Jam 01:00 Siang
"Kamu yakin kali ini kita tidak salah jalan Chandra" tanya Airin mengawasi sekeliling mereka.
"Aku yakin Airin, tapi perasaanku jadi tidak enak begini" jawab Chandra namun dengan wajah bingung.
"Dasar bodoh, itu artinya kita salah jalan sekarang" murka Airin mendorong kepala Chandra.
"Maaf sayang, aku khilaf" bukannya marah Chandra malah cengengesan.
"Lagian siapa suruh lewat jalan pintas beginian" omel Irene kesal.
"Begini jadinya kalau Chandra yang di pilih mengetuai jalan" Bayu ikut kesal.
"Sudah jalannya sempit, batunya tajam-tajam lagi, seram dan rada gelap juga" Kayla melirik kesana kemari dari dalam mobil mereka.
"Selain bego, otaknya Chandra juga pada copot kabelnya, kita putar balik saja sekarang" Sandy memberi saran gratis.
"Aku setuju semuanya, kita putar balik sekarang disini seram" Dania bicara dengan wajah takut.
"Sebaiknya jangan dulu, lagian kita sudah dua jam perjalanan, putar balik perlu dua jam lagi untuk sampai ke persimpangan sana, kita ikuti jalan ini sampai bisa ketemu Villa atau apalah" Sultan malah memberi saran lain.
"Kurasa ide Sultan masuk akal, terus saja jalan siapa tahu kita bisa ketemu orang atau petunjuk lain" dukung Airin yang membuat semua mata tertuju padanya.
"Jadi sekarang aku harus gimana nih? terus jalan apa putar balik" Chandra menghentikan mobilnya.
"Terus jalan!! Putar balik!! ucapan kompak penumpang mobil yang sontak membuat Chandra melongo.
"Airin dan Sultan suruh terus jalan, tapi Kayla, Dania, Bayu dan Sandy bilang putar balik, bagaimana dengan kamu Irene" Chandra membuyarkan lamunan Irene yang sejak tadi terdiam.
"Oh iya Chandra, kamu bicara apa tadi? Irene jadi salah tingkah dan terkejut.
"Kita terus jalan apa putar balik" tanya Chandra sekali lagi.
"Terus jalan, apapun yang terjadi di sana urusan nanti" jawab Irene dingin.
Semuanya hanya menatap heran dan kasihan pada Irene, apa mungkin Irene tahu sesuatu yang buruk akan terjadi padanya, akhirnya semua memilih terus jalan karena sudah terlalu jauh dan Irene juga menginginkannya.
Sementara Ditempat Lainnya.......
"Sekarang apa yang bisa kita lakukan" tatapan mata Jefri menusuk hati dan jantung Jhonny.
"Tidak perlu menatapku seintim itu Jefri, karena aku muak melihatnya" Jhonny mencoba memecah kecemasan mereka.
"Jangan kepedean juga kamu Jhonny, ini bukan tatapan intim tapi tatapan ingin meminta saran, dasar bego" Jefri kali ini hampir menerkam murka sahabatnya.
"Kalau aku bego kamu apalagi Jefri, itu tatapan intim atau apalah aku tidak perduli, sekarang mobil kita mogok karena kehabisan bensin" Jhonny juga bicara tidak kalah kesalnya.
"Kamu bantu aku mikirin cara agar bisa pergi dari sini" ketus Jefri melirik kesana kemari.
"Ini juga mikir dari tadi, kamu kira aku lagi ngapain" balas Jhonny.
Setelah berdebat keduanya terlihat begitu sibuk mengeluarkan barang dari dalam mobil mereka.
"Tunggu tunggu, bukannya itu Jhonny dan Jefri" Sandy membuat Chandra langsung menghentikan mobilnya.
"Ngapain mereka disini? kaya orang bingung lagi" Bayu ikut mengawasi dari dalam mobil.
"Entahlah?? jawab Chandra seadanya.
"Jhonny, Jefri" panggil Sultan membuat keduanya kaget sambil mengusap dada.
"Sultan" ucap keduanya kompak.
"Kalian ngapain disini? ini mobil kenapa" tanya Sultan.
"Kehabisan bensin, kalian juga ngapain disini" jawab Jhonny kemudian balik
bertanya setelah melihat Chandra, Bayu, Sandy, Irene, Dania dan Kayla turun dari mobil mereka.
