Prolog Baja tanpa Takdir - Jejak di Balik Kabut

Bagian 1 : Guild Bayu Geni - Poros Kekuatan Mandalagiri

Telah berlalu dua tahun sejak Turnamen Bayu Geni ke-10 digelar dengan gegap gempita di pelataran Guild Bayu Geni. Kala itu, nama seorang pemuda dari Divisi Bayang-bayang Geni menggema dalam sorak-sorai rakyat dan gemuruh para pendekar.

Darsa Nagawikrama.

Usianya baru menginjak delapan belas kala itu ketika ia mengangkat sabuk juara. Namun tak berhenti di sana. Dalam dua tahun berikutnya, pemuda itu berhasil mempertahankan gelarnya dan menjadi juara tiga kali berturut-turut dalam Turnamen Bayu Geni ke-11 dan ke-12—sebuah prestasi yang belum pernah terjadi dalam sejarah guild tersebut.

Tahun 541 hingga 543 S (Sadamanta) menjadi saksi zaman keemasan baru.

Guild Bayu Geni, yang dulu hanyalah sekumpulan pendekar dan petualang terlatih, kini telah menjelma menjadi poros kekuatan strategis kerajaan, sejajar dengan Tentara Kerajaan Mandalagiri dan lembaga bangsawan militerik.

Pusatnya tetap berada di jantung kota Tirabwana, namun pengaruhnya telah menjangkau hingga ujung hutan belantara dan perbatasan jauh Mandalagiri. Pengaruh ini tak lepas dari jejak tangan pemimpinnya terdahulu, Adipati Maheswara, yang kini telah menjabat sebagai Pangeran Mahkota dan mewarisi kekuasaan pusat pemerintahan.

Jumlah anggota aktif telah membengkak menjadi 105 pendekar terlatih, yang telah di seleksi Ketat, terbagi dalam lima divisi besar dengan para kapten berpengalaman:

Divisi Ekspedisi dan Perburuan – Raka Lelana, dipimpin oleh Pradipa Karna (30), pria berdarah petualang dan pemilik pedang legendaris Dwijanaga.

Divisi Latihan – Panggrahita Aji, kini di bawah komando Kirana Wismadanta (30), pendekar wanita tangguh yang dikenal dengan penguasaan teknik rohani dan ilmu tenaga dalam tingkat tinggi, Menguasai Seluruh Teknik Bertarung Tangan Kosong.

Divisi Penyihir dan Rohani – Rasa Prawira, tetap dipimpin oleh Mahadewa Rakunti (35), sosok tenang namun memiliki kendali atas ilmu-ilmu sihir.

Divisi Intelijen – Bayang-bayang Geni, masih setia di tangan Kalandra Wisanggeni (38), sang pengendali bayangan dan intrik rahasia kerajaan yang selalu bisa diandalkan dalam urusan Rahasia.

Divisi Ekonomi dan Niaga – Mandala Dhana, dipimpin oleh Doyantra Puspaloka (38) Seorang Pendekar sekaligus Bangsawan Keluarga Puspaloka, yang memperkuat sistem distribusi, logistik, dan ekonomi internal Guild.

Namun, tidak semua yang gemilang tak meninggalkan bayang.

Setahun terakhir, Guild Bayu Geni harus kehilangan salah satu pilar tertuanya: Raksadana (45 tahun saat ini), mantan Panglima Perang Kerajaan sekaligus Mantan Kapten Divisi Panggrahita Aji yang menjabat sebagai Pemimpin Guild selama lebih dari satu Tahun yang Pada saat itu Menjadi Pemimpin Sementara Menggantikan Adipati Maheswara yang Menjadi Pangeran Mahkota.

Raksadana memilih mengundurkan diri—bukan karena kelemahan, namun karena perbedaan visi yang tak dapat dijembatani dengan Maheswara yang kini membawa arah politik Guild ke tangan pusat kekuasaan kerajaan. Banyak yang merasa kehilangan, namun tak ada yang bisa menghalangi keputusannya. Ia pergi diam-diam ke tempat yang tak disebutkan siapa pun, meninggalkan kursi kepemimpinan kembali ke tangan Maheswara, sang pangeran yang kini memimpin dua kekuatan sekaligus—istana dan guild.

Dan kini, Tahun 543 S berada di ujung waktunya. Bulan terakhir telah memasuki masa panen, angin dan hujan dari barat, menandai musim penutup dalam kalender tropis Mandalagiri.

Sementara tirai tahun 544 S segera terbuka, Bayu Geni bersiap menghadapi gelombang baru:

Rekrutmen Anggota Baru.

