•~[Tony Hagado]~•
Yo nama gua Tony Hagado, panggil Tony aja.
Sudah 2 bulan sejak gua pindah ke sekolah baru gua ini, dan yah... Ga buruk juga.
Awal-awal rasanya biasa aja, tapi ternyata ga seburuk itu. Maksudku, jika di sekolah lama gua selalu duduk sendirian di atap, setidaknya disini gua ditemani.
"Sendirian lagi?"
Gua ga nanggepin pertanyaan itu, karena lagipula jawabannya sudah jelas "ya", lalu mengambil roti yang ditawarkannya.
"Kamu enggak merasa bosan sendirian mulu?"
"Enggak, biasa aja tuh"
Jawabku.
Oh iya, nama cewek ini Irina Azzal... Apalah itu. Intinya nama dia Irina dah.
Dia yang hampir selalu menemani gua duduk di atap. Awalnya gua lumayan bingung kenapa dia begitu, tapi setelah dipikir-pikir... Dia kan sama-sama ga punya temen, jadi normal lah ya. Lagian karena jasa yang dulu kuberikan padanya, jelas menambah alasan dan mempermudahnya untuk dekat dengan gua.
Yah, enggak dekat juga sih. Tapi intinya gitu lah ya.
"Oh ya omong-omong-"
"Btw"
Aku menyela perkataannya sebelum dia sempat selesai bicara.
"Lu napa formal banget dah ngomongnya?"
Tanyaku
"Ah... Itu ya"
Dia terlihat seperti kesulitan atau lebih tepatnya bingung buat ngejelasin.
"Yah... Udah terbiasa aja gitu. Aneh ya?"
Jelasnya
"Gitu toh"
Aku lanjut memakan rotiku.
Dia... Sepertinya benar-benar tidak pernah berteman maupun berbicara santai dengan orang yang sebaya dengannya sebelum ini. Dari itu, dia menjadi terbiasa berbicara formal. Sesuai dengan yang selama ini dia dengar dari orang-orang dewasa.
"Yah, gua ga masalah, toh ga buruk juga"
•••
"Maka dari itu, jika X = Y^2, dan Y = 5 maka Y^2 = 5 × 5, maka X = 25. Kembali ke soal awal, 12^X √2025 / 2 = ? Untuk menjawab itu kita harus memecahkan 12^X terlebih dahulu. 12^X = 12^25 tentu saja jika menghitung secara biasa hal ini akan memakan waktu terlalu lama, jadi gunakan saja aljabar sesuai metode yang saya ajarkan sebelumnya. Maka 12^X = 1.6777216000000003e+27. Lalu, kita tinggal menyelesaikan soalnya saja"
Ehh.... Bentar daritadi ngomongin apa dah? Terus itu angka apaan? Kok banyak amat. Lagian kok ada huruf-hurufnya sih? Bikin jadi ribet aja.
Akh! Gua ga ngerti sama sekali! Buruan kelar napa, udah capek kepala gua daritadi dengerin ginian.
Gua benar-benar lega, saat bel berbunyi menandakan akhirnya sudah jam pulang.
"Sekian pertemuan kali ini, jangan lupa mengulang materi yang sudah saya ajarkan. Jangan lupa untuk mempersiapkan Uts nanti"
...
"Ah... Kelar juga akhirnya"
Aku meregangkan tubuhku setelah guru keluar.
Serius ini pelajaran kok susah amat dah? Perasaan ga sesusah ini dah harusnya.
Mana bentar lagi Uts lagi, kalo nilai gua anjlok entar makin nyusahin. Akh...! Gimana dah caranya buat bisa paham ama pelajaran kek begini?...
Belajar kali? Tapi belajar sendiri malah makin pusing sendiri. Les? Ga bisa ga bisa.
"Akh terus gimana?"
Gumamku sembari menggaruk kepala.
"Eum... Kamu ga pulang?"
Terdengar suara Irina berbicara padaku.
"Ah iya juga"
Jawabku
"Kamu kenapa? Kaya banyak pikiran gitu"
"Lu paham ama yang dijelasin tadi?"
