Bab 3: Tiga Tahun Kemudian: Pengkhianatan

Hari itu hujan turun deras, membasahi puing-puing gedung dan kendaraan terbengkalai yang sudah ditelan alam. Dunia sudah bukan tempat yang sama. Jalanan dipenuhi lumut dan akar pohon liar, dan udara berbau besi karat, dan darah.

Yin Yue menarik hoodie hitamnya lebih rapat, menatap ke arah gerbang pangkalan besar yang menjulang dengan pagar listrik dan menara pemantau di setiap sudut. Pangkalan Sentinel—salah satu dari sedikit tempat aman yang tersisa di dunia. Tempat di mana manusia berusaha menjadi manusia lagi.

1 bulan setelan kejatuhan meteor, dia dan Ming Xiu di rekrut oleh tentara untuk memasuki pangkalan manusia, yang didirikan oleh pejabat setempat, lalu kemudian disebut Pangkalan Sentinel.

Selama tiga tahun terakhir, Yueyue telah bertahan, bukan hanya karena kecerdasannya, tapi karena satu hal: dia tidak percaya siapa pun dengan mudah. Tapi di tempat ini, dia mulai melonggarkan batas itu—sedikit.

Ia menyumbangkan semua teknologi komunikasi dan sistem keamanan untuk pangkalan, memperbaiki jalur sinyal pendek jarak menengah, dan menciptakan sistem deteksi zombie berbasis gelombang otak yang... belum sempurna. Tapi setidaknya bekerja.

Di luar, zombie semakin liar. Virus berkembang. Beberapa dari mereka bahkan mulai berevolusi. Gerakan lebih cepat, naluri lebih tajam. 

Yueyue menyebutnya: Alpha Strain.

“Yue, rapat dewan 5 menit lagi.”

Suara itu datang dari Jun, kepala teknis pangkalan. Ramah, terlalu ramah. Tapi Yueyue hanya mengangguk tanpa melihat.

Pix muncul dari jam tangan pintarnya sebagai ikon kecil berbentuk rubah dengan kacamata.

"Aku nggak suka Jun. Dia punya muka kayak orang yang suka bilang 'ini cuma bug kecil' padahal habis ngehapus seluruh database," gerutu Pix pelan.

Yueyue mengabaikan komentar itu.

“Pantau zona timur. Kemarin sinyal gangguan tinggi.”

“Roger, Commander Jenius,” Pix membalas, lalu menghilang.

Yueyue berjalan ke ruang rapat bawah tanah. Tempat itu redup, temboknya dari baja bekas kapal selam, udara dingin dan lembap. Di dalam, beberapa petinggi pangkalan sudah duduk.

Termasuk... Jun. Dan satu wajah lain yang tidak asing.

Ming Xiu.

Ia duduk tenang di ujung meja. Rambutnya terlihat panjang, dan ada luka samar di pelipisnya.

Sudah tiga minggu sejak terakhir mereka bicara serius. Mereka berdua sangat sibuk sehingga hampir tidak mungkin untuk bertemu.

Saat meteor jatuh, Ayah Ming, Ibu Ming dan adik perempuan Ming Xiu, Ming Lan sedang berada di luar negeri karena Ming Lan mendapatkan beasiswa, dan mereka sedang meninjau sekolah. Mereka kehilangan kontak sejak saat itu. 

Ming Xiu tidak pernah menunjukannya, namun ia tahu bahwa hatinya sangat berat.

"Yueyue," sapa Ming Xiu singkat.

Ia hanya mengangguk. Hatinya lelah. Terlalu banyak kehilangan. Termasuk perasaan yang belum sempat diberi waktu.

Rapat berjalan cepat. Ada pembahasan tentang persediaan pangan, gangguan di Zona 4, dan yang paling krusial, penemuan jalur bawah tanah yang mengarah ke luar pagar.

Yueyue menunjukkan peta digital yang ia susun sendiri, memetakan risiko dengan algoritma miliknya.

Tapi tiba-tiba lampu mati. Sirene meraung. Dan ledakan terjadi di ruang penyimpanan bahan bakar.

Kekacauan pecah.

Yueyue segera mengaktifkan protokol darurat dari tablet modifikasinya. Pix menjerit di antar muka sistem,

"Ada sabotase! Zona 4 terbuka! Dan... oh no. Yue. Itu bukan zombie biasa!"

Layar menampilkan sekelompok makhluk mendekat. Tubuh besar, lari cepat, mata menyala kehijauan. Alpha Strain.

Yueyue berlari ke ruang kontrol, namun saat membuka pintu... ia membeku.

Jun berdiri di sana. Tangannya menekan tombol override sistem keamanan. Di belakangnya, dua orang lain bersenjata.

"Ku bilang juga apa, kamu terlalu pintar buat dunia ini," kata Jun. Wajahnya tersenyum tipis, senyum yang lebih tajam dari belati.

"Kenapa?" Yueyue menahan gemetar di suaranya. “Kita satu tim.”

"Karena kamu bikin pangkalan ini terlalu kuat. Terlalu mandiri. Beberapa orang di luar sana nggak suka. Mereka lebih suka kita tetap dalam ketergantungan terhadap mereka”.

Satu tembakan terdengar.

Pix menjerit dalam saluran privat.

“YUEYUE!!”

“YUEUE!!.... TIDAAAAKKKK…” Sebelum kehilangan kesadaran, dia masih mendengar suara Ming Xiu meneriakkan namanya..

Yueyue tersungkur. Dada dan punggungnya terasa panas—lalu dingin. Tubuhnya menghantam tanah, darah mengalir membasahi dadanya, dan membasahi liontin giok yang tersembunyu di balik bajunya.. liontin itu menyala. Yueyue merasa seolah-olah jiwanya tersedot oleh arus yang sangat kuat.

Cahaya menyilaukan memancar dari tubuhnya.

Dan di detik berikutnya...

Semua hilang.

Gelap.Sunyi.

Lalu...