Tubuhnya kini lebih kuat. Aura kekuatan 7-Star mengalir dari pori-porinya. Tapi bukan itu yang membuat Reinhanvert membuka matanya dengan ekspresi dingin.
“Aku masih belum cukup kuat,” gumamnya. “Jika aku nyaris mati melawan makhluk itu… bagaimana menghadapi para pengkhianat nanti?”
Ia menatap dalam-dalam jurnal tua milik pendekar yang telah menyelamatkannya. Setiap lembar buku itu kini menjadi sumber pelatihan.
Teknik Pertama: Bayangan Tanpa Jejak
Reinhanvert membaca ulang teknik pergerakan cepat. Kuncinya sederhana tapi brutal: mengumpulkan Eternal Energy di kaki, lalu menyebar sisa energinya ke seluruh tubuh, memperkuat kehadiran dan menghilangkannya dalam sekejap.
Satu gerakan. Satu ilusi.
Reinhanvert mencobanya ratusan kali. Awalnya gagal, tubuhnya malah terpental, keseimbangan terganggu. Tapi perlahan, ia berhasil. Ketika ia bergerak, musuh akan melihat seolah ia masih di tempat semula. Bahkan ketika mengandalkan mata yang ditajamkan oleh Eternal Energy, lawan tetap tak akan menangkap gerakannya.
Dan saat mereka sadar…
Pedang telah terhunus dari belakang mereka.
Teknik ini Reinhanvert namai Shadow Step.
Half Moon, Full Moon
Teknik ini adalah seni tebasan yang menghasilkan tekanan udara dan aura pedang dalam satu putaran.
Half Moon – tebasan setengah lingkaran yang mampu menyapu area depan dengan aura membelah.
Full Moon – versi lanjutan, satu putaran penuh 360 derajat. Sempurna untuk melawan kepungan.
Aura yang Reinhanvert hasilkan saat menggunakan teknik ini bahkan membuat dinding gua bergetar. Batu-batu retak karena tekanan semata dari aura pedangnya.
Namun, ia tahu… itu belum cukup.
Shadow Judge
Teknik tusukan tak kasat mata.
Kuncinya adalah mengumpulkan Eternal Energy di ujung pedang, lalu melepaskannya seketika dalam satu dorongan.
Reinhanvert menghabiskan waktu berminggu-minggu hanya untuk memahami tempo dan tekanan yang tepat. Shadow Judge bukan sekadar tusukan cepat—ini adalah serangan yang menembus segala hal tanpa disadari. Bahkan pengguna 9-Star perlu fokus penuh untuk bisa melihat serangan ini dengan jelas.
Setiap kali ia mencoba, ilusi lubang hitam kecil muncul di depan pedangnya. Bahkan udara pun seperti tertusuk oleh energi murni.
Cloud Step – Langkah di Atas Angin
“Langkah ini… menjengkelkan.”
Teknik ini hanya mengharuskan pengguna mengumpulkan Eternal Energy di kaki sambil merasakan angin. Kedengarannya mudah, tapi Reinhanvert hampir menyerah.
Setiap kali ia melompat, tubuhnya jatuh ke bawah. Berkali-kali tubuhnya menghantam batu. Namun ia tidak berhenti. Puluhan kali jatuh, hingga akhirnya… dia bisa melayang sejenak.
Langkah pertama di udara terasa tidak nyata. Namun itulah tonggak. Reinhanvert kini menguasai teknik langka yang memungkinkan dia bertarung di medan vertikal tanpa batas.
Telekinesis – Seni Para Grandmaster
Melalui catatan sang pendekar, Reinhanvert baru tahu—para Sword Grandmaster tidak lagi mengayunkan pedang secara langsung.
Mereka mengendalikan medan perang dari jauh.
Caranya? Menyalurkan Eternal Energy ke senjata lalu memanipulasinya seperti bagian dari tubuh mereka. Reinhanvert mulai belajar dengan koin kecil. Ia menghabiskan waktu berbulan-bulan hanya untuk bisa mengangkat pedangnya sejengkal saja.
Namun kini ia bisa menggerakkan pedang itu dari jarak puluhan meter. Tidak hanya itu—ia bisa menggabungkan gaya bertarungnya dalam kendali jarak jauh. Pedangnya seakan menari mengikuti kehendaknya.
Ia menyebutnya Sword Air.
Shadow Wrath – Kematian Tanpa Ampun
Di akhir jurnal, ada satu teknik yang membuat Reinhanvert menahan napas.
Teknik itu membentuk domain penuh dengan Eternal Energy. Siapapun yang masuk ke dalamnya akan dihujani tebasan membabi-buta dari segala arah. Sama sekali tak terlihat, namun terasa nyata dan mematikan.
Butuh waktu untuk menguasainya, tapi Reinhanvert sudah mulai membentuk “area pembantaian” kecil di dalam gua.
—
Kini, dengan teknik-teknik ini di tangannya, Reinhanvert bangkit.
Rasa penasaran membuncah dalam pikirannya.
"Pendekar itu… kalau dalam kondisi sekarat saja dia bisa melukai iblis tingkat tinggi seperti Great Demon, lalu… seberapa kuat dia di masa jayanya?"
Namun Reinhanvert menepis pikirannya.
Waktunya belum tiba untuk jawaban itu.
Yang jelas, kini ia sadar—jalan balas dendamnya akan dipenuhi para pengkhianat.
Dan ia tidak akan mengampuni satu pun dari mereka