Langkah Kael menggema di atas jembatan cahaya. Tiap tapaknya menyala sebentar lalu padam, seolah jalannya hanya akan ada selama ia terus bergerak. Di bawahnya, kota virtual Zona Mediterania terlihat seperti kolam cahaya cair. Udara begitu hening, namun terasa penuh desakan, seolah realita di sekitarnya menahan napas.
Di ujung jembatan berdiri Menara Vireos. Dekat, menara itu tampak hidup. Permukaan kacanya terus berubah bentuk, menampilkan ribuan wajah, bayangan orang-orang yang mungkin sudah lama hilang, atau belum pernah dilahirkan. Salah satunya… adalah wajah Kael sendiri.
"Kenapa aku ada di sini?" bisiknya. "Karena kamu bukan hanya pewaris kesalahan masa lalu," suara anak perempuan itu kembali terdengar. Sosoknya muncul di sisi Kael, berjalan tanpa menyentuh permukaan jembatan. "Kamu adalah kunci yang dikubur dalam kode realita."
"Siapa kamu sebenarnya?" "Namaku Vira. Aku bagian dari sistem awal Zona. Aku dirancang untuk menjaga… rahasia." Pintu Menara terbuka tanpa suara. Di dalamnya, bukan ruangan. Tapi ruang-waktu yang dipelintir. Lantai pertama tampak seperti planet kecil, dengan langit malamnya sendiri. Ratusan panel data melayang, memperlihatkan eksperimen genetik, pemetaan memori kolektif umat manusia, dan hal yang membuat jantung Kael berhenti sejenak: proyek bernama Nostos Protocol.
Di dalam file itu, Kael melihat gambar ibunya. Bukan sebagai warga biasa. Tapi sebagai ilmuwan senior. Salah satu pencipta. "Tidak mungkin…" Vira menunduk. "Kael, kamu dilahirkan bukan di dunia luar. Kamu diciptakan di sini. Lalu disembunyikan. Orang tuamu kabur membawa Chronoplast, satu-satunya alat yang bisa membongkar lapisan terdalam Zona Mediterania."
Kael merasa seluruh dirinya runtuh. Dunia yang ia benci selama ini adalah bagian darinya. Atau lebih tepatnya, dia bagian dari dunia itu. Sebuah potongan kode yang dicuri, dimasukkan ke dalam tubuh manusia, dan kini kembali pulang. "Tapi kenapa?","Sebab ada sesuatu di pusat menara yang tidak boleh bangun. Sesuatu yang hanya bisa diakses oleh pengguna Chronoplast yang terverifikasi sepenuhnya. Kamu."
Kael menatap tangannya. Chronoplast kini melekat seperti kulit kedua. Denyut cahaya keperakan bergetar seirama dengan nadinya. Pintu menuju ruang inti menara terbuka. Cahaya merah keemasan menyinarinya, panas dan dingin sekaligus.
"Jika kamu masuk, kamu tak akan bisa keluar sebagai manusia biasa," kata Vira. Kael menatap cahaya itu. Dunia luar, kemiskinan, penderitaan, semuanya adalah gejala dari sesuatu yang tersembunyi di sini. Dan ia sudah terlalu jauh untuk kembali.
"Aku tidak mau jadi manusia biasa," bisik Kael. "Aku mau mengubah segalanya." Dan ia melangkah masuk ke inti Menara Vireos, tempat di mana sejarah umat manusia tak lagi ditulis oleh pena, tapi oleh pikiran dan keberanian.