Hari ketujuh pasca hantaman meteor.
Minggu pertama sejak meteor menghantam telah berlalu. Dunia di luar Pangkalan Lotus masih diselimuti kegelapan yang pekat oleh asap dan debu, sesekali diterangi oleh kilatan petir aneh yang melintas di cakrawala. Di tengah kehancuran itu, kehidupan di dalam pangkalan terus berdenyut, mencari ritme baru di bawah kepemimpinan Yin Yue dan tim intinya. Rasa lega karena selamat mulai berbaur dengan ketakutan akan masa depan yang tidak pasti, namun harapan perlahan tumbuh di antara penghuni.
Di ruang komando utama, Yueyue menatap layar monitor yang menampilkan berbagai grafik dan citra. Meskipun Pangkalan Lotus telah berhasil melalui hantaman awal, ancaman di luar semakin nyata dan berbahaya. Laporan dari tim pengintai dan drone menunjukkan bahwa zombie semakin banyak, berkeliaran dalam kelompok yang lebih besar di area perkotaan yang hancur.
"Peningkatan signifikan jumlah subjek terinfeksi di radius 10 kilometer dari pangkalan," lapor Pix, hologramnya berputar serius, menampilkan peta anomali pergerakan zombie. "Mereka bergerak lebih terkoordinasi, seolah tertarik pada sumber daya atau hanya menyebar secara acak."
Ming Xiu menyilangkan tangan, matanya fokus pada peta. "Kita harus segera mengamankan area pertanian dan peternakan di luar tembok utama. Semakin lama kita menunda, semakin besar risiko yang kita hadapi."
Yueyue mengangguk. Dia telah merencanakan ini jauh-jauh hari. "Zhou Liang, Xia Feng, bagaimana rencana pembangunan tembok perimeter kedua untuk area luar pangkalan?"
Suara Zhou Liang terdengar mantap dari comm-link. "Kami sudah memetakan area. Akan membutuhkan waktu sekitar satu minggu penuh dengan tim konstruksi dan robot, ditambah perlindungan ketat dari tim keamanan. Desain tembok akan serupa dengan tembok utama, tapi lebih rendah, sekitar lima meter, dan difokuskan pada kecepatan pembangunan."
"Material sudah tersedia di gudang penyimpanan di dekat jalur bawah tanah," tambah Han Zhi. "Robot-robot konstruksi akan mengelola proyek ini secara otomatis di bawah pengawasan saya, dengan supervisi manusia di lapangan."
Xia Feng menambahkan, "Kita juga perlu memastikan jalur bawah tanah yang menghubungkan pangkalan utama ke area pertanian benar-benar aman dan tersembunyi. Tidak boleh ada titik lemah."
Siang itu, di Aula Besar Pangkalan Lotus, yang kini berfungsi ganda sebagai area makan dan ruang serbaguna, hiruk pikuk suara memenuhi ruangan. Para penghuni, baik karyawan lama maupun warga desa yang baru datang, mulai berinteraksi. Anak-anak bermain di salah satu sudut, sementara orang dewasa berbagi cerita tentang apa yang mereka alami di luar.
Seorang wanita muda bernama Sarah, yang dulunya adalah seorang manajer proyek di ArchaByte, tampak masih shock. Ia duduk di meja, hanya bisa mengaduk makanannya. "Aku tidak menyangka dunia akan jadi seperti ini. Aku melihat... aku melihat mereka," bisiknya pada rekannya, Alex. "Manusia memakan manusia. Itu... itu bukan mimpi, kan?"
Alex, seorang teknisi jaringan yang lebih pragmatis, mengangguk. "Kita beruntung berada di sini. Dinding itu... itu satu-satunya hal yang memisahkan kita dari neraka." Ia menatap jam tangan pintarnya, memeriksa berita internal pangkalan yang Pix siarkan: panduan hidup dasar, jadwal kegiatan, dan pesan motivasi dari Lin Mei.
