Bab 4: Kembali ke Titik Awal

Rasanya seperti ditarik dari kedalaman laut. Dingin. Hampa. Berat.

Yin Yue terbangun dengan tarikan napas yang kasar, seolah paru-parunya baru saja diisi kembali setelah tenggelam terlalu lama. 

Matanya terbuka lebar, menatap langit-langit putih.

Ia duduk tegak di tempat tidur.

Nafasnya tercekat. Ini… kamar tidur di apartemennya. Tempat tidur dengan seprai abu-abu yang dikenalnya. Gorden bergaris. Harum minyak esensial lavender yang sangat disukainya.

Ia memeluk dirinya sendiri, tubuhnya gemetar. Ingatannya masih segar: tangisan orang-orang di jalan, suara raungan zombie, darah yang muncrat saat giginya menancap kulit seseorang, dan…Tembakan. 

Dada yang terasa panas. Sakit yang tak tertahankan. Pandangan yang menghitam.

Yueyue meraba dadanya. Tak ada luka. Tak ada bekas tembakan. Jantungnya berdetak normal.

“Pix?” bisiknya.

Seketika, cahaya biru kecil melompat keluar dari tabletnya dan membentuk wujud hologram kucing kecil. “Yueyue! Aku disini! Apa kamu lapar? Tapi kamu baru saja pulang makan malam dengan Ming Xiu!”

Yueyue terpaku. “Apa… kamu bilang?”Pix memiringkan kepala hologramnya. “Ulang tahunmu. Hari ini. 22 tahun. Kamu lupa?”

Gemetar mulai menjalar di ujung jari Yueyue. Ia bangkit, berjalan terpincang ke jendela, membuka tirai.

Langit berbintang. Bersih. Tak ada meteor. Tak ada kabut merah. Dunia masih utuh.

Jam digital di meja: 23:15 — Minggu, 4 Mei.

Hari ulang tahunnya. Tiga bulan sebelum kiamat.

Tangannya terangkat pelan ke leher. Ia meraba kalung… dan merasakan liontin giok putih berbentuk teratai tergantung di sana. kalung itu terasa hangat di tangannya.

Matanya melebar.

Kalung inj… seharusnya dia memakainya saat mati. Apakah kalung ini yang menghidupkannya kembali?.

“Pix,” bisiknya. “Kapan kamu terakhir online?”

Pix berkedip. “Baru saja. Sekitar pukul sebelas. Kamu baru tidur selama 15 menit.”

Yueyue memejamkan mata. Jadi… setelah dinner itu… setelah ia tertidur…

Ia tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Tapi sesuatu telah menariknya kembali ke masa lalu. Dan kalung itu… kalung giok itu pasti kuncinya.

Ia menggenggam liontin itu erat-erat. Jari-jarinya sedikit gemetar. Dia merasakan hangat terpancar dari giok itu.

Bukan mimpi. Ini kenyataan. Ia… hidup kembali.

Dan kali ini, ia tidak akan membiarkan siapa pun termasuk dirinya sendiri mengulangi kesalahan.