.....Mulai menyebar

10 juni 2014

06 : 30 wib

Sidoarjo, pinggiran kota

.

.

.

.

.

.

.

KRIINNGGG...!!!!!!! KRRIIIINNNGGGG!!!!! KRRIIIIINNGGGGG!!!!!

.

.

.

Bunyi alarm hp ku, menganggu mimpi-mimpi ku, membangunkan ku menuju realitas. 'Masih pagi', pikirku saat aku masih setengah sadar. Namaku Rangga, 21 tahun, aku tinggal di Sidoarjo, dengan kehidupan normal membosankan. Ya, membosankan, mengulangi setiap kejadian yang sama, setiap hari. Anda saja aku bisa tetap di alam mimpi, maka aku bisa membayangkan diri ku menjadi protagonis nya.

.

.

.

.

"Mas, bangun!! Cepet mandi, sarapan!!", teriak adik angkat ku.

"Iya iya, aku udah bangun.. Bentar", jawab ku.

"Udah setengah 7 ini.. Ntar telat lho..", ujar adik angkat ku.

"Iya.... Iyaaa, berisik.... Mata ku masih belum kebuka semua....", sahut ku.

.

.

.

.

Namanya Rahayu, atau Ayu sebagai singkat nya, 19 tahun, dia salah satu dari 5 saudara angkat ku. Meninggal nya ibu ku setahun yang lalu, membuat ayah ku menikah kembali, dan akhir nya ada yg kembali memasak di rumah. Aku ga terlalu peduli untuk saat ini, karena mungkin aku belum cukup paham dengan keadaan rumah tangga, tapi harus ku akui, si ayu memang orang yang baik untuk di ajak curhat. Di rumah, kami tinggal berlima, karena si ibu hanya membawa 2 anak nya ke rumah ku, sementara anak nya yang lain telah berkeluarga, selain si ayu, ada juga si fajar, adik kandung ayu. Ga terlalu banyak yang bisa ku ceritakan tentang dia, karena memang kami jarang mengobrol secara intim.

.

.

.

Jam telah menunjukkan pukul 7:00 pagi, setelah mandi dan sarapan, aku berangkat menuju bengkel. Aku bekerja sebagai teknisi di sebuah instansi, jasa servis elektronik, dan sudah 1 tahun lebih aku bekerja di tempat ini. Ilmu dan modal ku masih belum cukup untuk aku membuka usaha sendiri juga, rencana mungkin sekitar 2-3 tahun lagi aku akan resign. Karena lama-lama gak enak juga ikut orang, capek selalu jadi karyawan.

.

.

.

Saat di perjalanan, ku lihat sekilas koran hari ini di pinggiran jalan. "Kejadian aneh di rumah sakit, banyak korban luka, bahkan meninggal", headline utama yang membuatku penasaran. 'apa yang aneh? Kan emang di rumah sakit ada yang meninggal juga kan?', pikir ku heran, cuman aku gak terlalu larut dengan hal itu, hanya menambah pikiran saja di pagi hari.

.

.

.

Ku jalani pekerjaanku, yang seperti biasa. Satu hal yang tidak membuat ku bosan adalah, ada karyawati yang membuat ku tertarik, cuma saja, aku masih ragu untuk mengajak nya keluar, hanya sekedar makan siang. Hari ini tidak ada pekerjaan yang terlalu berat, hingga sore pun menjemput, kegiatan yang sama dengan kemarin, dan esok.

.

.

.

Saat di perjalanan pulang, banyak sekali mobil militer dan polisi yang lalu lalang, tidak seperti biasa nya. 'Kalau pun ada pengawalan, apakah perlu mobil truk TNI? Memang siapa yang sedang mereka kawal? Atau ini cuma latihan?', pikirku. Tapi aku gak begitu peduli akan hal tersebut, jadi tetap ku lanjutkan lajur motor ku menuju rumah. Sebelum nya, aku sengaja mampir untuk beli gorengan langganan ku, karena memang orang rumah suka sekali.

.

.

.

.

"Loh buk, anak nya yg cewe mana buk? Kok ga ikut bantu? Kuliah ya?", tanya ku pada ibu penjual gorengan.

