104 – Ketika Dunia Terbakar: Dampak Global Dana Perang dan Bitwhale:
---
Maret 2018, Dunia Terguncang.
Israel secara resmi mengumumkan penutupan total Jalur Gaza, menyusul gelombang serangan roket balasan dari Hamas setelah terbongkarnya dana 30 miliar dolar dari CAA (aliansi keluarga Nava, Melon, Bosch, dan Pentagon diam-diam). Dalam waktu 48 jam, lebih dari 700 serangan udara Israel menghantam wilayah Gaza, menghancurkan infrastruktur vital, rumah sakit, dan sekolah. Dunia bereaksi cepat.
PBB, Uni Eropa, Liga Arab, dan negara-negara ASEAN mengecam keras tindakan Israel. Namun, dukungan diam-diam dari kekuatan ekonomi besar di balik CAA membuat tanggapan dunia sebatas diplomasi dan kecaman.
Sementara itu, dunia Muslim meledak dalam kemarahan.
Kantor Bitwhale, Bitcapital, dan anak-anak perusahaannya diserang secara brutal di lebih dari 30 negara mayoritas Muslim. Di Jakarta, Kairo, Islamabad, dan Istanbul, kantor regional Bitwhale dibakar, karyawan diburu, dan aset perusahaan dilucuti. Beberapa karyawan Bitwhale dilaporkan hilang atau terbunuh. Pemerintah setempat gagal memberikan perlindungan maksimal di tengah gelombang massa besar dan kelompok fanatik bersenjata.
Di waktu yang hampir bersamaan, serangan teroris terkoordinasi terjadi di Jepang, Korea Selatan, Jerman, Prancis, dan bahkan di Los Angeles, AS. Target utamanya: pusat data, markas pengembangan, dan fasilitas Bitwhale. Dalam waktu seminggu, jaringan teknologi global Bitwhale porak-poranda.
Dampaknya luar biasa:
BitPlay, platform video pendek & panjang dengan 2,5 miliar pengguna, lumpuh total di 17 negara.
BitMusic, layanan musik digital dengan 2 miliar pengguna, tak dapat diakses di 23 negara.
BitToken, cryptocurrency unggulan senilai 800 miliar dolar, mengalami crash sistemik hingga 41%.
AI Chat Red Queen, yang biasa digunakan oleh lebih dari 1,3 miliar pengguna setiap hari, mengalami delay, bug, dan penurunan kualitas respons drastis di kawasan tertentu.
Growtopia, Titans Three, Astral Genesis, tiga game raksasa yang dimainkan miliaran orang, terganggu dan diserang DDoS.
BitVerse dan BitShop, layanan distribusi game dan e-commerce global, gagal beroperasi di seluruh Timur Tengah dan Asia Selatan, memicu kebangkrutan lebih dari 50.000 mitra bisnis kecil.
Gelombang Islamofobia melonjak di media sosial. Pengguna non-Muslim di Barat mengutuk serangan teroris terhadap Bitwhale dan menyalahkan komunitas Muslim secara kolektif. Perpecahan digital dan sosial global pun tak terhindarkan.
Tagar seperti #SaveBitwhale, #BoycottExtremism, dan #TechFreedom mendominasi tren global. Pemerintah AS, Jepang, dan Uni Eropa didesak warganya untuk segera mengamankan layanan Bitwhale, karena miliaran pengguna tergantung padanya setiap hari.
Arvid Nava, kepala keluarga Nava, langsung mengadakan pertemuan darurat virtual dengan Wiliam James Nava, Milim Nava, dan direktur teknologi Bitwhale. Red Queen menyarankan isolasi sistem dari seluruh konektivitas eksternal dan relokasi server cadangan ke fasilitas bawah tanah di California dan Swiss.
Dampak ekonomi dan sosial luar biasa besar, lebih dari 380 juta orang kehilangan akses ke mata pencaharian digital, platform hiburan, dan transaksi e-commerce. Negara-negara berkembang di Asia dan Afrika yang bergantung pada ekosistem Bitwhale mengalami guncangan ekonomi terbesar sejak krisis global 2008.
---