Hari ke sepuluh pasca hantaman meteor.
Asap tebal masih mendominasi langit, namun di bawahnya, kerja keras di Pangkalan Lotus terus berlanjut tanpa henti. Suara gemuruh mesin-mesin konstruksi dan robot kini menjadi melodi rutin, bercampur dengan tawa dan percakapan samar para penghuni yang mulai menemukan kembali kehidupan di bawah kubah baja. Udara di pangkalan terasa lebih segar dan hangat, sebuah kontras nyata dengan dinginnya reruntuhan di luar.
Di area selatan pangkalan, pembangunan tembok perimeter kedua telah dimulai. Robot-robot konstruksi Han Zhi bekerja siang dan malam, mengangkat panel baja dan menuangkan beton dengan presisi yang luar biasa. Zhou Liang dan Xia Feng memimpin tim keamanan di lapangan, memastikan area tersebut steril dari zombie sebelum setiap bagian tembok didirikan. Mereka menggunakan drone pengawas untuk memantau setiap pergerakan di luar, menembak zombie yang terlalu dekat dari kejauhan, menjaga agar tidak ada yang bisa mengganggu pekerjaan.
"Tembok ini akan melindungi area pertanian kita, Yueyue," lapor Zhou Liang melalui comm-link, suaranya dipenuhi optimisme. "Ini akan menjadi batas aman untuk budidaya pangan."
Han Zhi sibuk di ruang kendali robot, matanya berbinar melihat kemajuan. "Dengan kecepatan ini, tembok lima meter itu akan selesai dalam kurang dari seminggu. Setelah itu, kita bisa mulai memindahkan hewan ternak dan benih ke lahan di luar."
Di ruang komando utama, Yueyue mengamati feed dari kamera VigilNet. Gambaran kota-kota besar masih mengerikan: puing-puing, asap, dan zombie yang berkeliaran. Namun, ada satu hal yang terus mengganggu pikirannya: kebisuan dari Echo_92-A dan aktivitas samar Ordo Genesis.
"Wen Ruo, apa ada sinyal dari Echo_92-A?" tanya Yueyue, suaranya tenang namun ada nada antisipasi.
Wen Ruo menggeleng, matanya terpaku pada konsolnya. "Masih nol. Mereka benar-benar diam sejak hantaman. Entah itu lockdown total, atau sistem mereka tidak sekuat yang kita duga." Ia mengerutkan dahi. "Tapi ini aneh, Yueyue. Jaringan sepenting itu tidak mungkin mati begitu saja. Terlalu banyak energi yang harus dipertahankan."
"Bagaimana dengan sinyal Ordo Genesis?" tanya Ming Xiu.
"Mereka masih ada," jawab Wen Ruo, menunjuk sebuah grafik. "Sinyal pengumpul data mereka masih aktif, tapi sangat samar. Mereka bergerak seperti bayangan. Mereka juga tidak menunjukkan pola komunikasi publik apa pun."
Yueyue menghela napas. "Mereka lebih licik dari yang kita duga. Jangan berhenti memantau."
Di pusat medis, Lin Mei dan tim genomika di bawah Dr. Chen bekerja tanpa lelah. Sampel zombie pertama telah dianalisis lebih dalam.
"Virus ini tidak hanya menyerang sistem saraf, tapi juga memodifikasi sel-sel otot dan tulang," jelas Dr. Chen, menunjuk pada mikroskop elektron di layar. "Itu yang membuat mereka kuat dan sulit dilumpuhkan. Dan yang lebih mengkhawatirkan… ada indikasi mutasi lingkungan yang cepat. Mereka beradaptasi dengan kondisi pasca-apokaliptik."
Lin Mei menghela napas. "Jadi, kita perlu metode pertahanan yang terus beradaptasi juga. Dan penawar virus ini akan semakin mendesak."
Di area pemukiman, kehidupan penghuni mulai stabil. Jadwal harian memberikan struktur di tengah dunia yang tak berstruktur. Anak-anak kini memiliki kelas-kelas darurat yang dipimpin oleh para guru yang dievakuasi, menggunakan jam tangan pintar sebagai papan tulis dan buku virtual. Ming Lan menjadi salah satu relawan yang paling antusias, membantu mengajari anak-anak dengan riang.
Nyonya Kim, yang dulunya sering cemas, kini mulai membantu di dapur umum, belajar resep baru dari robot Hana dan Raku (melalui feed video dari Ruang Teratai yang diawasi oleh personel inti). Ia merasa lega mengetahui pasokan makanan terus mengalir dari "gudang rahasia" pangkalan, meskipun dia tidak tahu persis di mana lokasinya. Ini memberikan rasa aman yang baru ditemukan.
"Aku tidak pernah membayangkan akan hidup seperti ini," bisiknya pada Paman Xu, yang sibuk mengangkut kardus makanan. "Tapi setidaknya, kita hidup. Kita punya rumah."
Paman Xu, dengan kebijaksanaan lamanya, hanya mengangguk. "Hidup itu adaptasi, Nyonya Kim. Selama ada harapan, kita akan terus bertahan."
Malam itu, di vila keluarga Ming yang terletak di komplek perumahan khusus dekat pusat komando, Yueyue duduk di ruang tamu bersama Ming Xiu, Ayah dan Ibu Ming, dan Ming Lan. Meskipun pangkalan telah menjadi benteng kokoh, keheningan di malam hari sering kali membawa kembali bayangan masa lalu. Vila itu, dengan dua lantainya, enam kamar yang nyaman, dan halaman kecilnya, adalah oase pribadi mereka di tengah hiruk pikuk pangkalan.
"Aku masih memikirkan Echo_92-A," gumam Yueyue. "Mereka mengirimkan sinyal yang begitu kompleks, lalu diam total. Itu tidak seperti sistem yang hancur, lebih seperti mereka sengaja memutus koneksi."
"Mungkin mereka sedang mengamati, sama seperti kita," saran Ming Xiu. "Atau mereka punya agenda sendiri yang sangat tertutup."
Ayah Ming mengangguk. "Itu lebih mungkin. Dunia baru ini akan penuh dengan kelompok-kelompok yang bersembunyi. Kita harus waspada pada semua sinyal yang datang."
Ming Lan, yang sedang bermain game di jam tangan pintarnya, tiba-tiba memecah keheningan. "Kak Yueyue, kalau Ordo Genesis itu jahat, berarti mereka juga bisa jadi zombie, kan?"
Yueyue terdiam. "Tidak, Lanlan," jawabnya pelan. "Mereka adalah manusia. Tapi mereka punya tujuan yang mungkin berbeda dari kita. Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan."
Ming Xiu melingkarkan lengannya di pinggang Yueyue. "Kita akan menghadapi itu saat waktunya tiba. Untuk sekarang, fokus kita adalah membangun dan melindungi yang ada di sini."
Di luar pangkalan, di bawah langit yang masih kelabu oleh asap, pembangunan tembok kedua terus berlangsung. Setiap panel baja yang terpasang adalah sebuah janji, sebuah harapan yang kokoh untuk masa depan. Namun, di kejauhan, di antara bayangan reruntuhan, sepasang mata drone tak terlihat masih mengintai, melaporkan setiap detail pembangunan kepada tuannya, yang memiliki rencana jauh lebih gelap daripada sekadar bertahan hidup.