"......", tanpa sepatah kata, si penjual cuma memandangku dengan tatap mata sedih.

"Apa aku salah bertanya? Memang ada apa?", batin ku.

"Em.. mas, mohon doa nya ya, mbak saya sedang kritis, karena sebuah kecelakaan kemarin... Kami sekarang berusaha untuk cari biaya pengobatan..", jawab putra dari si ibu penjual.

"Oww... Maaf dek, kalo boleh tau, kecelakaan apa ya?", tanya ku.

"Ini kembalian nya,.. sebaik nya tidak usah banyak bertanya, lihat tv saja... Di situ ada semua jawaban nya mas, saya masih sibuk mengurus pelanggan yang mau beli", ujar si penjual.

"Lah.... Kok gitu sih, ga biasa nya.....", gumam ku.

.

.

.

.

"....rentetan kejadian aneh sedang terjadi di rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya, dimana banyak pasien dewasa bahkan anak-anak, yang mengalami kejang-kejang dan muntah-muntah tanpa sebab yang jelas. Untuk saat ini, semua korban masih dalam penanganan medis.. Dokter dan tim ahli masih meneliti, tentang gejala para pasien ini.. beberapa pihak keluarga pasien berduka akan musibah yang di alami anggota keluarga nya...", suara pembawa berita secara live dari salah satu televisi swasta bergema di ruang tamu saat aku sampai dan masuk ke rumah.

"Ada apa ya..?", heran bu yuli.

"Kayak nya wabah baru, tapi ya, paling cuma beberapa minggu atau beberapa bulan juga udah hilang, ga mungkin ada wabah yang bisa menyebar luas, paling juga di surabaya aja nanti", sahut ayah.

"Lah... Gimana dengan wabah ebola yang sedang berlangsung?", pikir ku.

"Bawa apa itu mas??", tanya ayu.

"Aku pulang.., lo barengan sama mas rangga...", ujar fajar, adik angkat ku.

"Kok gak ketemu di jalan? Lewat barat kamu?.. Oh iya, ini gorengan di tempat langganan ku, mumpung belum tutup, jadi mampir beli.. Taruh di piring, ada banyak tuh..", ujar ku memberikan plastik berisi cemilan ke ayu.

"Itu kata nya RSUD Sidoarjo juga ada yang kena, banyak kok... Hampir sama semua gejala nya.. Cuman gak sebanyak di Soetomo", ujar bu yuli

"Oh iya.. anak nya pak jum belakang rumah, aku denger sama gejala nya, terus di bawa ke RSUD Sidoarjo..", tambah ayu.

"Ya bisa jadi ketularan penyakit dari surabaya... harus nya wilayah surabaya yang kena gituan, di karantina, biar ga nyebar...", ujar ayah ku.

.

.

.

.

Aku yang cukup lelah, tak begitu menghiraukan obrolan mereka, dan berlalu masuk ke dalam untuk mandi. Tapi, apakah ini ada kaitan nya dengan anak si ibu penjual tadi?

.

.

.

Setelah makan malam, dan melihat TV bersama keluarga, ku lanjutkan ngobrol dan main game dengan adik ku ayu, sementara fajar sibuk belajar karena ada ulangan sekolah, ayah dan ibu keluar menjenguk tetangga yang sakit. Hingga malam pun semakin larut, dan waktunya kami bersiap untuk tidur, kembali ke dunia mimpi.

.

.

.

Beberapa jam kemudian, terdengar suara helikopter yang bergemuruh di atas rumahku. 'Berisik', pikir ku di saat aku sedikit terbangun dari lelap. Cukup nyaring suara yang ku dengar, seakan banyak sekali helikopter yang melintas. Tidak biasa nya jam segini ada helikopter.

.

.

.

.

"Mas, bangun ini ada berita di tv...!", teriak ayu.

"Duhh... Ada apa sih.. Masih malem nih... Baru juga tidur...", sahut ku.

"Cepet bangun... Ada rame-rame ini lho..", ujar ayu.

"Iya iya iya....", Sahut ku sembari keluar kamar.

.

.

.

.