"Ya ampun ditanya malah balik nanya lagi" sahut Chandra.
"Kami mau pergi ke Villa yang ada di puncak, salah jalan dan kehabisan bensin disini" kali ini Jefri menjawab agar yang lain tidak penasaran.
"Ke Villa? ngapain kalian kesana" Sandy berusaha mencari tahu karena penasaran.
"Menyusul Dava, sudah dua minggu dia belum balik ke Apartement" kali ini Jhonny ikut menjelaskan.
"Menyusul Dava? ngapain dia pergi ke Villa juga" Bayu tiba-tiba menatap tajam keduanya.
"Dua minggu yang lalu Dava bilang mau menemui Tiyan, mau kami antar kesana katanya tidak perlu" Jefri menjelaskan lagi agar tatapan Bayu berhenti mengintimidasi.
"Apa kamu bilang tadi? menemui Tiyan, kalian juga kenal sama Tiyan" Irene terkejut.
"Tentu saja, bukannya Tiyan itu kakak tirinya Dava? kenapa kalian semua mukanya berubah mendengar nama Tiyan" sahut Jhonny.
"Kebiasaan kamu Jhonny, ditanya malah balik nanya, lagian ngapain mata kamu terus melihat kesana" Chandra tambah heran melihat kelakuan Jhonny yang terus menatap lekat kedalam mobil miliknya.
"Kesambet nanti kamu" Sultan menepuk pundak Jonny.
"Bukan apa-apa lupakan" jawab Jhonny mengalihkan tatapannya pada Jefri.
"Kebetulan sekali kami juga mau ke Villa yang ada di puncak, kita sekalian saja pergi sama-sama" Dania begitu senang.
"Aku setuju dengan Dania, tujuan kita juga sama, bagaimana menurut kalian" Kayla mengajak Jhonny dan Jefri.
"Aku tidak masalah, semakin banyak teman semakin seru kan" Sandy setuju.
"Ayo masuk keburu kemalaman disini" ajak Bayu bergegas.
"Ini benaran kami boleh ikut kalian? memang masih ada tempat untuk aku dan Jhonny" Jefri senang dan berbasa basi.
"Tentu saja, kalian duduk paling belakang nggak papa kan? masih cukup untuk dua orang" sahut Sultan ramah.
"Dibelakang juga tidak masalah, terima kasih sudah memberi tumpangan" ucap Jhonny sopan.
"Apa-apaan ini? siapa yang kasih ijin mereka ganggu aku, sana cepat keluar sekarang" bentak Airin kesal saat baru saja Jhonny dan Jefri masuk mobil.
"Airin!! ucapan kompak Jhonny dan Jefri ketika sadar dengan keberadaan wanita lainnya di mobil itu.
"Apa apaan kalian, memang kita pernah kenal sebelumnya" ketus Airin dengan nada kurang suka.
"Maksud kamu apa Airin? bukannya tadi malam" Jefri menghentikan ucapannya saat Jhonny menggeleng padanya.
"Sebaiknya kami tunggu mobil lain saja, kalian boleh lanjutkan perjalanan" pinta
Jhonny begitu sopan setelah tatapan matanya bertemu dengan tatapan murka Airin.
"Jhonny dan kamu Jefri jangan dengarkan omongan wanita egois ini, cepat masuk keburu kemalaman nanti sampainya"
cerocos Bayu.
"Cepatan kalian masuk lagi biar kita langsung jalan" Chandra mengajak lagi keduanya.
"Sialan kamu Bayu, kamu juga Chandra jangan sok peduli" Airin menjambak kasar rambut adiknya.
"Jhonny, Jefri kenapa kalian bengong, ayo masuk" Sandy membuyarkan lamunan mereka.
"Urusan Airin biar aku yang tangani, kalian bisa duduk disini aku dan Bayu pindah kebelakang" Sultan meyakinkan keduanya.
"Baiklah" sahut Jhonny dan Jefri kompak namun terdengar ragu.
Mereka semua akhirnya sepakat untuk melanjutkan jalan, sementara hari sudah mulai gelap dan semakin dingin, tujuan yang sama membuat sekawanan pria dan wanita dewasa itu terjebak bersama.