Eksekusi strategi

EKSEKUSI STRATEGI: “Pisahkan Lidah, Patahkan Taring”

---

Malam itu, di pusat komando darurat:

Praja, Lesmana, Naresha, dan Lysandra duduk di depan peta digital interaktif. Dion melaporkan sambil mengetik cepat ke terminal komunikasi.

> Dion: “Pusat kota mulai dipenuhi tanda-tanda gerakan milisi Salim. Tapi mereka belum tahu bahwa kita sudah tahu. Mereka pakai kode lama… bodoh.”

---

FASE 1: Pengaburan & Pemecah Fokus

00:14 – Drone mengudara, menyebarkan sinyal interferensi

> Salim yang sedang berpidato di sebuah menara puing, tiba-tiba terganggu dengan suara statis dan rekaman dari masa lalu:

“Dira, jika kau pilih jalur ini… kita tak akan kembali sebagai penyelamat. Tapi penjagal yang ganti topeng.”

> Wajah Dira memucat. Ia sadar: rekaman pribadi mereka bocor. Salim mulai panik.

---

FASE 2: Penetrasi Senyap – Lesmana dan Tim Bayangan

00:43 – Lorong bawah tanah, langit-langit stasiun, dan sisi timur gedung teater tua

Lesmana bergerak senyap, nyaris seperti bayangan. Di belakangnya, 12 personel tanpa lambang, hanya mata tajam.

> Dalam gelap, Lesmana berbisik ke komunikator, “Jangan bunuh. Lumpuhkan. Kita ingin mereka bicara, bukan mati tak berguna.”

Satu per satu titik strategis dikuasai: ruang komunikasi, dapur logistik, dan gudang senjata kecil.

---

FASE 3: Deklarasi Diplomasi – Lysandra

01:10 – Siaran darurat diambil alih

Warga kota yang gelisah melihat layar besar di pusat kota menyala.

> Lysandra (tegas tapi tak menghakimi):

“Kami tahu kalian kecewa. Tapi jangan biarkan kekecewaan dibajak oleh mereka yang ingin memecah dan memerintah.”

Ia menunjukkan bukti propaganda manipulatif Salim, dan rekaman Dira yang mengakui:

> “Kita bisa pakai luka-luka ini untuk kendali, bukan penyembuhan.”

---

FASE 4: Psikologi Perang – Praja

01:37 – Siaran langsung dari tempat pengungsian

Anak-anak berbaris di belakang Praja. Ia berdiri, mengenakan pakaian buruh biasa, tanpa simbol. Wajahnya dingin.

> “Salim, Dira… jika kalian masih punya sisa nurani, lihat mata anak-anak ini. Lihat wajah yang tak pernah memilih perang, tapi harus menanggungnya.”

> “Kami tidak datang untuk menang. Kami datang agar tak ada yang kalah lagi.”

> “Tapi jika kalian tetap memaksa... jangan salahkan jika kalian mendapati neraka, bukan karena kami kejam, tapi karena kalian membakarnya sendiri.”

---

FASE PENUTUP: Keruntuhan Internal

02:15 – Dua anggota milisi Salim menyerah, lalu membuka jalur ke markas pusat mereka sendiri.

Dira mencoba kabur—namun dicegat langsung oleh Naresha yang sudah menunggu di jalur pelarian. Tatapan keduanya bertemu. Tak ada senjata terangkat.

> “Aku ingin menyelamatkan dunia,” kata Dira.

“Tapi kau ingin memerintahnya,” jawab Naresha.

---

PAGI HARINYA

Praja dan Lesmana duduk di reruntuhan, kopi panas di tangan. Di samping mereka, Dion dan Lysandra menyalakan siaran damai.

Dan kota itu, untuk sementara… kembali diam.