6. TERTUTUP AWAN

jam menunjukkan Pukul 18.00 langit senja mulai terlihat dari atas. Samudra menyugar rambutnya yang penuh dengan keringat. Di sinilah ia sekarang di tempat latihan taekwondo yang berada di rooftop salah satu gedung.

Elang sebenarnya sudah menghafal semua gerakan taekwondo di luar kepala, tapi ia tetap datang sekedar melatih anak-anak yang lain. senja di hadapannya membuat suasana hati Elang yang tadi gelisah, Perlahan mulai tenang. Elang mengeluarkan rokok dan Pemantik dan saku celananya. ia cukup tertegun saat embusan angin membelai wajahnya dan membuat rokoknya mati.

Elang tertawa kecil. " Udah dua kali ada ngehalangi gue ngerokok hari ini,"

Setelah berhasil menyalakan rokoknya, Elang beralih memeriksa Ponselnya. Ada tawaran untuk balapan nanti malam sepertinya kali ini, ia tak bisa mengikuti keinginannya itu. Uang sakunya sudah sangat tipis dan Papanya tak akan memberikan kembali sebelum bulan depan.

" Kak Elang "

Elang memejamkan matanya ketika desain angin tiba-tiba seperti membawa suara itu. ia mengembuskan napasnya Pasrah Suara itu kembali membawanya ke ingatan masa lalu. Elang pun berbalik badan, melihat anak-anak yang sedang berlatih di sana. Matanya kembali membayangkan sosok cewek yang memiliki tubuh berisi. Cewek cantik itu tersenyum kepadanya sambil membawakan sebotol air mineral di tangannya.

" Gue udah bilangin Jangan Pernah cari gue lagi Zea !" ucap Elang ketus selalu begitu responsnya.

Cewek itu adalah Zea Eveline. Elang tahu kalau Zea sangat menyukainya sampai rela menengoknya setiap latihan. Namun, ia sama sekali tak ingin menjalani komitmen saat ini. ia hanya ingin bebas melakukan apa-apa yang ia mau.

Elang memandang tangan Zea yang mengulurkan air minuman dan kemudian mendengkus, lalu Pergi begitu saja

" Kak ! Aku cuma Pengen lihat Kakak latihan, Aku udah selesaiin tugas buat besok kok, " Ujar Zea sambil mengejar langkah Elang

Elang menghirup banyak oksigen, lalu berbalik badan tiba-tiba.

" Stop Zea nemuin gue atau gue bakal sakitin lo, Zea ? Hm ?"

Elang mendekati cewek itu, lalu memegang Pundaknya. ia sengaja merendahkan suaranya berharap Zea lebih mengerti.

" Apa aku kurang Cantik, ya ?

Elang mendengkus, lalu mendorong kasar tubuh Zea Untung saja cewek itu tidak sampai tersungkur. Jujur ia sangat risi ketika Zea mendekatinya. Apalagi mengetahui kenyataan bahwa rivalnya. Dewa Abigil, diisukan menyukai cewek ini.

" Lo bukan anak kecil yang gak ngerti omongan manusia ! Gue harap sekarang lo bisa ngerti,"

Kini, tidak ada lagi cewek itu. ia sudah berbahagia, walaupun Elang tak Pernah membuatnya merasa bahagia. Cowok itu mengembuskan napasnya dengan Pasrah entah kenapa sore ini kepalanya sangat berat.

" Elang "

Elang menengok ke arah sumber suara.

" Woi !" sahutnya dengan malas

Dewa Abigil, rivalnya yang masih sama-sama berlatih di sini berjalan menghampirinya dengan wajah datar. Mereka memang sering bersama, tapi hanya saling berbicara ketika butuh. Mereka berteman tapi tidak akrab Mereka saling menghargai dan mengenal

" Di suruh lari. " Setelah mengucapkan itu, Dewa langsung mengambil ancang-ancang untuk berlari mengelilingi gedung

Elang akhirnya menyadari bahwa kelas sudah dimulai. ia lebih banyak melamun dan tak menyadari sekitarnya. ia mengangguk kepada Dewa, kemudian ikut berlari di belakang Cowok itu

•••••

Langit sudah mulai gelap, Caramel dan teman-temannya masih berada di lokasi Pesta untuk menyiapkan acara ulang tahun Clara untuk besok malam. Butuh Perjuangan lebih sampai Caramel diizinkan ke sini. Gara-gara kejadian tempo hari orang tuanya semakin membatasi jam malamnya. Namun akhirnya dengan bujuk rayunya di tambah bantuan teman-temannya Caramel berhasil datang ke tempat ini.

" Mbak, ini udah cukup belum balon hitamnya ?" tanya Caramel dengan sorot mata yang berbinar. ia terlihat asyik sendiri memompa balon-balon bersama tim dekorasi dari event organizer yang disewa Clara

" Aduh .... adiknya duduk aja, ya, Biar nanti mbak yang ini yang ngerjain," ujar salah satu staf karena tak enak hati jika Caramel mengerjakan

Caramel menggeleng. " Oh, gak apa-apa, Mbak Caramel suka sama balon," sahutnya kemudian mengambil balon Putih untuk dipompa lagi

Satu jam kemudian. Clara mengumpulkan teman-temannya. ia sudah menyelesaikan dans sudah mengkonfirmasi jadwal serta runtutan acara.