Aku yang penasaran langsung menuju ruang tamu. Waktu hampir menunjukkan pukul 12 tengah malam. Sekilas terdengar teriakan dari luar rumah, juga ledakan kecil. 'Malam-malam siapa yang bakar petasan?', gumamku. Aku pun langsung ke ruang tamu, dimana semua nya berkumpul untuk melihat siaran tv yang sedang berlangsung.

.

.

.

.

".....di himbau kepada para warga, agar tetap berada di rumah, sampai menunggu pemberitahuan lebih lanjut dari pemerintah, dan di mohon untuk mengunci pagar, pintu, dan jendela anda...", ujar pembawa berita di televisi.

"ada apa ini..?", tanyaku heran.

"Gak tau... Di luar banyak yang teriak, tadi aku lagi liat film di tv, terus tiba-tiba ganti ke breaking news, dan berita nya semua sama kayak di tv ini..", ujar ayu.

"Yu... Telfon mbak mu coba... Di rumah nya aman atau enggak.. ya Allah..", ujar bu yuli panik.

"coba ayah keluar dulu, tanya ke orang-orang yang jaga di pos ronda... Barangkali mereka juga tau....", ujar ayah.

"tunggu dulu yah,... Kita belum tau apa yang terjadi... Mending sebaik nya kita tet...."

.

.

.

DOOOORRRR...!!! DOORRRR...!!!! DOORR!!!

.

.

.

Kami semua langsung terkejut mendengar suara senapan api dari luar rumah. Aku dan yang lain bergegas keluar, lalu melihat tetangga ku, pak warto, mantan tentara, sedang menembak sesuatu di kejauhan.

.

.

.

.

"Ada apa pak..?!!", tanya ayah ku saat keluar rumah.

"Banyak orang jadi gila dan saling menggigit.. alvin anak ku sempat tergigit tadi waktu dia pulang dari rumah nya dani di belakang, sekarang dia pingsan, darah nya ga berhenti keluar...", jawab pak warto yang tampak kebingungan.

"Saling menggigit..??", tanya ku heran.

"Mulai jam 11 tadi, alvin pulang dari rumah nya si dani, tangan nya berdarah banyak, bekas gigitan... lalu ada yang teriak di belakang sana, di dekat pos ronda... Pas saya mau periksa, ternyata ada beberapa orang yang masuk ke kampung, ga ada yang kenal mereka siapa... lalu mulai menggigit orang-orang yang sedang jaga malam di pos ronda... Lalu mereka semua entah pingsan atau meninggal, saya tidak tahu.... Saya langsung berlari kembali ke rumah...",ujar pak warto.

"Kenapa bisa jadi segila itu...?!?", sahut bu yuli.

.

.

.

.

Dari kejauhan, kami pun melihat seseorang sedang di kerumuni, di cabik-cabik, seperti hewan buas yang mendapat mangsa. Ayu yang melihat, berteriak ketakutan, dan semua berlari masuk ke dalam rumah ku. Sebentar, sebentar, aku familiar dengan ini semua, aku sedang bermimpi kan? Pasti nya kan? kalau begitu baik lah, akan aku ikuti alur mimpi ini seperti apa.

.

.

.

Keluargaku dan keluarga pak warto bersembunyi di rumahku, sembari memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Televisi kami nyalakan untuk mengetahui kondisi lebih lanjut.

.

.

.

.

