WebNovelTheChain100.00%

Mimpi buruk (7)

7 tahun yang lalu, terjadi ledakan bom di Hotel Oktagram, seluruh bangunan hancur dan hanya tersisa puing-puing reruntuhan yang rapuh dan bisa Jatuh kapan saja.

Raven terbangun di Antara Puing-puing.

“Dimana? Siapa? Kenapa,huh?” Raven bertanya dengan bingung, dia Merasa melayang dan Setengah pudar.

Raven memperhatikan sekitarnya dengan Enggan.

Banyak mayat Orang-orang Berserakan, sebelumnya mereka berlari seperti domba yang takut akan terkaman serigala.

Sekarang mereka Tewas mengenaskan.

Sebuah takdir yang menunggu domba-domba malang.

Kematian yang tak terhindarkan.

“Ayah..! ibu..! kakak!!” Seorang anak kecil menangisi Keluarganya yang tertimpa puing-puing seukuran Mobil, dia tidak bisa menahan rasa sedih dan tangisan nya.

Merasa seperti hidupnya dan segala nya telah berakhir, tidak ada kesedihan Lain yang bisa dia ingat Selain kesedihan yang dia alami saat ini. Dia sudah begitu putus asa.

Crack!!

Anak kecil itu tertegun.

Sebuah Besi penyangga bangunan yang rapuh Tiba-tiba longsor dari atas puing puing dan menggelinding ke arah nya.

“……” Bocah itu hanya terdiam, memperhatikan Besi itu terjatuh padanya, dalam waktu kurang dari 3 detik, dia akan tewas.

Raven yang melihat ini ingin mencoba menghentikan nya dan berlari ke arah anak kecil tersebut dan mendorongnya menjauh, Tapi Tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak. Meskipun dia mencoba nya berkali-kali, sama sekali tidak berguna.

Sesuatu yang tak terlihat telah menahan nya.

Anak kecil itu hanya menutup mata nya seolah dia memang sudah mengerti apa itu takdir. Dia menanti kematian nya dalam mata yang tertutup dan berharap Tidak ada rasa sakit.

Secara tiba-tiba Sebuah Siluet hitam Menghampiri anak itu dan menahan Besi yang mengarah pada nya dengan tangan kosong.

Itu adalah Seorang pria berjas Hitam dengan dasi hitam dan Topeng putih dengan bagian mata yang terbuka, Pria itu menahan Besi di tangan nya dan melemparkan nya ke sisi lain.

Anak kecil itu merasakan secercah Harapan setidaknya Harapan Untuk melanjutkan hidup. Meskipun rasa sedih telah mengubur hati nya.

Anak kecil itu menatap Pria yang menyelamatkan nya.

Entah bagaiamana dia mengetahui arti Tatapan di balik topeng pria itu.

Penderitaan.

Pria itu tampak sangat kosong, mata nya yang merah benar-benar hampa dan gelap dan pupilnya yang sedikit Unik bisa menarik siapa saja, siapapun yang melihat mata nya, mungkin akan merasa seperti terjebak dalam kegelapan abadi.

Kenapa tatapan nya terlihat seolah seperti dia memahami dunia ini..? Anak kecil itu bertanya dalam pikiran nya.

Meskipun Ini bukanlah Yang bisa di pikirkan anak seumuran nya, tetapi dia hanya berpikir secara rasional dan logis.

Pria itu terlihat seperti mayat hidup ketimbang manusia.

Dia sama sekali tidak mengerti..

Pria itu menunduk untuk memandang Anak kecil itu dan bertanya dengan Nada kosong “Siapa namamu,Nak?”

Anak kecil itu membuka mulutnya dan berkata “Namaku-“

Sebelum anak itu bisa mengucapkan namanya Sebuah Rantai dengan Keras menarik kaki Raven kedalam tanah dan membuatnya syok.

Brukk!!

Raven terbangun dan mendapati dirinya terjatuh dari atas..ranjang?

“Hah?” Raven melongo dan mencoba mencerna apa yang Terjadi dan apa yang dia lakukan disini.

“Mimpi itu lagi..sialan..kenapa saat bagian-bagian terakhir aku selalu terkejut, padahal Bagian itu sudah terulang-ulang puluhan kali dalam mimpi..” Raven mendesah Frustasi.

“Sungguh tidak baik untuk kesehatan jantungku..”

