Langit malam seharusnya gelap.
Tapi malam itu — tidak. Langit tampak seperti luka terbuka yang menganga merah, mencakar-cakar atmosfer dengan cahaya menyala-nyala. Di tengah pusat kota, orang-orang berhamburan keluar rumah, wajah-wajah mereka memantulkan kebingungan dan ketakutan.
Di apartemennya yang terletak di lantai 29, Yin Yue berdiri terpaku di balik jendela.
Tangannya masih menggenggam tablet — notifikasi darurat berderet seperti parade neraka: “Fenomena langit abnormal terdeteksi.” — “Benda luar angkasa memasuki atmosfer bumi.” — “Himbauan untuk tetap berada di dalam rumah.”
Pix, yang sebelumnya hanya tertanam dalam tablet Yueyue, kini telah dikembangkan dan dimodifikasi ke dalam chip yang disematkan ke dalam jam tangan pintar, dan di sinkronisasi dengan gelombang otak Yueyue. Pix kini bisa tampil dalam bentuk apa saja, dan kali ini dia muncul sebagai hologram kucing kecil di sudut meja. Pix menoleh dengan telinganya yang ikut menyala merah. "Uh... Yueyue? Aku punya 99 alasan untuk panik dan satu saran yang sangat sopan: kita. harus. kabur."
"Kabur ke mana?" gumam Yueyue. Suaranya tetap tenang, tapi dahinya sudah basah.
Sebuah ledakan cahaya menyambar langit seperti petir abadi. Lalu yang lain. Dan yang lain.
Meteor. Mereka tidak jatuh. Mereka menghantam.
Tiga titik di kejauhan — seperti dewa-dewa pemarah yang menjatuhkan palu mereka — menghantam permukaan bumi dengan kekuatan yang memekakkan telinga. Bahkan dari radius ratusan kilometer, gedung-gedung berguncang seperti batang korek.
Pix mengecilkan tubuhnya, berubah jadi bola cahaya kecil yang berputar di sekeliling Yueyue. “Mending kita stay low. Sesuatu bilang ini bukan meteor biasa.”
Dan benar saja.
Beberapa menit setelahnya, dunia mati. Secara harfiah.
Listrik padam. Sinyal hilang. Mobil berhenti di tengah jalan. Drone jatuh dari langit. Alat pacu jantung berhenti.
“Yueyue! Sinyal satelit jatuh drastis. Semua perangkat elektronik aktif langsung mati!”
Yueyue mengangkat kepala. “Radiasi elektromagnetik dari meteor... kalau perangkat nyala saat gelombangnya menyebar, langsung rusak permanen.
Untungnya, jam tangan pintar dan tablet ditangan Yueyue telah dilengkapi perangkat anti radiasi elektromagnetik, produk baru yang diluncurkan perusahaannya, namun belum dipasarkan.
“Yueyue! Sinyal satelit jatuh drastis. Semua perangkat elektronik aktif langsung mati!”
Yueyue mengangkat kepala. “Gelombang elektromagnetik tinggi dari meteor... kalau perangkat nyala saat gelombangnya menyebar, langsung rusak permanen.”
Yueyue memanfaatkan cahaya dari tabletnya, mengambil laptopnya dan meyalakannya. Laptop menyala.
“Hmm.. untungnya benda elektronik yang dalam keadaan mati tidak terpengaruh” Yueyue berusaha mencari berita diluar, tetapi tidak menemukan apa-apa. Dunia seakan-akan lumpuh total.
Yueyue mengeluarkan perangkat penguat sinyal dan menyambungkannya dengan laptopnya, setelah beberapa saat, dia berhasil menemukan satelit dari negara M yang masih bertahan. Yueyue berhasil meretas beberapa pemantauan di negara M yg secara ajaib masih aktif. Dan saat itulah ia melihat... mereka muncul.
Gelombang manusia pertama yang terinfeksi berjalan pelan. Matanya kosong. Mulutnya terbuka setengah, mengeluarkan suara aneh seperti geraman bercampur air liur. Ia menyerang orang terdekat tanpa peringatan, mencabik kulit dan daging seperti binatang liar.
Meteor itu membawa virus. Virus yang menyerang sistem saraf manusia, menghapus logika dan perasaan, menyisakan hanya satu insting dasar: makan. Mereka yang terinfeksi tak lagi bicara, tak lagi berpikir. Mereka memburu daging—baik manusia maupun hewan—tanpa rasa sakit dan tanpa lelah. Yueyue terpana…. Dunia benar-benar berubah hanya dalam satu malam.
"Yueyue... Yueyue..!!", pintu apartemen digedor dari luar.
"Xiu,,,!!", Yueyue berlari membuka pintu.
"Yueyue.. kamu baik-baik saja ?", Ming Xiu memeluk Yueyue dengan panik.
"Xiu... sesuatu telah terjadi... Dunia ini kiamat"
Ming Xiu terdiam, hanya mempererat pelukannya.