Ketulusan Persahabatan

Mata besar dan indah Chandra menatap tidak berkedip mata elang miliknya Jefri, kedua sahabat itu larut dalam obrolan mereka yang terlihat begitu serius.

"Jangan menatapku seperti itu Chandra" Tegur Jefri merasa tidak nyaman.

"Aku tidak percaya kamu melakukannya Jefri" Ucap Chandra menghela napas kecewanya.

"Maaf Chandra, sudah kubilang semuanya terjadi begitu saja" Sahut Jefri meyakinkan lagi sahabatnya.

"Kupikir kamu memang sengaja melakukannya" Protes Chandra tegas.

"Ya sudah kalau kamu tidak percaya" Jefri bosan dan bergegas bangun dari tempat duduknya.

"Minta maaflah dengan Jhonny" Perintah Chandra meskipun Jefri tidak menghiraukan ucapannya sama sekali.

"Dasar pria brengsek, Bayu akan membunuhmu kalau dia tau" Bisik Chandra menggeleng tidak percaya.

"Dasar pria sialan, kamu pikir aku melakukannya tidak tanpa alasan" Gumam Jefri juga tanpa bisa di dengar oleh Chandra.

Teras Depan Villa.......

Jhonny duduk termenung seorang diri menikmati sejuknya angin malam, dia meninggalkan Airin di kamarnya yang sedang tertidur pulas, agar kekasih cantiknya itu tidak merasa terganggu.

Jefri yang tadinya ingin ke kamar membawa kotak obat tiba-tiba menghentikan langkahnya, menatap hangat ke arah Jhonny kemudian bergegas untuk menghampiri sahabatnya.

"Hey" Tegur Jefri menepuk pundak Jhonny.

"Hey Jefri" Balas Jhonny tersenyum.

"Airin sudah tidur" Tanya Jefri mengambil posisi duduk tepat di sebelahnya Jhonny.

"Sudah, baru saja" Jawab Jhonny.

"Kemarikan tanganmu" Pinta Jefri sopan.

"Terima kasih" Ucap Jhonny sambil meletakkan tangan sebelah kanannya di atas paha sahabatnya itu.

"Lukanya sudah mulai mengering, tapi masih sedikit bengkak" Jefri bicara sambil cekatan dan lihai membersihkan dan mengobati luka Jhonny.

"Terasa sakit di malam hari dan terasa kaku" Sahut Jhonny yang ikut memperhatikan luka besar miliknya.

"Jhonny apa kamu mau menghukumku" Tanya Jefri menatap lekat sahabatnya.

"Tentu saja dasar Jefri sialan" Jawab Jhonny sambil menatap balik sahabatnya.

"Baiklah tapi jangan terlalu keras" Sahut Jefri lagi seketika merubah posisinya dengan menyodorkan bagian pantatnya.

"Oke kamu siap" Tanya Jhonny kemudian bergegas menendang kasar pantat Jefri membuatnya terjungkal.

"Dasar Jhonny sialan" Oceh Jefri sambil menggosok-gosok pantatnya.

"Sekarang kesinikan jidatmu itu" Pinta Jhonny lagi untuk hukuman yang kedua.

"Oke Jhonny aku siap" Jawab Jefri yang mendekatkan wajahnya pada Jhonny.

"Selesai" Ucap Jhonny setelah menjentik keras jidat sahabatnya itu.

"Aow aow dasar Jhonny brengsek" Umpat Jefri menatap nakal sahabatnya, Jhonny langsung tersenyum puas dan menang.

"Maafkan aku" Jefri kemudian memeluk kuat dan erat Jhonny.

"Tidak apa lupakan" Jawab Jhonny membalas pelukan Jefri.

Keduanya tertawa bersama kemudian lanjut duduk sambil bercanda layaknya pasangan kekasih, dari kejauhan Chandra menggeleng heran melihat kelakuan sepasang sahabat itu, namun senyum bahagia dan bangga begitu jelas terpancar di wajah tampan Chandra.

Jam 11:00 Malam

Jeritan dan suara rintihan Bayu menggema bagaikan angin merdu di malam yang dingin, dengan susah payah iya mencoba untuk membuka kedua matanya, kepalanya yang terasa sangat sakit dengan sekujur tubuh begitu kaku, Bayu merasakan nyeri hampir di semua bagian tubuhnya, hidungnya yang sejak tadi mencium aroma tidak enak dan sangat anyir, setelah berusaha dengan segala upaya mata Bayu terbuka dan mengerjab perlahan, menetralisir semua pemandangan yang begitu asing dan berusaha untuk duduk, bau anyir langsung menembus penciumannya yang membuat Bayu susah bernafas.

"Aaaaahhh" Suara rintihan mennyayat hati.

"Siapa disana" Panggil Bayu dengan suara serak dan lemahnya, pada seorang pria yang sejak tadi meringis kesakitan.

"Bayu ini aku aaahh" Jawab pria itu namun kembali berteriak kesakitan.

"Tiyan" Panggil Bayu ketika mengenali suara pria itu.

"Bayu tolong aku aaahh" Teriak Tiyan tidak bisa berhenti meringis kesakitan.

"Bertahanlah aku akan membantumu" Bayu menjawab sambil berusaha bangun dengan tubuh yang lemah dan juga dipenuhi begitu banyak luka.