Mereka akan datang—dari pelosok desa-desa terpencil, dari anak-anak bangsawan, dari perbatasan yang penuh luka, atau dari jalanan yang keras. Mereka datang membawa harapan, ambisi, dan mimpi—namun tidak semua akan bertahan, karena Seleksi Ketat akan di jalankan untuk bisa menjadi Anggota Bayu Geni.

Bagian 2 : Pulau Nelayan – Mutiara Eksotis Mandalagiri Barat Daya.

Tahun 543 S, Bulan ke-12, langit di atas Pulau Nelayan seakan tak pernah benar-benar gelap. Cahaya dari lampion-lampion gantung di sepanjang jalanan distrik barat memantul di permukaan air laut yang tenang, membentuk guratan cahaya yang bergoyang lembut. Suara deburan ombak berpadu dengan gelak tawa para pengunjung yang datang dari berbagai penjuru negeri—bangsawan dari utara Kerajaan, saudagar dari Timur Tua, hingga diplomat dari negeri tak bernama.

Pulau ini, yang dulunya hanya berupa daratan sunyi berpasir dan hutan pantai, kini telah berubah menjadi mutiara eksotis Mandalagiri Barat Daya, sebuah bukti kekuasaan dan visi dari keluarga bangsawan misterius: Tribe Dra'vetha.

Distrik Barat: Hiburan & Kemewahan

Sisi barat pulau, dikenal sebagai Distrik Hiburan, telah menjadi jantung kehidupan malam para penguasa dan pengelana istimewa. Di sepanjang garis pantai, resort-resort berdesain pesisir Mandalagiri berdiri dengan anggun. Setiap penginapan menawarkan kolam air hangat herbal yang dipercaya dapat memulihkan stamina dan menenangkan roh. Para bangsawan yang menginap bukan sekadar mencari tempat bermalam—mereka mencari tempat untuk melupakan sejenak beban dunia.

Terdapat kedai-kedai makanan laut, bar-bar dengan musik santai bertema pantai yang dimainkan oleh para musisi pengelana, serta toko-toko pakaian dan aksesoris eksklusif yang memadukan estetika bangsawan Mandalagiri dan kemewahan misterius gaya Utara. Bahkan beberapa bangsawan dari luar negeri rela menunda kepulangan mereka hanya untuk merasakan suasana damai dan eksotis dari Pulau Nelayan.

Distrik Utara: Tambak & Perikanan

Berbalik ke sisi utara, distrik tambak dan perikanan menjadi nadi produktivitas pulau. Di sini, aroma laut bercampur dengan bau lumpur basah dari tambak air tawar yang dialiri sungai kecil yang jernih. Para pekerja berkulit gelap terbakar matahari sibuk memanen udang, ikan kakap, hingga gurita hitam yang terkenal sebagai bahan kuliner eksklusif di dapur kerajaan.

Semua ini berada di bawah pengawasan langsung dari pengelola-pengelola bangsawan Tribe Dra'vetha, namun mereka membaur tanpa menindas. Upah layak, pelatihan yang manusiawi, dan jaminan tempat tinggal menjadi alasan para pekerja dari berbagai desa datang dan menetap.

Distrik Timur dan Tengah: Perkebunan & Peternakan

Menuju timur dan tengah pulau, hamparan perkebunan kelapa berdiri anggun dalam barisan simetris. Di sela-selanya tumbuh cengkeh, palawija, dan rempah-rempah yang menghasilkan aroma tajam saat tersapu angin laut. Desa kecil di tengah-tengah distrik ini dibangun dengan rumah-rumah beratap ijuk dan kayu yang disediakan untuk para pekerja dan keluarga mereka. Anak-anak bermain di antara ladang, jauh dari hiruk-pikuk kota pelabuhan, dalam suasana yang seperti dilindungi oleh kekuatan yang tak terlihat.

Distrik Selatan: Kediaman Dra'vetha

Di sisi selatan pulau, berdiri megah kediaman pribadi bangsawan Tribe Dra'vetha, rumah besar yang tak pernah benar-benar dibuka untuk umum. Halamannya luas, dihiasi taman bunga warna merah darah dan ungu tua, serta air mancur yang mengalirkan aroma herbal pelindung. Di belakang rumah, berdiri kandang kuda hitam dan bengkel pribadi, tempat Tuan Jesse Dra'vetha, sang kepala keluarga, memuaskan hobi pandai besinya—menciptakan pedang.

