Di jantung benua kedua, jauh menembus lebatnya hutan purba yang bahkan cahaya pun enggan masuk, berdiri sebuah bangunan kuno. Lumut menutupi dinding batunya, akar-akar pohon menggenggamnya erat seakan mencoba menguburnya selamanya. Bangunan itu diam… bisu selama seratus tahun lamanya.
Hari itu, langit begitu cerah. Angin berhembus lembut membelai dedaunan, burung-burung mistik bernyanyi merdu di antara dahan. Suara aliran sungai kecil mengalun tenang. Alam Tegah, khususnya benua kedua, sedang dalam pelukan kedamaian yang tak terganggu.
Namun, kedamaian itu hanya sementara.
Awan gelap mulai berkumpul dari segala penjuru, menelan langit dalam hitam kelam yang tak biasa. Guruh menggema. Petir menyambar liar tanpa ampun. Hujan deras mengguyur seperti amarah langit yang dilepaskan. Angin membentuk pusaran besar, menciptakan tornado yang meluluhlantakkan hutan, desa, bahkan lautan.
Tanah bergetar. Retakan menjalar dari dasar bangunan kuno itu. Batu-batu besar runtuh, simbol-simbol kuno bersinar lalu pecah. Dan akhirnya—segel yang telah menahan sesuatu selama satu abad… pecah.
Cahaya menyembur ke langit, menembus awan hitam, membelah langit dan bumi.
Itu adalah pertanda.
Satu dari sembilan ramalan bencana… telah terwujud.
Di seluruh penjuru dunia, ada yang gemetar ketakutan, ada yang memeluk anak mereka sambil berdoa. Tapi tak sedikit pula yang menggertakkan gigi mereka dalam amarah dan dendam.
Dari reruntuhan bangunan itu, dua sosok melangkah keluar perlahan, dibalut oleh sisa cahaya segel yang berkilau samar.
Yang pertama, Rion—tingginya menjulang dengan rambut hitam sebahu yang berayun tiap kali angin menerpa. Matanya seperti berlian—putih bersih dengan semburat biru lembut, dan pupilnya berbentuk vertikal menyerupai mata predator. Di tubuhnya terlihat bekas rune-rune kuno yang bersinar samar, peninggalan dari segel ribuan mantra. Ia mengenakan jubah panjang hitam kelam bertali merah darah, dan di pinggangnya tergantung sarung pedang tua berukir lambang Vernhart.
Di sampingnya, Elis—berpostur sedikit lebih kecil, dengan rambut ungu gelap panjang yang bergerak liar diterpa angin. Kedua matanya memancarkan cahaya kuning cerah, nyaris seperti matahari itu sendiri, dan pupilnya pun berbentuk vertikal, sama seperti Rion. Gaun tempurnya yang robek memperlihatkan sisa simbol segel di tubuhnya, dan di lengannya tergenggam senjata kecil berbentuk gelang berduri yang memancarkan aura tidak wajar.
---