Di sudut lain, Kepala Desa yang baru tiba duduk bersama beberapa warga desanya. "Kita harus berterima kasih pada Nona Yin," ujarnya pelan. "Dia sudah tahu ini akan datang. Tanah kita di luar... itu akan menjadi harapan baru kita. Kita harus membangunnya secepat mungkin."
Para petani dan peternak dari desa mengangguk. Bagi mereka, tanah adalah kehidupan. Mereka telah melihat keahlian Han Zhi dalam otomatisasi dan menyadari bahwa dengan bimbingan Pangkalan Lotus, mereka bisa menghidupkan kembali lahan di luar. Semangat mereka untuk menanam kembali membara, membayangkan tanah yang subur di bawah langit yang kini kelabu.
Di kantor pusat medis, Lin Mei sibuk dengan Dr. Chen dan tim genomika. Analisis sampel zombie terus berlanjut. "Virus ini tidak hanya mengubah perilaku, tapi juga struktur fisik secara cepat," kata Dr. Chen, menunjuk pada grafik. "Kami mendeteksi perubahan kepadatan otot dan respons saraf yang abnormal."
"Jadi, kita tidak hanya melawan mayat hidup, tapi juga organisme yang terus berevolusi," Lin Mei menyimpulkan, rahangnya mengeras. "Kita perlu protokol penanganan yang lebih ketat untuk kasus kontak atau gigitan."
Di ruang komando, Yueyue membuat keputusan. "Kita akan memulai pembangunan tembok perimeter kedua besok pagi. Zhou Liang, Xia Feng, kalian akan memimpin tim di lapangan. Han Zhi, robot-robotmu harus bekerja 24 jam penuh."
"Dan tim keamanan utama akan menjaga dari dalam, dengan dukungan senjata berat yang kita simpan di Ruang Teratai," tambah Ming Xiu. "Kita akan memastikan area itu steril dari zombie sebelum konstruksi dimulai."
Yueyue mengangguk. "Setelah tembok itu berdiri, kita akan mulai memindahkan hewan ternak dan benih dari Ruang Teratai ke area pertanian luar secara bertahap. Warga desa akan menjadi tulang punggung dari proyek pangan kita di luar."
Malam itu, Pangkalan Lotus diselimuti ketenangan yang tak biasa. Namun, di balik dinding baja, di bawah tanah yang luas, ratusan orang bekerja, membangun pagar harapan di tengah kehancuran. Di luar, asap tebal masih menyelimuti reruntuhan, namun dari balik bayangan itu, mata-mata lain mulai mengintai.
Di sebuah fasilitas bawah tanah yang jauh, Jun menatap layar yang menampilkan sinyal energi Pangkalan Lotus yang aktif. "Anomali itu... Mereka tidak hanya bertahan, tapi juga membangun," gumamnya, senyum tipisnya melengkung. "Dan mereka memiliki energi yang menarik perhatian."
Valerie Cheng, yang kini lebih banyak menghabiskan waktu mempelajari data intelijen yang dikumpulkan Ordo Genesis, mendekat. "Beberapa drone pengintai kita berhasil mendeteksi aktivitas konstruksi di area yang dulunya tersembunyi. Tembok baru sedang dibangun."
"Menarik," kata Jun, matanya berkilat dingin. "Mereka tidak hanya bertahan, tapi juga berani memperluas. Itu berarti mereka punya sesuatu yang kita inginkan. Pertahankan pengawasan. Jangan sampai mereka menyadari keberadaan kita yang sebenarnya. Saatnya tepat, kita akan mengambil apa yang kita butuhkan."
Di luar Pangkalan Lotus, di tengah puing-puing dan asap, sebuah bayangan drone tak dikenal melintas, bergerak nyaris tak terdeteksi, mengawasi setiap pergerakan, sebuah peringatan akan ancaman yang lebih besar dari sekadar mayat hidup.