Bab 38 — Setelah Hujan Mereda

Hujan reda perlahan, meninggalkan aroma tanah basah yang menyesakkan dada.

Di tengah hutan yang hancur oleh pertempuran, Arvin berdiri diam, menatap tubuh Ragnar yang membujur kaku.

Elira mendekat pelan-pelan, langkahnya berat.

"Arvin..." suara Elira hampir tak terdengar, seolah takut menghancurkan keheningan suci di antara mereka.

Arvin hanya mengangguk tanpa menoleh. Ia berlutut, menutup mata Ragnar dengan hati-hati.

Tak ada dendam di matanya, hanya rasa kehilangan — rasa kehilangan seseorang yang pernah menjadi saudaranya.

> "Istirahatlah, Ragnar," bisiknya lirih.

Elira berjongkok di samping Arvin. Luka di lengannya masih mengucurkan darah, tapi ia tak mengeluh.

"Dia memilih jalannya sendiri," kata Elira pelan. "Kau... memilih tetap menjadi manusia."

Arvin menghela napas panjang.

Dunia di sekitarnya terasa sunyi, seakan alam pun berkabung bersama mereka.

Tak lama, sisa-sisa pasukan pemberontak yang melihat Ragnar tumbang menyerah satu per satu. Mereka membuang senjata mereka, berlutut di tanah becek.

Seorang prajurit tua, dengan wajah lelah penuh luka, berseru:

> "Kami menyerah... kami menyerah kepada Arvin, Pahlawan Sejati!"

Suara itu diikuti oleh teriakan lain — satu per satu, bekas musuh kini menundukkan kepala di hadapan Arvin.

Namun Arvin hanya berdiri, menatap mereka tanpa kebanggaan, tanpa kemarahan.

Baginya, ini bukan kemenangan.

Ini hanyalah sisa dari dunia yang pecah — dunia yang menuntut terlalu banyak pengorbanan.

---

Di malam harinya, mereka berkemah kecil di tepi sungai.

Api unggun berkobar lemah, menerangi wajah lelah Elira dan Arvin.

Elira memandangi Arvin yang sibuk membersihkan pedangnya.

"Kau tidak bahagia?" tanya Elira akhirnya.

Arvin diam lama sebelum menjawab.

> "Kemenangan bukan selalu berarti kebahagiaan, Elira."

Mata Elira melembut. Ia mengulurkan tangan, menyentuh punggung tangan Arvin dengan lembut.

> "Kalau begitu... mungkin kau perlu alasan baru untuk bertahan."

Arvin memandang ke dalam matanya.

Di sana, ia melihat sesuatu — sesuatu yang telah lama hilang: kepercayaan.

Namun Arvin tahu, jalan di depannya masih panjang dan berliku.

Malam itu, di bawah langit penuh bintang, Arvin membuat janji baru dalam hatinya:

"Aku akan melindungi dunia ini... sampai waktuku habis."

Tapi jauh di lubuk hatinya, ia juga tahu —

suatu hari nanti, ia harus pergi.

---

Bab 38 selesai.