"Iya paham"
Balasnya santai
"Ehh... Enak ya jadi pinter"
"Haha, semua orang juga bisa kok kalo mau belajar"
"Aku enggak tuh"
"Ah... Kalo emang kamu ga paham sama pelajarannya, gimana kalo aku aja yang ajarin? Siapa tau bisa ngebantu"
"Serius?"
Entah kenapa aku seakan mendapat semangatku kembali.
"Yah... Kalo kamu mau-"
"Yakali ga mau!"
"Ok, ok. Jadi kita mau belajar dimana?"
"Aku punya ide"
-...
•••
"Beneran nih mau di kontrakanku?"
Dia terlihat masih ragu
"Ya, ga enak kalo di sekolah. Mau duduk di kafe lagi ga ada uang, kalo di rumah gua apalagi"
Balasku
"Eum... Ok"
Kami akhirnya masuk kedalam.
"Jadi kek gini kamarnya peringkat satu ya"
Ruangan itu benar-benar rapi dan bersih, dan kemanapun aku memandang... Tidak terlihat hal-hal yang menjadi ciri has remaja.
Seperti make up, figur, komik, perlengkapan gaming, dan semacamnya. Kamar ini benar-benar terlihat biasa aja.
"Kamu tunggu disini bentar ya. Aku bikinin teh dulu biar kita enak belajarnya"
"Banyakin gulanya ya"
"Ga, ga baik buat tubuh"
...
"Jadi udah mau mulai belajar?"
"Ya, lagipula Uts bentar lagi. Gua harus belajar buat itu"
"Bagus deh, matematika dulu nih?"
"Iya, itu yang paling tidak bisa kupahami"
"Haha, santai aja. Siapapun pasti bisa kok kalo belajar serius"
"Aku masih tidak yakin sih"
...
"Ohh... Gitu toh"
"Iya, udah paham sekarang?"
"Keknya. Selama ini gua bingung ama fungsi huruf-huruf itu, tapi sekarang mungkin udah enggak lagi"
"Bagus deh, mau lanjut ke rumusnya?"
Selama 1 jam ini, yang kami pelajari hanyalah memahami tentang fungsi dari penggunaan huruf. Bisa dibilang cuma belajar dasarnya doang.
"Nanti aja deh"
Tolakku
Sekarang sudah hampir jam 5, kami benar-benar belajar cukup lama. Jujur saja ini menguras tenaga buat orang kaya gua.
"Kamu mau makan?"
"Ayo aja gua mah"
Jangan menolak makan gratis.
"Tunggu sebentar ya, akan kumasakkan sesuatu. Ya... Ga bakal istimewa banget sih, jadi jangan terlalu berharap"
"Aman, makanan apapun kalo gratis juga gua pasti suka"
Balasku santai
"Yaudah, tunggu bentar ya"
Setelah itu, dia keluar dari kamar, meninggalkanku duduk sendirian disini.
•••
"Maaf lama"
Ucapnya setelah membuka pintu kamar.
"... Eum- Kamu lagi ngapain?"
Tanyanya, heran melihatku yang rebahan di lantai.
"Gada"
"Ayo makan"
Sedetik kemudian, aku langsung berganti posisi dari rebahan ke posisi duduk, siap menyantap apapun yang disediakan.
"Sosis?"
"Iya, cuma ini yang ada soalnya"
"Gitu toh, yaudah deh. Btw ada nasi?"
"Ada kok"
Setelah itu, kami mulai menyantap makanan porsi kami masing-masing. Ya gua lumayan ga tau malu sih, gua makan lebih banyak daripada yang masak. Tapi yaudahlah ya, penting makan aja.
...
"Makasih"
Ucapku ketika piringku sudah benar-benar kosong.
"Iya, santai aja"
Dia mengemas piring dan cangkir yang kami pakai.
"Kamu udah mau pulang?"
"Iya"
Jawabku
"Yaudah, kamu pulang aja. Nanti aja kita belajar lagi, masih banyak yang kamu belum paham yakan?"
Ucapnya
"Ya, btw mau tukeran nomor wa ga? Biar enak buat ketemuannya"
"Ah, boleh kok"
Begitulah, kami bertukar nomor wa sebelum akhirnya aku meninggalkan apartemennya untuk pulang.
