DIVINUS MACHINA: WHISPERS BEYOND THE FLAME

"Ketika nyala api terakhir membisikkan rahasia, hanya jiwa yang terbakar yang mampu mendengarnya."

BAB 1: Bisikan dari Abu

Langit malam itu tidak hitam. Ia menyala merah tua, menganga seperti luka lama yang belum dijahit.

Calren Veyne berdiri di tepi jurang api, tubuhnya dilapisi zirah usang yang dulu bersinar emas. Kini warnanya kusam, penuh jelaga dan goresan luka masa lalu. Suara-suara di kepalanya kembali memanggil. Bukan hanya bisikan biasa—mereka seperti doa... atau kutukan.

"Jangan kau tolak bisikan-Nya. Karena dari nyala, Ia dilahirkan kembali."

Ia menunduk, menatap telapak tangannya yang terbakar sebagian. Di situ, bercak-bercak hitam yang bukan luka biasa. Itu adalah The Scorchbrand—tanda bahwa ia telah melihat Flame of Memory, dan selamat.

Di belakangnya, reruntuhan kota terapung bernama Seravell kini hanyalah batu-batu melayang, digenggam oleh medan gravitasi sisa. Tak ada lagi nyanyian para Virtues, tak ada lagi hymne perang. Hanya hening... dan asap.

Lalu suara langkah terdengar. Berat. Mekanis.

"Calren."

Ia menoleh. Sosok tinggi menjulang muncul dari kabut merah—setengah mesin, setengah manusia. Ardros, entitas lepas dari faksi Iron Faith, dulunya mesin pendeta, kini mengembara tanpa tujuan selain mencari makna.

"Kau mendengarnya lagi?" tanya Ardros.

Calren mengangguk. "Semakin keras. Seolah... api itu hidup."

Ardros menatap ke arah kawah api tempat Flame of Memory muncul. "Itu karena flame itu adalah jiwa-jiwa yang tak pernah terampuni. Mereka bukan hanya terbakar. Mereka menyatu."

"Bisakah... kita menenangkan mereka?"

Ardros tak menjawab.

BAB 2: Ash Choir

Di tempat lain, di planet mati bernama Solmereth, ratusan suara bergema. Nada rendah. Penuh derita. Mereka menyanyikan kidung dari kitab yang disebut Sutra Bara Terakhir.

Di hadapan altar abu, berdiri seorang figur bertopeng tulang, berjubah dari jaring logam dan kain hitam.

"Nyala adalah akhir," katanya.

"Dan juga awal," sahut ratusan suara bersamaan.

Inilah The Ash Choir—kultus dari api, percaya bahwa dunia tak akan pulih kecuali seluruh dosa dibakar dalam kesadaran. Mereka mencari Flamelings, anak-anak yang lahir dengan luka bakar berbentuk simbol surgawi di tubuh mereka. Mereka menyebut mereka Utusan Terakhir.

Dan mereka juga mencari Calren.

Karena Calren adalah satu-satunya yang pernah mendengar suara dari flame dan keluar hidup-hidup.

 BAB 3: Kunci yang Terkubur

Calren dan Ardros menelusuri reruntuhan Vault 17, fasilitas kuno tempat para Virtues menyimpan artefak larangan: Ignis Lux, kunci untuk membuka jalur kembali menuju Divinus Gate.

Namun waktu mereka sempit. Armada Ash Choir telah mendekat, membawa kapal-kapal penebus api, dan pemimpin baru mereka: Seer Virell, seorang mantan High Saint yang membakar seluruh ordo demi mendengar "bisikan sejati".

Saat mereka mendekati inti Vault, Calren mendengar nyanyian… dan melihat sesosok perempuan berdiri dalam api. Alya.

Tapi dia telah mati.

Atau belum?

 BAB 4: Nyala yang Memilih

Flame of Memory kembali terbuka—kali ini, bukan karena kehendak manusia, tapi karena Calren memanggilnya.

Alya, atau bayangannya, muncul dari api, tubuhnya menyatu dengan cahaya, mata menyala seperti bintang yang terluka. Ia tidak bicara dengan kata-kata, tapi dengan luka.

Ia menunjukkan masa lalu—saat para Virtues menghancurkan bagian-bagian dari Balance demi menyelamatkan dogma mereka.

Dan saat Calren sendiri... mengorbankan seluruh koloni demi menyelamatkan satu orang.

"Apakah kau siap menebusnya?" tanya Alya.

Calren menunduk.

"Aku tak tahu caranya."

Api tak menjawab, tapi Ignis Lux bersinar di tangannya. Dan langit mulai runtuh.

BAB 5: Bara Terakhir

Ketika armada Ash Choir tiba, Calren berdiri di tengah kawah, Ignis Lux di satu tangan, dan api menyala di matanya. Ardros membuka perisai tubuhnya, memperlihatkan inti energi kuno yang bisa memusnahkan seluruh daratan.

Namun sebelum konflik terjadi, sesuatu muncul dari langit: The Fractured Halo, reruntuhan stasiun surgawi yang dulu tempat kelahiran Virtues.

Dan di dalamnya... kebenaran.

Kisah siapa yang menyalakan api pertama. Siapa yang membuat dosa pertama. Dan siapa yang pertama kali mendengar bisikan.

 Penutup: Whispers Will Remain

Cerita ini tidak berakhir. Calren kini memiliki pilihan: menyalakan flame di seluruh semesta, membuka jalan menuju rekonsiliasi dan kemusnahan total. Atau... memadamkannya, dan membiarkan semua tetap terbakar dalam diam.

Namun satu hal pasti: api telah bicara. Dan siapa pun yang mendengarnya... tak akan pernah sama.

"For the Heavens, We Endure—Through Flame, Through Echo, Through Sin."