Matahari pagi menyinari wajah seorang lelaki muda bernama Caesar.
Ia membuka matanya perlahan, dengan pandangannya yang masih terasa kabur.
Ruangan asing mengelilinginya; dinding putih yang bersih, aroma kayu yang samar, dan jendela besar yang tertutupi oleh gorden besar. Rasanya sangat asing.
Kepalanya terasa berat, ingatannya tentang siapa dirinya dan bagaimana ia sampai di tempat ini masih samar-samar.
Sebuah amplop putih sederhana dengan stempel bergambar pedang tergeletak di atas nakas di samping tempat tidurnya.
Caesar meraihnya, sebuah sensasi aneh mengalir di tubuhnya saat menyentuh amplop itu. Seiring dengan itu, kilasan-kilasan memori mulai muncul; sebuah kebakaran besar, dan bayangan sosok perempuan yang menyelamatkannya.
Namun, setiap kilasan memori itu sirna begitu cepat, ketika seseorang mengetuk pintu dan membukanya.
Ia merasa aneh, melihat seorang perempuan muda dengan rambut merah muda yang tidak dikenalnya kini sedang berjalan ke arahnya. Dengan membawa sebuah nampan berisikan cangkir teh, perempuan itu tiba di dihadapannya.
meletakkan nampan yang dibawanya diatas nakas, kemudian duduk pada kursi yang sedari tadi sudah berada di samping ranjang.
Suasana begitu hening, 'ugh~,sangat tidak nyaman' batin Caesar mengeluh.
Perempuan itu hanya diam sambil tersenyum menatapnya, kemudian kepala perempuan itu beralih menatap kearah nakas kemudian tersenyum kembali kearahnya seolah memintanya untuk meminum teh itu.
Dengan ragu, Caesar pun mengulurkan tangannya meraih cangkir teh itu, kemudian meminumnya dengan perasaan tidak nyaman.
Alangkah terkejutnya dia, ketika merasakan teh yang diminumnya terasa sangat pahit, hingga tanpa sadar ia menyemburkannya dan membuat kotor ranjang yang ia tempati.
Dengan perasaan gelisah dan tidak enak hati karena sudah membuang teh pemberian perempuan itu, tanpa sadar ia pun mengeluarkan suaranya.
"M-maaf" sesalnya dengan kepala yang tertunduk bersalah.
Tidak ada respon apapun, perempuan itu hanya diam menatap bekas semburannya, kemudian kembali menatap wajah Caesar dengan senyumnya.
"Tidak apa apa" akhirnya perempuan itu mengeluarkan suaranya, suara yang lembut dan menenangkan membuatnya terhanyut dalam suara itu.
"Teh itu adalah ramuan herbal, aku disuruh membuatkannya untukmu oleh orang yang membawamu kemari"
"orang yang membawaku kesini?" Tanya Caesar sedikit kebingungan, karena tidak mengingatnya.
Kemudian sebuah kilasan memori kembali muncul di kepalanya, setelah ledakan dan kebakaran yang terjadi.
Seseorang muncul dihadapannya dan membereskan kekacauan itu, kemudian dirinya dibawa pergi tanpa diberi tahu apapun.
Dalam perjalanan, hanya ada keheningan di dalam kereta kuda yang membuatnya tidak nyaman hingga berakhir dengan tertidur.
Sepertinya ia tertidur cukup lama, sampai sampai tidak menyadari kedatangannya ketempat ini.
Orang yang menolong Caesar itu, seingatnya adalah seorang perempuan dengan rambut berwarna lemon panjang yang diikat kuda dan menggunakan sebuah seragam.
Dalam pertemuannya, mereka tidak terlalu banyak bicara dan hanya saling mencuri pandang sesekali.
Setelah itu ia tak mengingat apapun lagi karena tertidur.
"Apakah kau mengenal orang itu?" Tanya Caesar penasaran
"HM?, sepertinya tidak" jawab perempuan itu dengan sedikit tertawa.
"Oh, ngomong-ngomong tidakkah kau ingin bertanya tentang namaku?" Perempuan itu kembali bertanya padanya namun dengan ekspresi wajah yang seolah sedang mempermainkan.
Itu sungguh membuat Caesar cukup merasakan malu karena tersadar dirinya malah menanyakan tentang orang lain terlebih dahulu dibandingkan orang yang berada dihadapannya itu.
"M-maaf" cicitnya pelan.
Melihat itu membuat si perempuan merasa lucu atas tingkah laku Caesar, hingga membuatnya tertawa cukup keras.
Mendengar tawa itu, rasa malu Caesar semakin membesar hingga wajahnya memerah dan menundukkan kepalanya.
Tawa yang sebelumnya terdengar tiba tiba berhenti dengan dibarengi oleh suara kursi yang berderet.
"Ah mungkin sedikit terlambat tapi-"
Perkataan itu membuat Caesar menegakkan kembali kepalanya dan melihat perempuan dihadapannya kini berdiri menghadapnya dengan tangan yang diletakkan di depan dadanya dan membungkukkan tubuh seolah memberi hormat padanya.
"Perkenalkan, namaku Fioré Élmu" akhirnya perempuan berambut merah muda itu memperkenalkan dirinya.
Meski rasanya masih sedikit canggung karena tidak tahu harus membalas apa, Caesar dengan kaku membalas perkenalan itu dengan anggukan sekilas
"Kau tidak mungkin hanya akan mengangguk kan?" Perempuan bernama élmu itu kembali bertanya pada Caesar dengan tersenyum manis.
Mendengar itu Caesar bingung dengan apa yang harus ia lakukan.
Selama ini dirinya tidak pernah sekalipun berkenalan ataupun berinteraksi dengan orang lain, dan itu membuatnya sangat tidak mengerti dengan apa yang dikatakan élmu.
sampai kemudian élmu menghela nafas pelan dan kembali bersuara.
"Biasanya, ketika seseorang memperkenalkan diri dengan orang yang tidak dikenal, maka lawan bicaranya akan membalas dengan memperkenalkan diri juga" ucapnya dengan sabar, "ini adalah sebuah etika dasar." Lanjutnya yang membuat Caesar mulai sedikit faham.
"Jadi, haruskah aku memperkenalkan diri juga?" Tanya Caesar dan dibalas dengan anggukan oleh élmu.
"Namaku Caesar Anastasius" dia pun memperkenalkan dirinya dengan sedikit kaku.