Orang Baru

"Sultan, Dania, Kayla, sadarlah" Panggil Sandy beberapa kali pada ketiga temannya.

"Hei kalian baik-baik saja kan" Tanya Sandy lagi mencoba membuat ketiganya sadar.

"Ah, aduh kepalaku sakit sekali" Dania menggeliat dengan susah payah sebelum kesadarannya kembali.

"Tempat apa ini" Tanya Kayla panik setelah dia benar-benar sadar.

"Apa yang sebenarnya terjadi" Sultan dengan suara lemahnya bertanya.

"Entahlah aku juga tidak tau, sekarang cari cara untuk kita bisa melepaskan ini" Sandy bicara sambil menggerakkan kedua tangannya yang terikat kencang.

"Dimana Irene, kenapa dia tidak bersama kita" Tanya Dania makin panik.

"Ya Tuhan Irene, semoga kamu dan bayimu baik-baik saja" Kayla hanya bisa bergumam tidak berdaya.

"Irene di mana kalian" Sultan juga berubah menjadi makin sedih dan prustasi.

"Lihatlah di sana, semoga mereka masih hidup" Sandy menatap iba dua pria yang bersimbah darah di sekujur tubuh mereka.

"Kita juga akan bernasip seperti mereka" Ucap Dania patah semangat.

"Dania cukup, tidak akan ada gunanya hanya dengan mengeluh, sebaiknya kita pikirkan cara untuk bisa keluar dari sini" Kayla memberikan mereka sarannya.

"Tunggu tunggu sepertinya dia Bayu" Sultan tiba-tiba membuat semuanya makin takut dan panik.

"Kuharap bukan Sultan, aku sudah tidak sanggup lagi" Jawab Sandy berusaha yakin kalau itu bukan Bayu.

"Ayo kita mendekat kesana" Dania mencoba menggerakkan tubuhnya meskipun masih terikat tali.

"Dengan cara seperti ini sepertinya bisa" Kayla juga bergerak sedikit demi sedikit menyusul Dania.

"Ya Tuhan dia memang Bayu" Sultan yang belum mendekat sudah bisa mengenali warna pakaian milik Bayu, meskipun wajahnya di penuhi dengan begitu banyak darah segar.

"Kumohon Ya Tuhan, dia bukan Bayu, dia bukan Bayu, dia bukan Bayu" Rintihan Sandy berusaha untuk kuat dan tidak mempercayai apa yang di lihatnya.

"Bayu bertahanlah" Dania berusaha melepas paksa tali yang mengikat dirinya.

"Bayu kami mohon bertahanlah" Kayla mencari apa saja benda yang terlihat tajam baginya.

"Kenapa Bayu bisa bersama Tiyan" Sultan tambah terkejut setelah menyadari orang yang terkapar di samping Bayu adalah Tiyan

"Dasar keparat kalian yang sudah membuat mereka seperti ini" Teriak Sandy tidak terima dengan kenyataan pahit mereka saat itu.

"Kalian sudah sadar ternyata" Tegur pria yang baru datang sambil memainkan dua pisau kembar di tangannya.

"Hei pria sialan, lepaskan kami" Sultan berteriak murka.

"Apa masalahmu dengan kami semua" Sandy tidak kalah geram menatap tajam Tio yang hanya tersenyum tanpa dosa.

"Aku tidak punya masalah apapun dengan kalian, dan aku juga tidak punya hak untuk melepaskan kalian" Jawab Tio menyapu lembut ujung pisau kesayangannya.

"Dasar psiko gila" Dania meneriaki Tio yang di balas senyuman manis.

"Dimana kalian menyembunyikan Irene" Kali Kayla bertanya dengan mata penuh amarah.

"Yang kalian khawatirkan saat ini bukannya Irene, tapi wanita keras kepala Airin dan juga calon suaminya itu" Jawab Tio lagi memberi peringatan.

"Apa maksudmu, dasar bedebah" Sultan mengutuk Tio yang sama sekali terlihat begitu santai.

"Jangan pernah berpikir kalian bisa menyentuh Airin dan Jhonny, kami semua tidak akan pernah membiarkannya" Sandy membalas ucapan Tio dengan berpura-pura tidak takut sama sekali.

"Berikan ini pada adik kesayangannya Airin kalau dia masih hidup" Bukannya marah atau menjawab Tio melempar dua kemeja dan kotak obat begitu saja, kemudian dia pergi lagi meninggalkan mereka dengan santainya.

Sultan, Sandy, Dania dan Kayla hanya menatap heran pada pria bermata teduh itu, sebenarnya dia pria yang jahat atau malah sebaliknya.