•••
Pukul 13:55
Di sebuah halte, gua berdiri menunggu kedatangan Irina, sembari memainkan hp, membiarkan kendaraan-kendaraan yang lewat.
Tak berselang lama, Irina akhirnya sampai, dia mengenakan gaun berwarna putih, dengan bagian berwarna hitam disekujur pinggangnya, benar-benar sangat cocok dengan dirinya.
"Maaf membuatmu menunggu"
"Enggak, gua juga baru datang"
Semalam, kami membicarakan tentang dimana enaknya belajar hari ini dari wa. Karena hari ini hari libur, gua memutuskan untuk belajar di kafe saja.
"Omong-omong, aku masih penasaran. Kenapa kamu mengajakku ke kafe? Bukankah bisa di kontrakanku seperti kemarin"
Tanyanya
"Kamu pernah ke kafe sebelum ini?"
"Tidak, aku sering ke restoran atau tempat makan biasa, tapi kurasa aku tidak pernah ke kafe"
"Udah ketebak sih, yaudah ayo"
Aku berjalan mendahuluinya
"Eh, ah iya tunggu sebentar"
.....
"Lu mau pesan apa?"
Tanyaku padanya saat kami sudah mengambil tempat duduk di kafe. Kafe ini baru saja buka, tampilan dalamnya terlihat cukup mewah dengan hiasan yang mencolok, namun harga pesanan di kafe ini tidak semahal itu.
"Mm... Kue aja, untuk minumnya samain aja sama kamu. Aku ga terlalu tau soal minuman di kafe soalnya"
Jawabnya
"Ok"
Aku memanggil pelayan lalu memesan.
"Baiklah, ayo kita mulai belajarnya"
"Ya"
Sembari menunggu pesanan kami diantar, dia menjelaskan materi yang sebelumnya diajarkan oleh guru matematika kami kemarin.
Materi ini membuat gua bener-bener bingung saat dijelaskan oleh guru kami sebelumnya, tetapi ketika dia yang menjelaskan, rasanya berkali-kali lipat lebih sederhana dan mudah untuk dipahami.
"Ini pesanannya"
"Terima kasih"
Aku mengambil pesanan kami yang dibawakan oleh pelayan, mengambil minumanku, lalu memberikan kue dan minuman satunya lagi pada Irina.
"Kamu sudah mengerti materinya?"
Tanyanya, sembari fokus menatap kue miliknya, seakan-akan dia belum pernah makan kue selama ini.
"Aman, lu makan aja dulu"
Balasku, membiarkannya istirahat sejenak dari menjelaskan materi, sehingga ia dapat menyantap kue miliknya.
"Mm... Enak sekali"
Ucapnya setelah gigitan pertama.
"Apaan dah, kaya ga pernah makan kue aja"
Aku tertawa kecil karena sikapnya yang terkesan kekanak-kanakan itu.
"Eh tapi ini beneran enak loh"
"Iya deh iya"
Balasku santai.
Dia lanjut memotong kuenya dengan garpu
"Nih cobain"
Ucapnya, sembari menyodorkan kue itu padaku, berniat menyuapiku. Jujur aja gua lumayan kaget, tapi yaudahlah ngapain ditolak yakan?
Aku mengambil pergelangan tangannya, menarik posisi tangannya ke posisi yang tepat kearah mulutku { Illustration: >https://photos.app.goo.gl/AL5A9Xc1HqAf1kJY7 }
"Aaaa"
Ternyata kuenya beneran enak.
•••
"Ini udah lewat jam 4, mau pulang?"
Tanyaku sembari menatap jam di hpku.
"Iya, ayo kita pulang. Sisa materi yang belum kamu pahami bisa kita pelajari lagi besok"
Jawabnya
"Ayo"
Setelah selesai mengemas barang-barang, kami akhirnya keluar dari kafe.
Aku tidak langsung pulang ke rumahku, karena aku meluangkan waktu untuk mengantarkan Irina terlebih dahulu ke apartemennya.
"Makasih udah mau nganterin, dah ya. Sampai jumpa di sekolah besok"
Ucapnya sembari melambaikan tangan, sebelum akhirnya berbalik menaiki tangga ke lantai atas menuju kontrakannya.