"...saat ini pemerintah setempat masih berupaya menemukan penyebab peristiwa yang menggemparkan ini.. Banyak kota-kota besar di pulau jawa yang serentak terkena dampak nya,.. Kapolda jatim menyebutkan bahwa, dugaan sementara saat ini adalah tercemar nya air PDAM di kota-kota besar, yang membuat warga menjadi terinfeksi semacam wabah baru... Masih belum ada konfirmasi dari pihak PDAM terkait tudingan ini... Kepolisian dan militer saling membantu bertindak mengamankan mereka yang terinfeksi.. Sementara itu, para ahli medis masih mengidentifikasi virus baru yang menyebabkan wabah hingga para manusia berubah menjadi tak terkendali... Pemerintah kota Surabaya telah menyiapkan titik-titik evakuasi, untuk selanjut nya di pindahkan ke kota jakarta yang di sinyalir adalah kota teraman saat ini.. Adapun titik evakuasi di surabaya antara lain grand city mall, kota madya, tugu pahlawan, mall ciputra world, terminal joyoboyo, dan pakuwon trade center.. Hanya itu saja yang dapat kami informasikan untuk saat ini, di mohon untuk berada di dalam rumah, kunci semua jendela dan pintu, dan persenjatai diri anda masing-masing, dan tunggu bantuan dari pihak keamanan tiba untuk mengantarkan ke tempat evakuasi.. bila ada anggota keluarga atau teman atau siapapun, di mohon untuk menjauh, karena mereka yang terinfeksi, akan membahayakan.. Sekian yang dapat kami laporkan... Kabar selanjut nya akan kami sampaikan satu jam mendatang... Terima kasih...", sebuah berita dari pembawa acara di tv lokal yang terlihat panik.

"Wabah..?!!", tanya semua orang heran.

"Apa maksud nya...?! .", ujar ayah ku.

"Kemarin banyak kejadian di beberapa rumah sakit dan puskesmas di sini kan.. Mungkin semua berasal dari situ pak..", sahut pak warto.

"Alvin tadi tergigit, ini sekarang darahnya masih keluar dari tangan..", sahut istri pak warto, bu nimah.

"Bentar bu, saya ambilkan kotak P3K dulu.. biar di tutup dulu luka nya..", sahut ibu yuli.

"Aku sedang bermimpi....", ujar ku.

"Apa maksud kamu rangga..??", tanya pak warto.

"Ya pak.... Saya ini sedang bermimpi, ga mungkin ini nyata, kalian semua, adalah bagian dari mimpi saya.... Dan saya akan kembali terbangun nanti, menuju kehidupan yang membosankan, lagi dan lagi.... Dan saya tid....."

.

.

.

PPLLLLLAAAAAAKKKK!!!!!!!

.

.

.

"Sadar mas.... Sadar..... Ini bukan mimpi.... Sadar!!! Alvin sekarang pingsan, berani-berani nya kamu ngomong seperti itu..!!!", teriak bu nimah.

"Sudah.... Sudah... Yang jelas, kita tutup pintu rumah ini, matikan lampu, dan semoga orang-orang yang menggigit tadi tidak menemukan kita di sini....", ujar pak warto.

"Baik pak, kita pindah lemari yang besar itu untuk menutup pintu utama..... Rangga, sudah, cepat bantu kami, jangan ngomong yang aneh-aneh lagi....", ujar ayah.

.

.

.

.

Banyak yang bilang, kalau di mimpi, kamu tidak bisa merasakan sakit, kalau di cubit itu sakit, berarti kamu sedang tidak bermimpi. Tapi, tamparan ini sangat sakit, sakit banget, hingga aku masih tidak percaya kalo ini adalah mimpi.

.

.

.

Di tengah otak ku yang masih mencerna semua ini, aku coba mencari handphone ku, dan mengirim pesan ke semua teman-teman ku, bertanya tentang keadaan, bertukar informasi, mencoba mencari kalau sebenar nya ini hanyalah mimpi belaka.

.

.

.

.

Malam pun semakin larut. Teriakan, ledakan masih terdengar di luar sana, entah seperti apa keadaan nya. Kami tetap bertahan di dalam rumah, berharap bantuan akan datang. Meski aku pun sudah tau, kalau tidak akan ada bantuan.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 2 malam, pintu dan jendela telah kami tutup rapat, agar mereka tak dapat masuk. Tak ada lampu, dan tak ada kegaduhan, kami tidak ingin apapun yang ada di luar mendekat dan masuk ke dalam. Kami hening se bisu mungkin.

.

.

.

Teriakan manusia semakin berkurang, hanya suara geraman para zombi ini yang sedang kelaparan. Ya, zombi, ini lah zombi, terlalu menggelikan ketika aku menyebut nya. Karena memang lucu, ketika aku bisa sadar kalau ini hanya lah mimpi. Atau kah, ini kenyataan?