BAB 7 : AWAL KEKACAUAN

07:00 – Kantin Utama, Akademi Zenith

Pagi itu terasa berbeda. Langit buatan di atas kubah Zenith tampak sedikit berkedip—seolah cuaca tak bisa disimulasikan dengan sempurna.

Para siswa berdatangan seperti biasa, tapi bisik-bisik dan tatapan mencurigakan terasa menyelimuti ruangan.

Kael duduk bersama Selene dan Nyx. Mereka berpura-pura biasa, tapi jelas mereka tahu: data yang mereka curi kemarin mulai berdampak.

"Penyebaran hanya sebagian, bukan?" tanya Selene.

Kael mengangguk. "Hanya cukup untuk mengguncang, belum menjatuhkan."

Nyx menyeringai tipis. "Tapi reaksi mereka menunjukkan satu hal: sistem ini lebih rapuh dari yang kita kira."

Baru saja Kael hendak menjawab, layar besar di kantin menyala sendiri. Suara datar khas AI berbunyi:

> "Pengumuman mendesak: seluruh siswa tingkat atas diminta ke aula utama. Kehadiran wajib."

---

08:12 – Aula Utama, Zenith

Direktur sekolah, Profesor Artheim, berdiri di atas podium. Di belakangnya, sosok asing berjubah abu-abu berdiri tanpa ekspresi.

Kael mengamati. Iris matanya menyempit.

Sosok itu... terlalu diam. Terlalu "tepat."

Artheim berbicara.

"Dalam beberapa waktu terakhir, telah terjadi penyimpangan sistem internal. Untuk menjaga stabilitas, kami akan melakukan audit reputasi serta klasifikasi ulang siswa."

Seluruh ruangan gempar.

Dan saat itu, si pria berjubah melangkah maju.

"Nama saya Veyron. Saya ditugaskan oleh Komite Rekonstruksi Intelektual. Mulai hari ini, saya akan menjadi bagian dari dewan pengawasan khusus."

Mata Kael melebar sedikit. Veyron. Nama yang pernah ia baca di file rahasia kemarin.

> "Veyron: Subjek awal Project Mirage. Menghilang sepuluh tahun lalu. Kemungkinan besar tidak mati."

"Ini buruk..." gumam Kael.

---

09:25 – Lorong Belakang Sayap Timur

Kael melangkah cepat. Tapi langkahnya dihentikan.

"Kael."

Suara itu... berat. Dingin. Namun familiar.

Ia menoleh.

Veyron berdiri di sana. Senyumnya tipis, dan matanya... nyaris tak manusiawi.

"Kau sudah tumbuh... seperti yang diharapkan."

"Jadi kau bagian dari ini semua?" tanya Kael, tetap tenang.

Veyron tertawa pelan.

"Kael, kau bukan pemberontak. Kau adalah penerus. Kau hanya belum sadar akan naskah yang telah ditulis untukmu."

Ia mendekat.

"Dan sekarang, waktunya untuk memilih. Melawan... atau mengambil takhta sistem ini."

Kael balas menatap. "Aku menulis naskahku sendiri. Dan jika takhta itu harus hancur agar semua bebas, aku akan jadi penjagalnya."

---

10:40 – Ruang Komunal Lantai Empat

Selene dan Nyx mendengar kabar konfrontasi itu dari rekaman drone tersembunyi.

"Dia ingin Kael kembali ke sistem lama," kata Selene pelan.

Nyx menatap ke jendela. "Lalu apa yang akan Kael lakukan?"

Selene diam.

Nyx berbisik, "Kalau dia jatuh... kau akan tetap bersamanya?"

Selene menatap Nyx dalam-dalam.

"Aku tak akan biarkan dia jatuh. Kalau perlu... aku akan ikut menariknya kembali dari kegelapan."

---

Konflik utama mulai terbuka. Veyron—sosok dari masa lalu dan sistem lama—datang membawa dua pilihan: menguasai atau dihancurkan. Tapi Kael bukan boneka. Dan ia sudah punya rencana yang bahkan sistem tak bisa deteksi.