Dia melirik dan mengamati Dimana dia berada, terdapat Sebuah Ranjang single bed yang baru saja dia tempati , lemari, Pintu kayu coklat yang mengarah ke Arah Kamar mandi, wastafel yang bersih dan berberapa pakaian bersih.

Jadi, dimana ini? Hotel? Motel? Apartemen?

Brakk!! Pintu terbanting dengan sangat keras.

“HUAKK!!” Raven melompat ke belakang dengan panik. Dia terlihat seperti kucing Yang terkejut dengan barang jatuh.

“Yooo! Raven!!” Hugo menghampiri dari balik pintu

Seorang gadis yang terlihat periang dan pria dengan fitur wajah yang dingin Juga muncul setelah Hugo. Mereka adalah Ciya dan Dizi.

“HUGO! Kau seharusnya tidak menghancurkan Pintu lagi, ini sudah yang ke..” Ciya berpikir “..ke berapa, Dizi?

“27.” Dizi menjawab cepat.

“Yap!yap! 27!” Ciya mengangguk bangga.

Dia bahkan sebenarnya tidak menduga jika Hugo sudah menghancurkan 27 pintu milik Divisi 4.

Kenapa dia begitu bangga?

Ini bukan pertama kalinya Hugo menghancurkan Pintu, dia bahkan seringkali lupa bagaimana cara membuka dan menutup pintu.

Dizi berjalan mendekati Raven dan memberi salam.

“Selamat pagi, Kau sudah bangun? Terlihat seperti kau mengalami mimpi buruk,.. Kau tertidur semalam, jadi Hugo membawamu kemari, Mulai sekarang ini adalah Ruanganmu, gunakan saja sesukamu, Untuk pintu nya..Biar ku urus nanti.”

Dizi mengambil jeda sebentar dan melanjutkan.

“Dan, Redemption akan Datang siang nanti untuk mendiskusikan sesuatu, datanglah ke Ruang Pertemuan di aula.” Dizi mengangguk pelan dan pergi, Di ikuti oleh Hugo dan Ciya.

“…..”

“Gila..dia menghancurkan pintu kayu yang kokoh dengan Satu pukulan tangan..?” Raven tidak percaya dia mungkin sedikit kagum.

Apakah dia sebenarnya monster yang menyamar menjadi manusia? Bagaimana bisa mereka bertiga Berteman?.

Pukul 1 siang, Aula Divisi 4

Anggota Utama termasuk Raven berkumpul sekarang, Meskipun tidak semua anggota Utama berkumpul, Crimson tetap mengadakan Pertemuan.

“Semuanya sudah berkumpul? Crimson hanya tersenyum seperti biasa.

“Aku mau langsung ke intinya saja, Akan di adakan pertemuan “Seven Guard” 1 hari lagi. Kuharap ada yang menemani ku kesana sebagai wakil, jadi tanpa basa-basi aku akan memilih…. Raven! sebagai wakil ku kali ini.”

“Yah..agar adil harus bergantian,kan?”

Ciya mengangkat tangan “Jadi,kenapa aku tidak boleh ikut?? Aku juga mau kesana..”

“Kau masih kecil dan di sana penuh dengan orang-orang absurd, Bagaimana jika kau bertemu dengan masalah? Aku tidak akan bertanggung jawab lho..??” Crimson berkata dengan nada main-main.

Ciya hanya cemberut dan memalingkan wajah dengan kesal, dia sudah terbiasa menerima penolakan Seperti ini.

“Tidak apa,kan, dizi? Crimson bertanya.

“…Tidak masalah, aku juga bosan melihat wajah Mu jika kita bertemu sesering ini.” Dizi menjawab tanpa Ragu.

Dia sama sekali tidak keberatan.

“Yah,yah sebagai gantinya aku akan memberimu akses sebesar 50% dari Ruang Kendali,bagaimana?”

Dizi terlihat sedang mempertimbangkan. “Tidak buruk.”

“Yah..Anu..sebelum itu, Apa itu Seven Guard..?” Raven bertanya dengan Penasaran.

Dia belum pernah mendengar apapun soal topik ini.

Lagipula tidak ada yang mengungkitnya sebelumnya.

Dizi, Ciya Maupun Hugo tiba-tiba menegang saat Raven menyebutkan Seven Guard, mereka mengalihkan pandangan ke arah yang berlawanan dari Crimson seolah tidak ingin membuat Masalah.

Crimson melirik ke arah dizi dan anggota Utama lain dan tersenyum dengan kedutan mata “Kalian..belum menjelaskan apapun padanya atau apa?”

Hal buruk mungkin terjadi.