Malam itu, setelah keluar dari ruang teratai, Yueyue dan Ming Xiu duduk berhadapan di ruang tamu apartemen yang cukup mewah. Mereka tinggal di apartemen kelas atas, sebagai CEO perusahaan, mereka membutuhkan tempat tinggal dengan akses keamanan yang baik.
Yueyue mengeluarkan tabletnya, mengotak atik sebentar, lalu tablet itu menampilkan hologram peta tiga dimensi kota dan wilayah sekitarnya.
Pix melayang-layang di atas meja, hologram kucing kecil itu kali ini mengenakan kacamata bulat, serius layaknya profesor.
Yueyue menarik napas dalam. "Kita punya waktu... kurang lebih tiga bulan sebelum meteor jatuh."
Ming Xiu mengangguk. "Kita nggak bisa nunggu sampai dunia panik. Kita harus bergerak dari sekarang."
Pix menyisip riang, "Hitungan mundur dimulai! Mission: Save the World aktif!"
Yueyue mengetik cepat di tablet. "Pertama, kebutuhan darurat:
Makanan, minuman, pakaian, benih tanaman, Obat-obatan dan alat medis, Senjata dan amunisi, Kendaraan off-road dan bahan bakar. Peralatan survival."
Ming Xiu menambahkan, "Dan alat konstruksi. Kalau kita mau bangun tempat aman, kita butuh fondasi kuat."
Yueyue memperbesar bagian pinggiran kota di peta hologram. Ia menunjuk sebuah titik.
"Di sini," katanya. "Kompleks industri tua. Jauh dari pusat kota, dekat sumber air alami, dan jalur bawah tanah.
"Ming Xiu memiringkan kepala. "Tempatnya agak terpencil. Apa itu cukup aman?"
Yueyue mengangguk perlahan. "Dari yang aku tahu… zombie nanti akan berkumpul di pusat kota besar. Sedangkan di pinggiran seperti ini, lebih sepi di bulan-bulan awal."
Ming Xiu memandang peta itu dalam-dalam. "Kalau itu yang kamu lihat di masa depan... aku percaya."
Yueyue menoleh ke arahnya, sedikit terkejut dengan ketulusan di suaranya.
Ming Xiu tersenyum kecil, lalu dengan gerakan natural,mengulurkan tangan, mengusap lembut rambut Yueyue yang berantakan.
"Kita berjuang bareng, kan?" katanya pelan. “Aku di sini buat kamu. Sampai kapan pun.”
Yueyue terdiam sejenak, lalu mengangguk, merasakan kehangatan menjalar di dadanya.
Pix, tak mau kalah, tiba-tiba meloncat di atas meja dan berseru, “Aduh aduh! Kadar gula mendadak naik! Aku butuh sistem pendingin tambahan!”
Mereka tertawa kecil bersama.
Tapi tawa itu tak mengurangi keseriusan mereka.
Yueyue mencatat lagi di tabletnya.
"Kita juga harus pikirkan membentuk tim. Tapi hanya orang-orang yang benar-benar bisa dipercaya."
Ming Xiu menyenderkan punggung ke sofa, memandang langit-langit. “Aku punya beberapa orang dalam daftar. Bekas tentara, dokter, teknisi. Kita mulai dari situ.”
Pix memproyeksikan daftar analisa calon anggota berdasarkan loyalitas dan keahlian.
“Besok aku akan ke pusat kota untuk mengambil alih lahan bekas industri tersebut”, Ming Xiu menambahkan.
Malam itu, rencana pertama mereka terbentuk.
Bukan hanya rencana bertahan hidup. Tapi rencana membangun dunia baru.
Dan di dalam hati kecil Yueyue, untuk pertama kalinya, ada harapan bukan hanya untuk hidup,tapi untuk benar-benar bersama dengan orang yang ia cinta.