" Kalian balik aja, udah malem nih," ucap Clara." Besok Pagi kita masih sekolah, loh, Gue juga ada jadwal Facial setengah jam lagi,"

Caramel menaruh beberapa lembar balon yang belum ditiup. " Aku mau ikuuuut " ujarnya dengan nada memelas

" Lo mau ngapain ? Kulit lo udah Sehat banget Caramel, " ujar Abel

" Gue mau treatment rambut. Lihat ! Rambut gue udah kusut banget," Caramel Pura-pura memelas

Abel menaikan alisnya. " Ribet amat jadi Perempuan !" gumamnya kemudian menyiapkan barang-barangnya sementara Audi juga sudah siap untuk Pulang karena berencana akan menyelesaikan PR-nya

•••••

Arsen memantik rokoknya mengunakan korek api yang dipinjamnya dari Jefran. Malam ini mereka semua sedang berkumpul di markas besar Blackveros. Markas ini merupakan sebuah rumah yang sudah tak sudah tak dipedulikan lagi oleh ayah Arsen jadi ia mengambil alih rumah ini sebagai markas mereka

" Gimana rencana lo selanjutnya ?" Jefran memasang wajah tak suka

Sejujurnya Jefran merasa dinomorduakan oleh Arsen Cowok itu sangat terobsesi dengan Samudra sangat ingin menjadikan Samudra sebagai kaki tangannya. ia merasa kemampuannya selama ini diremehkan oleh Arsen. Apalagi ditambah dengan Jefran yang melanggar aturan tak tertulis Blackveros ia memaksa anak-anak sekolah lain untuk masuk ke dalam Blackveros

" Dia udah bikin banyak masalah di sekolahnya, tapi kenapa dia gak Pernah di kick dari sana," tanya Jefran kepada dirinya sendiri sembari mengembuskan asap rokoknya

" Sama kayak lo !"

Tiba-tiba ada seorang Cewek datang dan mencabut rokok di mulut Arsen dengan tidak sopannya. Hanya Cewek itu yang berani berlaku demikian kepada seorang Arsen.

" Lo ngapain di sini Ra ? Sama siapa ?" tanya Arsen kelabakan ketika melihat Naura Nadiandra datang malam-malam begini

Naura Nadiandra adalah salah satu Cewek yang bisa meredam Arsen. Arsen sangat mencintai Naura jadi tak heran jika terkadang ia lemah di hadapannya. Namun, ambisinya tak pernah bisa ditahan oleh siapapun termasuk Naura.

" Lo yang ngapain di sini !" balas Naura.

" Pulang Arsen Papa lo nyariin sampe nyamperin gue. tadi katanya ada janji sama temennya dan Papa lo tadinya mau ngajak lo,"

Arsen memalingkan wajahnya. " Males "

Naura sudah tahu jawabannya selalu saja seperti itu. Ketika Arsen meraih tangannya Naura segera menepisnya secara halus. ia merasa tak Enak kepada anak-anak Blackveros yang memandangnya sinis

" Lo balik sama siapa ? tanya Arsen mengalihkan Pembicaraan

" Sendiri "

" Gue anter ...... "

" Kita mau ngomongin rencana lo, Kalau lo lupa," Jefran memotong ucapan Arsen dan mengingatkan bahwa mereka sedang membicarakan hal serius

Arsen kebingungan. ia menatap Jefran dan Naura bergantian

" Gue bisa Pulang sendiri. Lo urusin aja geng sampah lo ini !" Ujar Naura dengan tegas, lalu beranjak Pergi dari sana. Memang niatnya hanya untuk menyampaikan Pesan Papa Arsen itu

Arsen kembali duduk dengan alis yang bertekuk. ia marah tapi tak bisa meluapkan amarahnya kepada cewek itu. ia kembali memfokuskan dirinya untuk membicarakan Permasalahan tadi.

" Gue Punya rencana, tapi gue butuh orang dalam," ucap Arsen akhirnya

" Lo maksa dia masuk cuma gara-gara dia jago berantem ? Biar kita bisa ngalahin senior itu, kan,? tanya salah satu antara mereka

" Nambah satu orang gak bakal ngaruh Bos !" seru yang lain

" Kita udah ngerekrut dan ngehasut banyak orang buat masuk Blackveros, gue rasa kita cukup buat ngelawan Dewa," kata Jefran dengan yakin

" Shut up Anjing ! Lo semua gak Pernah tau kemampuan Dewa dan teman-temannya kayak apa. Maju aja lo Perang tanpa orang kayak Elang gue yakin lo semua kalah," bentak Arsen yang membuat semua orang terdiam

" Dewa, Elang mereka satu Perguruan Kita harus rebut dia lebih dulu sebelum Dewa yang ambil !"

••••••