Kehadiran Arven

Lokasi: Alun-Alun yang Diperbaiki, Sore Hari

Beberapa minggu setelah kehidupan mulai kembali normal, warga memutuskan untuk mengadakan festival kecil sebagai perayaan keberanian dan pemulihan. Lampion-lampion sederhana tergantung di tali-tali yang membentang di alun-alun, anak-anak berlarian membawa kertas warna-warni, dan tawa memenuhi udara.

Praja, mengenakan pakaian sederhana tanpa lambang apapun, berdiri bersama Lysandra yang sibuk membantu menyiapkan panggung musik kecil. Lesmana duduk di kursi di tepi alun-alun, Naresha duduk di sampingnya, tangan mereka saling bertautan, menikmati suasana hangat yang hampir asing bagi mereka.

Dion naik ke atas panggung, memegang mikrofon sederhana, membuka acara dengan suara tenang tapi penuh kehangatan:

> Dion:

"Hari ini kita bukan merayakan kemenangan perang. Kita merayakan kehidupan—dan keberanian kita untuk terus berjalan meski dunia mencoba mematahkan kita."

Tepuk tangan menggemuruh. Anak-anak mulai menyanyikan lagu rakyat, musik sederhana dimainkan dengan alat-alat seadanya.

---

Kehadiran Tokoh Baru

Di antara keramaian, seorang pria asing muncul. Rambutnya panjang terikat rapi, wajahnya teduh tapi penuh rasa ingin tahu. Ia membawa tas kulit besar di punggung, pakaian lusuh tapi matanya bersinar cerdas.

Ia mendekati Praja dan Lesmana, memperkenalkan diri dengan suara tenang:

> Pria Asing:

"Namaku Arven. Aku datang dari utara... mendengar bahwa di kota ini, ada orang-orang yang berani berdiri untuk kebebasan. Aku ingin membantu... jika kalian mengizinkan."

Praja menatap Arven dalam-dalam, menilai kejujuran di matanya. Lesmana menyipitkan mata, tapi akhirnya berkata:

> Lesmana:

"Kami tidak butuh pahlawan lagi. Tapi jika kau datang membawa kerja keras dan hati yang mau mendengar... maka kau boleh tinggal."

Arven tersenyum samar, mengangguk.

> Arven:

"Aku datang membawa ilmu yang mungkin bisa membantu... dan cerita-cerita dari dunia luar yang bisa kita pelajari."

---

Penutup Hangat

Festival malam itu menjadi titik awal baru. Cahaya lampion menggantung di atas alun-alun, tawa anak-anak memecah keheningan, musik sederhana memenuhi udara, dan di antara mereka, berdiri orang-orang yang pernah hampir hancur, kini berdiri tegak bersama, menatap masa depan yang lebih baik.