Villanya Tiyan.......

"Apa yang kalian inginkan disini" Panggil Chandra mengejutkan kedua pria yang masih mondar mandir tidak jelas.

"Si, si, siapa kalian" Tanya salah satu pria dengan wajah begitu ketakutan.

"Harusnya kami yang bertanya siapa kalian" Jawab Jefri bingung sambil mengawasi gerak gerik kedua pria itu.

"Kami hanya tersesat dan tidak bisa menemukan jalan pulang" Sahut Pria satunya lagi begitu antusias.

"Kalian yakin tidak berbohong" Tanya Jhonny lagi menekan ucapannya.

"Iya kami tidak bohong, kami sejak tadi sore sudah mengawasi Villa ini, namun terlalu takut untuk masuk karena tidak yakin kalau Villa ini aman" Jawab pria satunya lagi.

"Sejak kapan kalian tersesat di tempat ini" Chandra menatap keduanya tajam.

"Dari empat hari yang lalu, dan juga kehilangan kedua teman kami" Jawab pria satunya lagi terlihat jujur dan khawatir.

"Kenapa dengan pakaian kalian" Tanya Jefri lagi.

"Kami sembunyi di bawah jembatan dekat danau selama dua hari, setelah itu mereka menemukan tempat persembunyian kami, kami berdua hanya bisa lari tanpa tujuan dan akhirnya berada di sini" Jawabnya sambil mengawasi sekitaran mereka.

"Oke baiklah, masuklah kedalam bersama kami" Ajak Jhonny sopan.

"Benarkah!! Terima Kasih Banyak" Jawab pria itu terharu dan terlihat senang.

"Kalau boleh tau siapa nama kalian" Tanya Chandra lagi sebelum mereka masuk.

"Oh iya aku Revan dan dia adikku Devan" Pria dengan wajah seputih susu memperkenalkan dirinya.

"Aku Jefri, dia Jhonny dan itu Chandra" Jefri juga balas memperkenalkan diri mereka.

"Ayo masuklah, kalian bisa mandi kemudian beristirahat" Ajak Jhonny lagi pada Revan dan Devan yang mengangguk setuju.

Satu Jam Setelahnya........

Sementara Chandra dan Jefri menemani Revan dan Devan mengobrol di ruang tamu, Jhonny naik ke lantai atas tepatnya menuju di mana kamar Airin berada, hanya untuk memastikan calon istrinya itu baik-baik saja.

"Airin, ini aku" Panggil Jhonny dari luar.

"Airin" Jhonny terkejut karena pintu kamarnya tidak terkunci.

"Apa lagi ini Airin" Jhonny mengutuk dirinya sendiri ketika sadar tidak ada siapapun di dalam kamar.

"Sial kenapa bisa aku tidak mengunci pintunya dari luar saja" Jhonny mengeluh kembali turun ke lantai bawah.

"Chandra, Jefri, Airin tidak ada di kamarnya" Jhonny memberitahu mereka yang langsung terkejut.

"Dasar wanita keras kepala" Jefri mengacak prustasi rambutnya.

"Airin pasti sudah keluar Villa diam-diam" Chandra bicara sambil menatap Jhonny dan Jefri.

"Maaf maksud kalian Airin kakaknya Joy" Tanya Devan bingung.

"Bagaimana kamu tau" Tanya balik Jhonny.

"Airin sering datang ke apartement miliknya Joy, kebetulan kami satu apartement dan juga satu tempat kerja" Jawab Devan.

"Jadi maksudnya kamu kenal Airin dan Juga Joy" Jefri juga bertanya penasaran.

"Bukan hanya kami berdua, tapi kedua teman kami yang hilangpun mengenal mereka dengan baik" Bukan Devan yang menjawab tapi Revan.

"Semuanya seperti kebetulan, tapi lupakan dulu sebaiknya kita cari Airin sekarang" Chandra mengingatkan sekaligus mengajak mereka.

"Kami juga ikut mencari Airin" Devan membuat langkah mereka bertiga terhenti.

"Iya dia juga kakak dari teman kami" Revan ikut meyakinkan mereka.

"Baiklah dan ingat satu hal, kita usahakan selalu bersama" Pinta Jhonny mengingatkan yang anggukan setuju.

"Kita mulai dari hutan belakang Villa" Ajak Jefri memberi saran.

"Jangan dulu, sebaiknya ke arah danau tempat di mana kita menemukan Airin" Cegah Chandra dan semuanya sepakat untuk memulai pencarian dari sana.