Jesse Dra'vetha, atau dulunya Jasana Mandira, adalah pria yang tak hanya berubah nama, tapi juga takdir. Kini, dengan identitas baru dan penampilan bangsawan Tribe Dra'vetha, ia memimpin pulau ini sebagai tokoh yang disegani namun misterius. Bersama dua istrinya:

Nyonya Cathrine Van der Lindt, wanita manusia bangsawan dari Windmills, ibu dari Raviendra yang kini berusia hampir dua tahun. Ia elegan, namun menyimpan misteri masa lalu, dulu dikenal sebagai Rinjana Nirnawa.

Nyai Luthfayana Dra'vetha, wanita dari bangsa Jin Vampire Kalathraya, kini sedang mengandung empat bulan. Tubuh rampingnya dan mata merah darah menjadi pesona tak biasa, dan senjatanya—Silvatira, pedang bermata dua bertema akar dan nadi—menjadi simbol siapa ia sebenarnya.

Keduanya adalah pilar kekuatan rumah ini, didampingi oleh:

Velyra, pelindung magis dan ahli kebidanan dari kalangan Jin, pemimpin pelayan perempuan.

Morzhan, penjaga besar yang juga pengendali transportasi antar-dimensi, pemimpin pelayan laki-laki.

Dan 25 pelayan rumah yang terseleksi dan setia.

Catatan Terselubung

Meski dikenal sebagai bangsawan dari Kerajaan Salju Utara, sejatinya Tribe Dra'vetha adalah bangsa jin Kalathraya yang menyamarkan asal mereka demi untuk hidup damai di Alam Manusia. Pulau ini bukan hanya tempat hiburan—ia adalah benteng tersembunyi, laboratorium sosial, dan mungkin… batu loncatan menuju sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar kekayaan dan kejayaan.

Di bawah tanah kediaman utama, lorong-lorong sunyi dibangun. Tempat rapat, tempat penyimpanan artefak, hingga altar kuno yang dijaga oleh keheningan dan sumpah darah bangsa jin…

Dan tak seorang pun, bahkan para pengunjung bangsawan, benar-benar tahu bahwa di balik tawa dan kemewahan, Pulau Nelayan kini menjadi poros baru kekuatan tersembunyi yang tengah bangkit di Mandalagiri.

Tahun 544 S sudah di ambang pintu. Angin baru tengah berhembus. Dan pulau yang dulu sunyi kini menyimpan rahasia yang mampu mengubah arah sejarah.

Bagian 3: Markas Bayawira - Jejak di Balik Kabut

(Arah menuju Markas Bayawira yang tersembunyi dalam Gunung Mandalgraha)

Di balik selimut kabut abadi, di puncak tertinggi Kerajaan Mandalagiri, berdiri sebuah gunung suci bernama Mandalgraha. Gunung ini bukan hanya sakral karena tinggi dan curamnya yang menjulang menembus awan, tapi karena di dalam salah satu sisi terjalnya tersembunyi gua raksasa yang telah lama dikabarkan dalam legenda—sebuah tempat yang tak pernah dijamah cahaya matahari. Di sinilah Bayawira, organisasi rahasia yang menjadi ancaman laten bagi Kerajaan Mandalagiri, bersembunyi dan menyusun langkah.

Bayawira, dalam bisikan rakyat, berarti "Bayangan Pengkhianat." Didirikan oleh para pemberontak, penyihir terlarang, dan tentara buangan yang menolak tunduk pada hukum kerajaan. Di masa damai, mereka bersembunyi. Namun ketika kabut menghitam dan malam menjadi lebih sunyi dari biasanya, itu tandanya mereka kembali bergerak.

Sudah dua tahun mereka tak menampakkan taring. Namun kini, tanda-tanda Kekuatan Purba Kelima mulai menggeliat. Sebuah aura kuno tercium dari tempat-tempat tersembunyi, membangunkan ambisi lama yang tak pernah padam.

Dan Bayawira sudah memiliki empat dari tujuh Kekuatan Purba:

1. Batu Ekstraksi Roh Purba Suralaya – mampu menyerap roh dan menjadikannya kekuatan sihir murni.

2. Batu Napas Langit – batu berisi esensi udara langit, mampu mengendalikan badai dan arus angin ghaib.

3. Mutiara Samudrantaka – permata laut dari Tiram Raksasa Ghaib Javarnesa yang memberi kendali atas air dan arus bawah Laut.

4. Permata Manikara Darpa – sumber ego purba, mampu membangkitkan amarah dan kekuatan fisik berlipat pada pemiliknya.

Tiga sisanya masih tersebar—tertidur entah di dunia nyata atau terselubung dalam dimensi ghaib. Namun, jika semua bersatu, bukan hanya Mandalagiri, dunia pun akan tunduk dalam satu panji: Bayawira.

