewasa terdengar samar.

"Buang jas-nya. Bersihkan. Jangan biarkan ini sampai ke Pelita."

Bhima berbalik cepat, menyelinap ke balik dinding beton, menahan napas. Hatinya berdegup liar. Dia baru saja menyaksikan sesuatu yang tak seharusnya.

Dan dari detik itu, dia tahu—konflik dua sekolah ini lebih dari sekadar rivalitas.

Ada sesuatu yang busuk di baliknya. Sesuatu yang sistematis. Terstruktur.

Dan sejak malam itu, Bhima berubah. Diam-diam, dia mulai mengumpulkan data. Mencari orang-orang yang bisa dia percaya. Hingga akhirnya, dia menemukan Odo. Aneh, tapi setia. Konyol, tapi kuat.

Mereka tidak pernah bicara soal malam itu.

Tapi sejak saat itu, misi Bhima dimulai.