Hari itu langit biru tanpa noda awan, matahari bersinar lembut. Yin Yue berdiri di samping kaca jendela besar, memandang ke arah bangunan-bangunan tinggi di kompleks perkantoran sekitarnya. tangannya memegang secangkir kopi. ia baru saja menyelesaikan serangkaian kode software aplikasi terbaru yang sedang dalam tahap akhir. hari ini sebenarnya adalah hari ulang tahunnya, namun Yin Yue lebih suka menghabiskan waktunya di kantor.
Yin Yue bukan tipe orang yang suka pesta. Jadi ketika notifikasi dari kalender digitalnya berbunyi pelan di sudut kacamatanya — "22nd Birthday - Today" — ia hanya mendengus pelan dan menyeruput kopi tanpa gula yang sudah mulai dingin.
"Selamat ulang tahun, bos! Semoga kamu lebih sering tersenyum dibanding firewall terbaru kita," suara riang itu datang dari earbud-nya.
Yin Yue mengerjapkan mata, lalu melirik ke tampilan hologram kecil yang melayang di depannya. "Pix, itu bukan ucapan ulang tahun. Itu penghinaan berteknologi tinggi."
"Tapi akurat!" sahut Pix ceria. AI ciptaannya sendiri itu memang bawel, kadang sok tahu, tapi di hari-hari sepi seperti ini, Pix adalah satu-satunya suara yang terasa akrab.
Hari itu adalah hari minggu, yang seharusnya jadi hari libur. Tapi di kantor pusat ArchaByte — perusahaan cyber defense dan pengembang game milik Yueyue — tak ada yang benar-benar berhenti bekerja. Dunia tidak tidur, dan peretas juga tidak ulang tahun.
Yin Yue menyusuri lorong kaca kantor menuju ruang riset, saat sebuah notifikasi masuk ke jam pintarnya: “Pengiriman Lelang #947: Telah tiba dan ditandatangani atas nama: Ming Xiu.”
Ia berhenti.
Jantungnya tiba-tiba berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya. Tidak. Lebih tepatnya: terlalu cepat untuk seseorang yang biasanya tidak punya waktu untuk memikirkan detak jantung.
Ia belum melihat Ming Xiu selama dua bulan. Kekasih masa kecilnya itu sedang mengurus ekspansi proyek real estate di utara — di mana koneksi internet sekelas siput mabuk.
Saat ia kembali ke ruang utamanya, seseorang sudah menunggunya di sana.
Tinggi. Tampan. Senyum tipis yang hanya muncul saat melihat dirinya.
"Selamat ulang tahun, Yueyue."
Yin Yue hanya sempat membuka mulut setengah detik sebelum sebuah kotak kecil disodorkan ke arahnya.
"Dari lelang barang kuno di Praha. Jangan tanya harganya, kamu akan mencak-mencak."
Ia membuka kotaknya pelan. Di dalamnya, terletak sebuah kalung dengan liontin giok putih berbentuk teratai. Murni. Halus. Seolah bisa menyerap cahaya.
“Kalung itu... aku nggak tahu kenapa, waktu lihat langsung aku kepikiran kamu. Kayak... manggil.” Kata Ming Xiu pelan.
“Kamu tau aku ga suka perhiasan,” Yin Yue bersenandung.
"Itu bukan perhiasan. Itu jimat keberuntungan," katanya setengah menggoda.
Yueyue tertawa pelan, menggeleng tak percaya. “Kamu mulai ngomong kayak protagonis drama fantasi.”
Ming Xiu hanya tersenyum, lalu tanpa menunggu izin, ia memasangkan kalung itu di leher Yueyue.
“Pakai terus. Siapa tahu bawa hoki,” ucapnya ringan, tapi nada suaranya dalam, serius.
Entah kenapa, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama... ia merasa ingin menangis. Tapi tentu saja tidak jadi.
"Terima kasih..." ucapnya pelan.
Yueyue meraba liontin itu, jari-jarinya menyentuh permukaannya yang dingin dan lembut. Dia tidak tahu. Tidak ada yang tahu.
Bahwa tiga bulan dari hari itu, langit akan berubah menjadi merah, dunia akan berteriak, dan kemanusiaan akan tenggelam dalam bau darah dan daging mentah.
Dan kalung itu... akan menjadi satu-satunya alasan kenapa dia bisa hidup kembali.