Di dalam gua kabut Mandalgraha, sang pemimpin utama Jagat Arunika berdiri di tengah ruang batu bundar, tubuhnya diselimuti kabut hitam pekat yang tampak hidup. Di sisi kiri wajahnya, bekas luka lama mengukir garis kejam dari pelipis hingga ke pipi. Namun luka itu bukan kelemahan—melainkan Pengkhianatan dari masa lalu Oleh Kerajaan Mandalagiri yang Berusaha Membunuhnya dengan Melemparkannya Ke Jurang Dalam, Pada saat itu ia sangat Setia terhadap Kerajaan Mandalagiri sebagai Kapten Divisi Mandala Utama Guild Bayu Geni dan sekaligus Tangan Kanan Adipati Maheswara, namun kesetiaan itu dibalas oleh Pengkhianatan Kejam, dengan Dalang Pangeran Aryasatya yang saat ini sebenarnya sudah Bertobat dan Hidup Menjadi Bangsawan Biasa.

"Waktunya hampir tiba," ucapnya pelan, namun gema suaranya menggetarkan dinding gua.

"Tanda kelima telah menunjukkan diri... Bersiaplah."

Di sekelilingnya berdiri tiga sosok berbeda, namun sama berbahayanya.

Jagatmarma – Kapten Barat Bayawira

Pria bertubuh tinggi, gagah namun selalu tersenyum seperti orang mabuk kebahagiaan. Topi capingnya menutupi sebagian wajah, namun sorot mata hitamnya tajam seperti tombak. Di balik wajah konyolnya tersembunyi kekuatan dahsyat dan Memiliki Khodam Tingkat Dewa yang Menguasai Waktu. Ia sering menyamar Kepala Desa dan Basis Bayawira Barat berada di Desa Giriwasesa yang ada di Pelosok Barat Mandalagiri, menyusup ke wilayah terpencil untuk merekrut Orang biasa, bandit dan pemberontak.

“Akhirnya... Kita bisa bersenang-senang lagi,” gumamnya dengan tawa yang membuat darah terasa beku.

Kandhara Mangkara – Kapten Utara Bayawira

Berdiri tegak, bersenjata Dua Kapak Besar yang ia Sarungkan di Belakang, mengenakan helm tua tentara kerajaan yang telah ia khianati. Ia memimpin Pasukan Raksasa dari Alam Jin Tingkat Satu, dikenal sebagai Alam Jin Tiraksara — dunia tempat para Ras Raksasa buangan yang terusir Oleh Kerajaan Mandalagiri di Jaman Dulu dan mendiami reruntuhan kota-kota purba di Alam Jin tersebut. Kandhara, seorang Manusia Raksasa, memiliki darah campuran dari silsilah tua Mandalagiri dan Ras Raksasa.

“Jika dunia tak mau tunduk pada kekuatan, maka kita akan hancurkan dunia itu terlebih dahulu.”

Resi Wighna Laksa – Kapten Selatan Bayawira

Berpenampilan layaknya seorang petapa tua. Namun di balik ketenangan dan jubah birunya, tersembunyi mantra-mantra kutukan yang bisa mengubah siang menjadi malam. Ia mendapatkan julukan resi gelap, mantan Tabib dan Pelindung Spiritual untuk Keluarga Kerajaan, yang kecewa dengan Kebusukan Istana. Kini ia adalah penjaga kabut, yang menjaga agar markas Bayawira tetap tak terlihat oleh mata biasa. Dan Ia juga Dalang dari Jasana dan Rinjana yang Terlempar Jauh ke Alam Jin Tingkat 2 Kalathraya dengan Serangan Sihir Misterius Miliknya.

“Batas antara yang hidup dan yang mati... makin tipis. Dan itu adalah pertanda kemenangan kita sudah dekat.”

Simbol Bayawira:

Seekor ular berkepala dua melingkar, berwarna merah darah, menggambarkan penghianatan dan kekuasaan ganda—baik di dunia nyata maupun ghaib.

Malam-malam panjang akan segera datang.

Bayawira tidak hanya kembali. Mereka akan menciptakan tatanan Baru di Kerajaan Mandalagiri, dari balik kabut yang tak pernah menghilang.

Dan dalam kabut itu,

jejak-jejak kehancuran mulai bergerak.

Volume 2: Baja tanpa Takdir - Jejak di Balik Kabut – Dimulai.

Dalam dunia yang mulai bergeser, siapa yang akan tetap setia… dan siapa yang mulai berkhianat pada takdir?