Avellia Ailen hidup dalam nada-nada teratur, Reymond Alvaro mencintai kekacauan suara.
Ketika mereka dipaksa kolaborasi untuk Pensi, latihan jadi ajang perang antara struktur dan insting, antara nada presisi dan melodi liar.
Tapi di balik konflik dan nada sumbang, muncul percikan-dari ego, jadi emosi... dari ketegangan, jadi ketertarikan.
Benturan dunia mereka menghasilkan melodi yang tak terduga-kadang sumbang, kadang indah. Tapi dari disonansi itu... lahirlah harmoni.
Bisakah dua kutub ekstrem ini menyetem perbedaan mereka? Atau disonansi di antara mereka justru akan jadi nada akhir yang menghancurkan semuanya-di atas panggung, dan di dalam hati?
[img=update][img=recommend][img=recommend][img=recommend][img=recommend]