Chapter 1

"Apa maksudmu? aku tidak salah dengar kan" Airin menatap tajam sekaligus ada kepanikan terpancar di wajah cantiknya.

"Iya aku tidak berbohong" jawab Irene pasrah.

"Kenapa bisa kamu sampai seteledor ini" Kayla berusaha menutupi rasa cemas dan sedihnya.

"Semuanya sudah terjadi, maafkan aku" ucap Irene seadanya.

"Cinta sih boleh tapi jangan begini juga jadinya" Dania bicara tapi raut wajah kecewa begitu jelas.

"Maafkan aku, aku sangat menyayangi kalian, sekarang apa yang harus kita lakukan" sekali lagi Irene penuh sesal berkata lirih dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Cara yang harus kita lakukan sekarang, pergi temui Tiyan dan minta dia bertanggung jawab untuk bayimu" tanpa ragu Airin memberikan sarannya.

"Tapi Airin? kamu tahu Tiyan itu gimana sikapnya ke aku, percuma dia terlalu sibuk dengan dunianya" tolak Irene ragu.

"Jangan buat dirimu semakin bodoh di mata pria seperti Tiyan, sadar Irene saat ini kamu hamil anaknya psiko itu" balas Airin kesal.

"Cukup Airin, kamu selalu menghina Tiyan dengan sebutan psiko, aku muak harus mendengarkan ocehan sialmu" bantah Irene tidak terima.

"Sudah cukup, kalian jangan ribut ini bukan waktu yang tepat, menurutku Airin benar dan kita secepatnya temui Tiyan saja" Kayla melerai keduanya.

"Aku setuju Irene, itu adalah cara satu-satunya yang kita punya sekarang" Dania ikut mendukung.

"Apa kalian yakin mau menyusulnya? saat ini Tiyan berada di Villa biasa" tanya Irene khawatir.

"Maksud kamu Villa yang di puncak itu? Villa tua yang sudah tidak layak huni itu, Villa tua tempat kekasihmu berdiam diri dalam sepi itu, Villa yang kamu bilang tempat terindah cinta kalian itu" tanya Airin terkejut sekaligus geram.

"Airin kumohon, Tiyan selalu membersihkan tempat itu, semua yang ada di sana layak huni dan pakai, ayolah Airin jangan terlalu membenci kekasihku" Irene menjawab sedih dan kecewa.

"Irene benar, kamu terlalu berlebihan Airin" Kayla mencoba menenangkan keduanya.

"Tapi Airin tidak salah, Villa itu kalau bagi aku sedikit aneh dan juga cukup menakutkan" kali ini Dania yang bicara sambil bergidik ngeri.

"Apa kalian mau ke Villa yang ada di puncak? aku ikut bersama kalian" suara yang tidak asing membuat ke empat sahabat itu terkejut.

"Jangan mimpi Bayu, hanya kami berempat yang akan pergi" protes Airin.

"Ayolah Airin, aku ini adik kamu kan" mohon Bayu berpura-pura sedih.

"Kami pergi kesana bukan untuk bersenang-senang, tidak ada gunanya juga kamu ikut" ucap Airin kesal.

"Kamu kira aku tidak tahu Irene hamil, mereka juga sudah dengar dari tadi" oceh Bayu tanpa dosa sambil menunjuk kearah tiga pria yang baru datang.

"Dasar Bayu sialan, kalau saja kamu bukan adikku, sudah lama kubunuh dan kubuang" Airin mendorong adiknya kasar agar menjauh darinya.

"Bayu benar kami sudah tahu semuanya, maaf kalau tadi tanpa sengaja kita berempat mendengar kalian bicara" ucap Candra ikut prihatin dengan keadaan Irene saat ini.

"Tidak masalah Candra, tapi bisakan kalian jaga rahasia ini dari orang lain" jawab Irene.

"Tentu saja Irene, tapi sebagai gantinya boleh kan kami ikut kalian ke Villa" Chandra menatap Irene lekat dan sangat lembut.

"Tentu saja kalian boleh ikut" jawab Irene setuju.

"Baguslah kalau begitu, kalian bukan cuma berempat tapi kita berdelapan sekarang" Sultan senang mendengar jawaban Irene.

"Kalau kami bertiga tidak masalah dengan kalian, tapi mungkin Airin sedikit canggung" Kayla melirik Airin yang terlihat makin kesal.

"Benarkah Airin? kamu tidak senang kami ikut bersama kalian" kali ini Sandy bicara menatap Airin.

"Sebenarnya perjalanan kami yang tadinya penuh rasa takut, berganti dengan rasa nyaman dan terlindungi" ucap Dania mantap.

"Oke cukup, hentikan semuanya aku mengaku kalah sekarang, kalian boleh ikut dan kita berangkat besok siang, Bayu kamu benar-benar adik yang sangat baik" ucapan Airin menggema bagai bom atom membuat semuanya tiba-tiba tertawa melihat ekspresi Airin yang semakin kesal dengan adiknya.

"Sama-sama kakak ku sayang" balas Bayu dengan nada mengejek.