BAB 15 – Perasaan aneh itu.... bernama cemburu?

Hari Senin. Sekolah kembali seperti biasa. Tapi sesuatu terasa berbeda… terutama bagi Riku.

Sejak kencan toko buku kemarin, Hanazono terasa lebih… dekat. Mereka sering ngobrol, kadang duduk bareng tanpa alasan jelas. Riku bahkan mulai terbiasa dengan pukulan kecilnya.

Tapi hari ini, saat masuk kelas… Riku langsung melihat pemandangan yang membuat jantungnya mencelos sedikit.

Hanazono berdiri di dekat pintu kelas, sedang bicara… dan tertawa… dengan cowok dari kelas sebelah. Tingginya hampir 180 cm, senyum ramah, gaya rambut rapi. Namanya Yuuto. Siswa populer.

Dan yang paling bikin Riku gak tenang—Hanazono gak memukulnya.

Dia senyum. Tulus. Natural.

Riku duduk. Menatap jendela. Tapi telinganya fokus ke obrolan mereka.

“Eh, lo suka juga manga itu?”

“Iya. Lo udah baca volume terakhirnya? Gila banget plotnya.”

“Haha, iya! Gue sampai baca ulang dua kali.”

Dia sampai ketawa?

Riku mencengkeram pensil sedikit lebih kuat dari biasanya.

Saat Hanazono kembali ke mejanya, dia tetap senyum. Tapi begitu melihat Riku, ekspresinya sedikit bingung.

“…Kenapa lo bengong?”

“Nggak. Cuma ngantuk.”

“…Lo ngambek ya?”

“Enggak.”

“…Tapi lo gak biasanya diem kayak gini…”

Riku menatapnya. Hanazono juga balas menatap, tapi kali ini agak serius.

“…Lo ngomong lama sama Yuuto tadi,” kata Riku akhirnya.

Hanazono terdiam sebentar, lalu menyandarkan dagunya ke meja.

“…Iri?”

“…Apa?”

“…Lo cemburu?”

Riku memalingkan wajah. “…Enggak.”

Hanazono mendesah, lalu berdiri. Jalan ke arah pintu, tapi berhenti sejenak.

“…Kalo lo cemburu, bilang aja. Gue nggak bakal ketawa.”

Lalu dia pergi.

Di balik meja guru, Yamato dan Rena ngumpet lagi (karena tentu saja mereka muncul pas adegan serius).

Yamato menutup notebook pink-nya perlahan.

“…Kita masuk ke fase baru.”

Rena mengangguk. “Fase: ‘Mulai Saling Peduli Tapi Gengsi.’ Ini bagian favorit gue.”