Penyesalan

Sudut Pandang Olivia

Sialan. Sialan. Sialan.

Apa yang sedang kupikirkan? Membiarkan Lennox menyentuhku?

Dengan napas yang terengah-engah dan mata yang dipenuhi amarah, aku menatap Lennox, yang sedang menatap balik padaku—hanya saja tatapannya kosong.

Sekejap, aku menutupi diriku dengan selimut dan menatap langsung ke matanya. "Kita akan berpura-pura bahwa ini tidak pernah terjadi, Lennox," kataku cepat. "Aku tidak ingin ada yang tahu, terutama saudara-saudaramu," aku memperingatkan, dan Lennox mengerutkan kening.

Rahangnya bergerak, matanya menyipit. "Dan siapa yang bilang aku ingin mereka tahu?" dia membentak.

Kerutanku semakin dalam.

"Aku yang seharusnya mengatakan ini padamu! Itu seharusnya menjadi bagian dari perkataanku," dia berkata marah, dan kemarahanku semakin memuncak.

"Keluar," aku memerintahkan, menunjuk ke pintu.

Tapi Lennox tidak bergerak. Sebaliknya, dia terus menatapku dengan napas terengah-engah seolah dia beberapa detik lagi akan meraihku.