Aku berjalan meninggalkan kontrakannya. Suara kendaraan yang berisik karena macet entah kenapa tidak menggangguku, karena pikiranku entah kenapa memikirkan apa saja yang terjadi sepanjang hari ini.
Untuk seseorang yang tidak suka belajar kaya gua, jujur saja rasanya agak aneh. Tapi...
"Hari ini menyenangkan juga"
•••
Esok-esoknya, gua selalu menyempatkan diri untuk belajar bersama Irina di kontrakannya.
Irina adalah pengajar yang baik, sehingga mudah bagi gua untuk memahami pelajaran berkatnya. Irina adalah nona rumah yang baik juga, karena dia selalu menyuguhiku makanan dan minuman.
Hari demi hari berlalu, hingga datangnya hari dimana Uts dimulai.
Meskipun terasa mengkhawatirkan, entah kenapa gua berhasil melewatinya begitu saja. Yah... Selama ini, yang gua tahu adalah gua nyaris enggak pernah bisa menyelesaikan Uts selain dengan asal menebak-nebak jawaban.
Tapi kali ini berbeda, gua melewatinya dengan baik. Dalam hal ini, maksud gua melewatinya dengan otak, bukan keberuntungan (yang sebenarnya sudah ampas banget itu).
...
"Kenapa memanggil saya bu?"
"Kemarilah Tony"
Hari ini, tiba-tiba saja Bu Sinta memanggilku.
"Belakangan performa akademikmu meningkat, sebenarnya tidak ada hal khusus, ibu hanya ingin memujimu dan memintamu untuk mempertahankannya. Kamu mengerti?"
"Baik bu, saya akan berusaha"
"Baguslah, silahkan kembali ke kelasmu"
"Tapikan sekarang jam pulang bu?"
"Yasudah, ambil tasmu dan pulang sana"
•••
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, gua langsung rebahan di ranjang.
"Ah... Akhirnya bisa santai juga"
Besok libur, jadi gua bisa santai setelah Uts ini.
Gua mengambil Hp. Sekarang sudah hampir jam 4, enaknya ngapain ya....
"Ngapain kebanyakan mikir? Main game aja kali"
Begitulah, setelahnya gua main game sampai jam 8 malam.
"Gila, kalo dipake maen game waktu jadi ga berasa banget"
Gumamku setelah menatap jam.
"Mana laper lagi"
Di luar hujan, tapi ga masalah. Toh supermarket cukup dekat.
"Jadi mana payung gua?"
Aku berdiri dan mencari-cari payungku di seisi ruangan. Setelah menemukannya, aku mengambil uang yang kusimpan di laci dan pergi keluar menuju supermarket.
.....
"Totalnya 25.500"
"Ini"
"Terima kasih sudah berbelanja di supermarket kami"
Aku keluar, membuka payungku kembali dan berjalan melewati derasnya hujan. Hampir sekelilingku sulit untuk dilihat, tapi mau gimanapun, gua masih harus pulang ke rumah.
Aku melewati lorong demi lorong, tanpa benar-benar tau apa saja yang ada disekelilingku. Aku hanya berjalan sesuai dengan arah yang kutahu.
Tetapi, bahkan dengan hujan sederas ini. Mataku masih dapat melihat Irina yang duduk di ayunan taman, tanpa payung, tanpa peneduh, tanpa jas hujan. Dia duduk dibawah derasnya hujan, seakan tidak peduli dengan itu.
Aku mendekatinya segera.
Dulu, saat pertama kali gua ngelihat dia. Yang gua lihat adalah bahwa dia terlalu kosong, seakan selalu sedih setiap waktu.
Setelah itu, gua ngelihat sekumpulan bajingan brengsek yang menindasnya setiap hari. Didunia ini, gua benci siapapun laki-laki yang menindas perempuan.
Itulah alasanku menawarkan Brosur itu padanya.
Tetapi, lebih dari pada itu.
"Sedang apa kau disini"
Aku menutupinya dari hujan dengan payungku.
Aku Tidak Suka Melihatnya Seperti Ini
"Ada apa?"
"Tidak, aku tidak apa-apa"
•••