"Bagaimana dengan Irene dan bayiku sekarang" Tanya Tiyan tersengal-sengal setelah Bayu berhasil mendatanginya.

"Tiyan bertahanlah, mereka berdua aman bersama mereka" Jawab Bayu berusaha meletakkan kepala Tiyan pada pahanya.

"Airin dalam bahaya" Tiyan mencoba untuk memberitahu Bayu dengan susah payah sebelum kesadarannya menghilang.

"Tiyan buka matamu, tetaplah bertahan kumohon" Bayu terisak panik dan tidak tega melihat keadaan Tiyan saat itu, meskipun dia sendiri juga tidak terlalu berdaya untuk bertahan.

"Percayalah Tiyan, aku akan membawamu keluar dari tempat terkutuk ini" Lirih Bayu berusaha menggendong Tiyan di punggungnya, namun untuk yang kesekian kalinya dia gagal lagi dan kembali tidak sadarkan diri.

"Sudah ku peringatkan untuk pergi dari sini, kalian masih saja berbuat dosa semaunya" Pria yang baru saja datang memperhatikan tubuh Bayu dan Tiyan yang tidak berdaya.

"Habisi saja mereka Tio, cincang atau bakar lebih seru kan" Perintah Vano menatap nakal Tio yang tidak menghiraukannya.

"Lakukan saja sendiri, aku tidak mau tangan ini menjadi kotor" Balas Tio berlalu begitu saja menuju ruangan lainnya.

"Dia tidak pernah berubah" Bisik Vano dengan senyum menyeringai.

"Biar aku yang habisi mereka" Yoga yang baru datang mendekati tubuh Bayu dan Tiyan bersama dua kapak maut di tangannya

"Jangan sekarang" Cegah Vano santai.

"Kamu membuat mereka tersiksa Vano" Yoga bicara dengan tatapan marah dan kecewanya.

"Aku masih ingin bermain-main dengan mereka berdua, kamu paham maksudku Yoga" Balas Vano menaikan nada bicaranya membuat Yoga terdiam seketika.

"Bersenang-senang lah Vano, sebelum karma atas dosa-dosa mu datang" Yoga bicara kemudian menyusul Tio keruangan lainnya.

"Bukannya kamu yang membunuh mereka semua Yoga ku sayang, aku hanya melihat dan menikmati apa yang kamu lakukan" Bisik Vano tersenyum puas penuh kemenangan.

Vano menendang tubuh tidak berdaya Bayu dan Tiyan, seperti sangat senang bermain-main dengan ketidak berdayaan mereka, setelahnya Vano berjalan sangat santai keluar dari tempat itu sambil bersiul merdu.

Jam 12:00 Malam.......

"Sultan, Sandy bagaimana ini" Dania tidak bisa melepaskan genggaman tangannya dari Sandy.

"Tenanglah Dania, biarkan kami berpikir lebih keras lagi" Sahut Sandy juga tidak kalah paniknya.

"Ya Tuhan lindungilah bayiku" Bisik Irene tidak ada hentinya.

"Irene bertahanlah, aku yakin kita pasti bisa keluar dari sini" Sultan masih setia merangkul Irene yang menggigil kedinginan.

"Kenapa bisa kita sampai salah jalan" Kayla merangkul lututnya ketakutan.

"Entahlah aku juga bingung, bukankah kita hanya berjalan lurus sama seperti semula" Sandy mengawasi sekitar mereka yang hanya di penuhi kegelapan hutan lebat.

"Bagaimana ini bisa terjadi, aku sudah mengikuti jalan yang sama seperti saat kita datang kemarin" Sultan juga begitu prustasi.

"Sepertinya bensin kita juga sudah habis" Irene memberitahu kenyataan pahit lainnya.

"Ternyata persahabatan kita akan berakhir dengan cara menyedihkan" Gumam Dania menunduk sedih.

"Jangan bicara seperti itu Dania, berdo'alah ada orang baik yang datang menyelamatkan kita disini" Protes Kayla mencoba membuat sahabatnya tenang.

"Hei lihatlah disana, apa kalian juga bisa melihatnya" Sandy tiba-tiba menunjuk kearah bagian utara dari tempat mobil mereka berada.

"Benar aku juga melihatnya, sepertinya ada cahaya lampu dari sebuah rumah di ujung sana" Sultan bergegas keluar mobil untuk memastikan penglihatan mereka.

"Sultan tunggu" Panggil Irene mengikuti Sultan keluar dari mobil mereka.

"Apa yang kalian lakukan diluar? cepat masuk kedalam aku takut" Dania menyuruh Sultan dan Irene kembali masuk.

"Dania sepertinya ada rumah di ujung sana" Ucap Kayla juga bergegas turun dari mobil mereka.

"Ayo Dania jangan takut, aku ada disini bersamamu" Ajak Sandy meraih lembut jemari tangan Dania, dia hanya menatap Sandy ragu kemudian mengangguk lemah

"Kalian semua setuju kita jalan kesana kan? cukup bawa barang yang di perlukan saja" Ajak Sultan menatap semuanya.

Meskipun tidak begitu yakin, Sandy, Irene, Dania, dan Kayla setuju dengan saran Sultan, mereka hanya membawa senter dan keperluan mendesak saja, selebihnya semua barang mereka tinggalkan begitu saja di dalam mobil.