22:14 – Ruang Arsip Tersembunyi, Bawah Tanah Akademi Zenith

Ruangan ini bahkan tidak tercatat dalam blueprint kampus. Tapi Kael tahu tempat ini—ia menemukannya bukan karena petunjuk sistem, tapi karena instingnya... dan ingatan samar yang bukan berasal dari dirinya sekarang.

Di dalamnya, sudah ada tiga orang menunggu. Tiga siswa elit yang selama ini tampak biasa saja, tapi Kael tahu... mereka seperti dirinya—pura-pura tidur, padahal matanya tak pernah lepas dari panggung utama.

Yang pertama bicara adalah Auren, murid sains yang terkenal tidak pernah ikut campur.

"Jadi, kita semua sadar sistem ini rusak."

Yang kedua, Reine, gadis pendiam dari divisi strategi: "Atau lebih tepatnya... dirancang untuk menekan kita."

Yang ketiga, Zeke, atlet genius yang sebenarnya menyembunyikan IQ 200: "Dan kau, Kael. Kau pusat dari semuanya. Veyron tidak menyebut namamu sembarangan."

Kael hanya tersenyum.

"Aku tidak butuh pemuja. Aku butuh pemain catur."

Auren menyeringai. "Bagus. Karena papan ini sudah retak."

---

Sementara itu – Di Luar

Selene duduk di ruang observasi, matanya menatap langit buatan yang mulai glitch.

Nyx berdiri di belakangnya.

"Kau tahu dia menyembunyikan sesuatu lagi, kan?" tanya Nyx datar.

Selene mengangguk. "Tapi dia selalu punya alasan."

Nyx tak menjawab. Ia hanya maju, lalu duduk di samping Selene.

"Kalau kau tahu dia akan mati demi menjatuhkan sistem ini, kau akan ikut?"

Selene terdiam, lalu menjawab lembut.

"Aku akan mati duluan sebelum membiarkannya sendirian."

Nyx menunduk.

"…Kita sedang jatuh cinta pada musuh dari dunia ini, ya?"

Selene tersenyum pahit.

"Dan mungkin... dia juga sedang jatuh cinta pada kita, tapi terlalu takut untuk menunjukkannya."

---

01:00 – Atap Akademi

Kael duduk di sana, angin malam bertiup pelan. Ia mengaktifkan layar kecil holografik, menampilkan nama-nama yang pernah terhapus dari sistem. Termasuk... namanya sendiri.

Langkah lembut terdengar.

Selene datang lebih dulu. Tanpa bicara, ia duduk di sebelah Kael. Mereka diam. Tapi... jarak antara mereka sangat dekat.

Beberapa menit kemudian, Nyx juga muncul. Ia duduk di sisi lain Kael.

"Romantis ya," ucap Nyx pelan. "Dua gadis, satu lelaki misterius, dan dunia yang ingin membunuh mereka."

Kael terkekeh.

"Aku lebih suka menyebutnya... strategi bertahan hidup yang kebetulan menyenangkan."

Selene tertawa kecil.

"Aku tak butuh alasan untuk tinggal di sisimu, Kael."

Nyx menatap Kael dalam.

"Kalau aku tetap tinggal... jangan suruh aku pergi saat kau memutuskan untuk menghancurkan segalanya."

Kael menoleh pada mereka berdua. Untuk pertama kalinya—matanya menunjukkan sesuatu yang lebih dari logika. Emosi. Luka. Harapan.

> "Kalian terlalu berharga untuk dimasukkan ke dalam rencanaku. Tapi jika kalian memilih tinggal... maka aku akan pastikan kalian tidak terbakar saat dunia ini mulai runtuh."

--

Tiga aliansi kini terbentuk: Kael dan "Bayangan dalam Panggung", Selene dan Nyx di sisi emosional, dan Veyron dengan sistem lama yang mulai menggeliat kembali. Tapi yang belum diketahui siapa pun: Kael... menyimpan satu kebenaran terakhir. Tentang asalnya. Tentang kenapa dunia ini menciptakan sistem yang begitu kejam—dan siapa sebenarnya yang ada di balik semuanya.

---