Pusat Komando

Pusat Komando Markas Penyintas – Malam

Ruangan penuh dengan layar monitor, peta kota, dan alat komunikasi. Dion baru saja masuk tergesa-gesa, wajahnya serius.

Dion

“Ada pemberontakan besar di pusat kota. Kubu Salim dan Dira sudah bergerak. Mereka menguasai beberapa titik strategis dan mulai merekrut penduduk yang kecewa.”

Praja berdiri tegap, matanya menatap peta dengan tajam.

Praja

“Kita harus segera merespons. Ini bukan sekadar kerusuhan kecil—mereka mencoba menguasai kota ini kembali.”

Lesmana menyipitkan mata, tangannya mengepal.

Lesmana

“Siapa yang akan kita kirim? Kita harus pastikan ini tidak menjadi perang saudara yang lebih besar.”

Naresha melangkah maju, nada suaranya tegas.

Naresha

“Kita tidak bisa biarkan kota ini jatuh lagi. Semua yang kita bangun akan hancur. Kita harus bersatu, bukan saling bertarung.”

Lysandra mengangguk, menguatkan suasana.

Lysandra

“Kita harus berbicara langsung dengan para pemimpin pemberontak. Cari tahu apa yang mereka inginkan. Mungkin ada cara damai.”

Praja menatap semua satu per satu.

Praja

“Baik. Lesmana, kau dan Naresha siapkan tim untuk pengamanan. Lysandra, aku butuh kau sebagai negosiator. Dion, koordinasi semua komunikasi.”

Semua mengangguk, ketegangan memenuhi ruangan tapi ada tekad yang kuat.

STRATEGI TANGGAP CEPAT: “Pisahkan Lidah, Patahkan Taring”

1. Analisis Intelijen – Dion (Koordinator Komunikasi & Analisa)

Mengaktifkan kembali drone pemantau lama di pusat kota.

Menyusupkan sinyal radio palsu untuk memecah komunikasi kubu Salim-Dira.

Merekam siaran propaganda mereka untuk digunakan sebagai bukti motif kekuasaan.

2. Tim Taktis – Lesmana & Naresha

Lesmana memimpin pasukan bayangan (unit cepat tanpa seragam) menyusup dari 3 jalur: lorong bawah tanah, reruntuhan lama, dan menara stasiun.

Naresha memimpin unit medis bersenjata ringan, disiagakan untuk evakuasi warga sipil & memberikan bantuan medis langsung di zona abu-abu.

3. Diplomasi Tegas – Lysandra

Menyusun pesan publik bahwa gerakan Salim-Dira adalah bentuk pengkhianatan terhadap perdamaian dan penyintas.

Bertemu dengan tokoh netral dari kubu pemberontak (jika ada) untuk memisahkan kelompok radikal dan kelompok kecewa.

4. Psikologi Perang – Praja

Mempersiapkan siaran langsung dari ruang pengungsian yang menampilkan anak-anak dan warga sipil agar Salim-Dira dilihat sebagai ancaman publik.

Menciptakan atmosfer moral pressure, bukan dominasi kekuatan:

> “Kami tidak akan menghancurkan kalian. Tapi jika kalian menginjak leher orang yang luka, kami akan menjadi bumi yang membenamkan kalian ke dalamnya.”